Purna Warta – Karena insiden ledakan di pelabuhan Beirut pada bulan Agustus 2020, pemerintah Hassan Diab membubarkan diri. Dengan lika-liku kisah, akhirnya Saad Hariri terpilih untuk menyusun Kabinet, namun entah disebabkan apa, hingga kini PM belum berhasil membentuk Kabinet Lebanon.
Emmanuel Macron, Presiden Prancis, mengadakan beberapa kali kunjungan ke Lebanon pasca ledakan. Menurut pengakuannya sendiri, Paris mengajukan program menyelamatkan Beirut, akan tetapi hingga saat ini, tawaran Prancis juga tidak bisa mengentas Lebanon dari pasir hidup.
Jean-Yves Le Drian, Menlu Prancis, menjadwalkan kunjungan ke Beirut demi mendialogkan program yang pernah diajukan. Dilaporkan bahwa pertemuannya hanya dikhususkan pada Parlemen dan Presiden. Satu hal yang membangkitkan kritik para politikus Lebanon.
Paris Tutup untuk Sebagian Petinggi Lebanon
Dikutip dari Aliwaa, 1/5, Menlu Le Drian mengatakan bahwa Prancis akan menutup gerbang Paris untuk politikus yang menghalangai upaya pembentukan Kabinet dan yang terjerumus dalam kejahatan finansial. Sumber-sumber politik di Lebanon berharap pernyataan ini bisa mendorong laju otomotif pembentukan Kabinet.
Asharq al-Awsat juga mengamati bahwa dengan kebijakan ini, Menlu Le Drian telah menyampaikan pesan kepada para pihak di Lebanon bahwa tawaran yang diajukan Paris adalah satu-satunya opsi yang ada di atas meja. Sebaiknya Lebanon membahas kembali keputusannya karena selain opsi ini adalah keruntuhan Beirut.
Dan pertanyaannya sekarang, apa sikap politikus Lebanon menanggapi tawaran Paris?
Terkait persoalan ini, beberapa sumber menjelaskan bahwa hubungan Nabih Berri, Ketua Parlemen Lebanon, dengan Perdana Menteri Saad Hariri masih baik-baik saja, meskipun relasi Saad Hariri dengan Walid Jumblat telah berakhir, padahal keduanya pernah mendirikan koalisi.
Sumber tersebut juga menambahkan,” Sekarang juga ada pertanyaan, Prancis telah melancarkan tekanan, apakah Lebanon akan memasuki periode politik baru atau tidak? sehingga dialog pembentukan Kabinet akan meningkat. Sepertinya sekarang opsi ini jauh dari mata. Kecuali mereka memutuskan bahwa pembentukan Kabinet tidak bergantung pada medan perundingan yang berlangsung di Kawasan dan hal-hal terkait lainnya.”
Surat kabar Asharq al-Awsat dalam salah satu laporannya mengklaim bahwa Menlu Paris, Le Drian hanya akan menemui Presiden Michel Aoun dan Nabih Berri, tidak dengan Saad Hariri.
Hingga saat ini, memang isi program Prancis belum diekspos umum. Namun berdasarkan laporan umum media, program Paris berpusat pada darurat bantuan kemanusiaan untuk menghadapi Corona, rekonstruksi infrastruktur karena ledakan 4 Agustus 2020, reformasi politik-ekonomi dan penyelenggaraan Pemilu Parlemen darurat di Lebanon.