Purna Warta – Serangan pesawat tanpa awak Yaman ke fasilitas minyak raksasa Aramco bernamakan operasi penghancur blokade 1 merupakan bukti akan dibukanya perhitungan baru pejuang Sanaa dalam perang melawan pengepungan tak berkemanusiaan koalisi Saudi-Emirat.
Agresi bersenjata dalam perang Yaman pada Jumat (12/3), adalah salah satu operasi khusus di bawah panji menghancurkan kawat kurungan. 9 drone atau pesawat tanpa awak menghantam fasilitas minyak Aramco Saudi.
Baca Juga : Upaya Al-Sadr Jalin Kesepakatan dengan Al-Maliki, Manuver Siasat atau Terpaksa?
Menurut pengakuan pihak Yaman, operasi militer ini ditujukan untuk membalas pengepungan serta penyitaan kapal-kapal minyak dan mengandung pesan strategis kepada Saudi bersama konco-konconya. Para konco yang hari ini mengemban dampak besar karena efek krisis dunia dan peningkatan harga emas hitam, di mana salah satunya difaktorkan serangan ke fasilitas Aramco. Blokade, yang hingga kemarin masih dijadikan alat tawar-menawar oleh para aliansi pendudukan ke Yaman, telah menjadi bencana berat yang hanya menyisakan opsi pengurangan supresi.
Menurut penjelasan Yahya Saree, Jubir militer Yaman, operasi kali ini meluncurkan 9 drone Samad-3 dan mengincar fasilitas Aramco di Riyadh, ibukota Saudi. 6 pesawat tanpa awal jenis Samad-1 juga menghantam fasilitas Aramco di daerah Abha dan Jizan. Seperti diketahui bahwa Samad merupakan nama yang merujuk pada seorang martir dengan nama Saleh al-Samad, eks Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman, yang shahid pada tanggal 19 April 2018 di tangan Saudi di provinsi al-Hudaidah.
Petinggi rezim pembantai anak-anak Palestina sebelum pemberitaan operasi telah mengakui adanya serangan, namun seperti biasanya, mereka selalu mengabarkannya dengan memandang sebelah mata. Kemudian Saudi memberitakan bahwa hanya satu drone yang menghantam fasilitas Aramco di Riyadh hingga menyebabkan kebakaran. Pemadam kebakaran langsung terjun dan membereskan api dengan cepat.
Baca Juga : Serangan Iran ke Markass Mossad di Erbil, Apa Melanggar Kedaulatan Irak?
Langkah pertama, harus diperhatikan bahwa operasi ini lagi-lagi membuktikan kelemahan sistem pertahanan udara Arab Saudi dan kegagalan semua upaya mereka untuk menutupi kegagalan ini, salah satunya dengan konspirasi dan perang psikologis Riyadh terhadap Yaman.
Pekan lalu di sela pameran 4 hari bertajuk “Pertahanan Dunia” di Riyadh, Saudi berkelakar untuk mengupayakan produksi pesawat tanpa awak pribumi. Ini merupakan satu klaim, namun perlu diketahui bahwa hingga saat ini, sistem pertahanan Barat saja tidak mampu menghadