Mimpi Buruk Kolonial; Qasem Soleimani Pilar Poros Muqawamah

Mimpi Buruk Kolonial; Qasem Soleimani Pilar Poros Muqawamah

Purna Warta – Jenderal Qasem Soleimani mengenalkan inti perlawanan Muqawamah di Kawasan dengan menggunakan kepiawaian militer serta kejeniusan strategis. Dengan meniupkan identitas Muqawamah, menyatukan geografis, membangun jaringan daerah serta pribumi dan memimpin di medan, Martir Qasem Soleimani berhasil menguatkan dan mengembangkan poros resistensi.

Tepat pada tanggal 3 Januari 2020, mobil kendaraan Martir Qasem Soleimani, Jenderal Sepah Pasdaran atau militer pemerintah Iran, dan Abu Mahdi al-Muhandis menjadi sasaran serangan udara pesawat tanpa awak di dekat bandara internasional Baghdad, Irak, yang diperintah langsung oleh Presiden AS kala itu, Donald Trump. Kedua pejuang poros Muqawamah dan beberapa pahlawan lainnya langsung meninggal dunia.

Di bawah ini adalah satu pengamatan tentang peran sang Martir dalam perjuangannya melawan pendudukan dan kolonialisme modern.

Baca Juga : Wakil Komandan IRGC: Kami Terus Lakukan Balas Dendam Atas Pembunuh Jenderal Soleimani

Dari Mana Muqawamah?

Poros Muqawamah sebenarnya satu aliansi Kawasan tak tertulis antar negara dan kekuatan seperti Iran, Suriah, Irak dan Hizbullah Lebanon. Target poros Muqawamah adalah perang melawan rezim pendudukan Zionis, mengakhiri hegemoni Barat di wilayah Asia Barat dan membela Palestina.

Istilah poros Muqawamah pertama kali dipakai dalam merespon pernyataan George Bush, mantan Presiden AS, dan Wakilnya, John Bolton, di mana mereka menyebut negara ini dan sekutu-sekutunya dengan poros kejahatan.

Poros ini tumbuh berkembang sejak 3 dekade lalu tanpa adanya kesepakatan struktur dan pernyataan resmi ataupun program organisasi dan lainnya. Sebagai hasilnya, terbentuklah satu jiwa revolusi dan bergulirlah perubahan-perubahan penting yang cepat dalam beberapa dekade melawan upaya-upaya Amerika-Zionis untuk mengeksploitasi kekuatan regional dan penguasaannya, baik via kekuatan militer maupun dikte perdamaian tak adil yang hanya menguntungkan Israel dan merugikan Arab secara umum, khususnya Palestina.

hizbullah

Mohammed Nader al-Amri, Jurnalis Suriah, dalam tulisannya mengupas tahap-tahap perkembangan poros Muqawamah di surat kabar al-Mayadeen, di mana dia menjelaskan 3 periode yang dilalui Muqawamah antara lain:

  1. Periode Kelahiran 1979-1990

Dalam tahap atau periode ini, inti poros Muqawamah tumbuh. Periode ini dimulai sejak ditandatanganinya perjanjian perdamaian dan Camp David antara Anwar Sadat, Presiden Mesir kala itu, dan rezim Zionis, yang dilanjutkan dengan terjalinnya hubungan diplomatis Kairo-Tel Aviv sehingga keluarlah Mesir dari lingkaran perlawanan Arab-Israel. Di situasi seperti inilah, Suriah ditinggal sendirian dalam poros Muqawamah atau perlawanan melawan Israel, yang memiliki superioritas militer dengan bantuan Amerika Serikat, karena peselisihannya dengan dunia Arab.

Di periode ini, Imam Khumeini ra. berhasil menggulingkan kerajaan Shah Reza sebagai eksekutor utama politik AS di Timteng. Syiar permusuhan versus Israel, menolak tunduk di hadapan hegemoni AS, pembebasan Palestina dan dukungan atas poros Muqawamah berkumandang. Ini adalah bukti akan kesamaan target antara Suriah dan Iran.

Baca Juga : Dubes Iran di Baghdad: Pelaku Terlibat Pembunuhan Komandan Soleimani Akan Diadili

Tiga tahun setelahnya, sebagai buah dari perang dan perlawanan bersenjata versus Israel, khususnya pasca serangan rezim pembunuh anak-anak ini ke Beirut pada tahun 1982, tumbuhlah Hizbullah Lebanon dengan mengambil ilham dari ideologi Islam dan politik Pemimpin Revolusi Islam Iran beserta dukungannya. Gerakan ini bergerak secara diam-diam melawan Israel hingga akhirnya pada tahun 1985, Hizbullah secara resmi mendeklarasikan ideologi dan strateginya dengan target menghancurkan Israel, tepatnya di tahun pertama teror Shahid Ragheb Harb yang terkenal dengan sebutan Sheikh al-Shuhada Muqawamah Lebanon. Setelah menghancurkan basis militer AS-Prancis di Lebanon pada Oktober 1983 dan pembunuhan 300 prajurit musuh, Hizbullah menjadi bahan pembicaraan sosial Arab dalam langkah melawan pendudukan rezim Zionis.

ragheb harb
Shahid Ragheb Harb, Shaikh al-Shuhada Hizbullah

3 perubahan ini, yaitu keluarnya Mesir dari poros perang Arab-Israel, ditinggalkannya Suriah dalam perang versus Israel, kemenangan revolusi Islam di Iran dan kemunculan Hizbullah, menjadi satu faktor pendorong strategi antara 3 aktor Muqawamah. Mereka menyampaikan Muqawamah ke puncak kesuksesan strategis mendukung nilai-nilai Palestina untuk dunia Arab dan Muslim dengan berpegang pada perlawanan bersenjata demi target yang agung. Akan tetapi kerja sama segitiga masih belum tampak jelas.

  1. Periode Kerja Sama dan Persatuan serta Perubahan Peta Kekuatan Kawasan (1990-2006)

Perang Irak-Iran dan serangan Irak ke Kuwait adalah perkembangan situasi yang sangat berpengaruh dalam masa ini. Karena hal itu menambah perselisihan antar Arab dan pelanggaran terhadap keamanan nasional dunia Arab dengan mengundang kekuatan AS ke Teluk Persia.

Di tengah perubahan ini, Israel berhasil mendapatkan tanda tangan kerja sama serta koordinasi keamanan dengan Otoritas Palestina melalui resolusi Oslo kemudian resolusi Wadi Araba dengan Yordania pada tahun 1993-1994.

Kegagalan PBB dalam menyukseskan konferensi Madrid tahun 1991, monopoli sistem internasional AS pasca keruntuhan Uni Soviet dan nihilnya dukungan dunia Arab atas Intifada pertama al-Quds (1987) telah memicu upaya kedekatan Suriah-Iran, dari satu sisi, dan kedekatan dua aktor ini dengan Hizbullah serta gerakan Muqawamah Palestina, dari sisi lain.

Baca Juga : Peringati Dua Tahun Syahid Soleimani, Maula TV Tayangkan Bincang Edisi Spesial

Amerika tak lagi non-blok dalam konflik Arab-Israel, mereka telah mendeklarasikan keberpihakannya kepada Zionis dan mulai mendikte satu kenyataan baru. Di tengah situasi ini, Iran, sebagai aktor politik dan logistik gerakan Muqawamah di Kawasan, turun ke medan. Adapun Suriah mengambil tanggung jawab pelatihan, pendukung politik dan militer poros Muqawamah.

bassel al-assad
Bassel al-Assad

Bassel al-Assad memiliki peran penting di periode ini, di mana dirinya langsung mengomandoi gerakan perlawanan sehingga musuh mengalami kerugian di tahun 1993 dan April 1996. Sampai akhirnya Muqawamah Lebanon berhasil memukul mundur Israel dari wilayah pendudukannya di Lebanon pada tanggal 24 Mei 2000.

Di lain pihak, gerak perlawanan Palestina juga bergemuruh kencang tak sedikit dibanding gerakan para sahabatnya di Lebanon. Muqawamah Palestina berhasil memaksa mundur Zionis dari Jalur Gaza berkat dukungan Suriah dan Iran.

Setelah perkembangan situasi ini, dengan meninggalnya Hafez al-Assad sampailah Bashar al-Assad ke tampuk kekuasaan Suriah. Sekali lagi, kabar baik bagi poros Muqawamah bahwa gerakan bersenjata merupakan satu-satunya opsi menegakkan hak dan melawan politik Zionis-Amerika di Timteng.

Baca Juga : [KARIKATUR] – Kerjasama Transportasi Iran-Irak

Serangan Amerika ke Irak pada tahun 2003 dan terbongkarnya tujuan jahat poros Barat di Barat Asia, mendorong Tehran dan Damaskus menjalin kerja sama militer untuk menguatkan poros Muqawamah. Mereka fokus pada pengembangan kemampuan di segala lini.

Hal inilah yang menjadikan Israel menelan kekalahan dalam perang 2006 di Lebanon. Merubah peta kekuatan Kawasan dan sejak itulah, domino kekalahan demi kekalahan AS-Zionis dimulai.

  1. Periode Kemenangan atas Teroris dari tahun 2006

Setelah Amerika menyadari bahwa mereka tidak mampu mencapai target dengan senjata, Washington mulai berupaya menggerus lingkaran Bashar al-Assad, Iran dan Hizbullah Lebanon, lalu menyebut mereka teroris. Tuduhan-tuduhan politik dalam kasus teror Rafic Hariri yang ditujukan kepada Hizbullah dan Suriah termasuk dalam struktur rancangan ini.

qasem soleimani
Martir Qasem Soleimani

Kemudian AS juga berusaha menjauhkan Suriah dari Hizbullah dan mencegah dukungan Damaskus ke gerakan Muqawamah Lebanon. Selain itu, AS juga menyepakati hukum tuntutan atas Suriah di periode kepemimpinan Bush dan menambah sanksi terhadap Iran yang dilanjutkan dengan peningkatan blokade atas gerakan-gerakan perlawanan Palestina. Tekanan atas Suriah meningkat seiring dengan terbitnya musim semi Arab dan agresi koalisi Saudi ke Yaman atas nama pemerintahan terusir Hadi.

Pada tahun 2011, AS dan Barat di samping Israel dan beberapa negara Arab melihat kesempatan untuk menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad. Target utamanya adalah memutus jaringan terhubung poros Muqawamah dari segi geografi, karena ada prediksi bahwa dengan merubah pemerintahan Suriah dan provokasi militer, poros Muqawamah akan runtuh.

Baca Juga : [VIDEO] Amir Ahmadi: Sebenarnya Para Pemimpin Rezim Zionis Tidak Mengenal Iran

Dari segi inilah dukungan terhadap Suriah dan pengorbanan dalam jalan ini merupakan satu kebutuhan darurat dan menentukan bagi poros Muqawamah. Selain itu, gerak terorisme juga tidak terbatas di Suriah, tetapi juga menuju arah Lebanon, Irak bahkan Iran.

Para analis dan pakar politik mengamati bahwa poros Muqawamah kali ini menghadapi masalah besar di Suriah. Akan tetapi dengan kecerdasan seorang Jenderal berdarah Iran, Qasem Soleimani, pengorbanannya dan persatuan semua sendi Muqawamah, terjadilah perang besar bersenjata, ideologi, psikologis dan ekonomi yang dapat dikontrol sehingga musuh tidak bisa mencapai target.

Martir Qasem Soleimani memiliki kecerdasan militer dan kepiawaian strategis dalam politik. Dia mampu menguatkan dan menciptakan jaringan dengan berbagai etnis bersatu dalam poros Muqawamah. Dengan mengaktifkan potensi asosiasi al-Hashd al-Shaabi, dukungan fatwa para Marja’ agama, kekuatan pertahanan Suriah serta dukungan dan kepemimpinan Komandan dua instansi (al-Hashd al-Shaabi dan Sepah Pasdaran), Shahid Qasem Soleimani berhasil menghancurkan ISIS dan kelompok-kelompok teroris dalam 6 tahun.

Jederal Qasem Soleimani datang ke Irak dan Suriah dengan undangan resmi pemerintah. Dia berhasil menjadi mimpi buruk bagi para kolonial dan teroris karena kecerdikannya. Dia memiliki kemampuan khusus dalam menyatukan etnis dan mengembangkan kekuatan pribumi. Dengan menggunakan kekuatan ini dan andil Iran-Rusia, Martir Qasem Soleimani sukses mengubur impian AS-Israel di Suriah.

qasem soleimani
Martir Qasem Soleimani

Peran Martir Qasem Soleimani di Periode Kedua dan Ketiga

Haji Qasem Soleimani merupakan Komando kedua Sepah Pasdaran Iran yang memiliki bintang dan pengalaman dalam 8 tahun perang Irak-Iran. Dia ditunjuk oleh Imam Ali Khamenei untuk memimpin Sepah Pasdaran yang kemudian meninggal dengan pangkat ini.

Baca Juga : Moskow: Pihak yang Memperlambat Pembicaraan Wina Bukan Iran

Peran Jenderal Qasem Soleimani dalam perang melawan kolonial dunia, Zionis dan upayanya dalam mengembalikan Kawasan ke jalan perkembangan telah menyebabkan kekalahan teroris pengklaim khilafah dukungan internasional dan Timteng. Martir Qasem Soleimani telah berubah menjadi simbol perlawanan melawan teroris regional.

Menurut pengamat, di bawah kepemimpinan Jenderal Qasem Soleimani, Sepah Pasdaran telah memasuki periode baru.

Martir Qasem Soleimani berhasil menyatukan gerakan-gerakan Muqawamah Kawasan yang sebelumnya hanya berkobar sendirian. Dia mengenalkan diri dan menjalin relasi dengan mereka lalu menguatkan langkah dalam jihad. Dengan mengeratkan tali persaudaraan dan menciptakan poros Muqawamah, dirinya bisa bergerak ke kancah internasional dalam melawan kolonialisme dunia dan Zionis.

Mantan Komando Sepah Pasdaran menyatakan bahwa peran paling penting Qasem Soleimani dalam mengembangkan dan menguatkan poros Muqawamah adalah memberikan identitas, menciptakan kesatuan geografi, membangun jaringan dan mengajak masyarakat untuk bergabung dalam poros Muqawamah. Dengan pengalaman perang 8 tahunnya, keyakinan, ideologi dan politiknya, Qasem Soleimani menyatukan semua etnis dan mazhab dalam poros Muqawamah dan mengarahkan semua pihak untuk melawan pendudukan dan penjajahan.

qasem soleimani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *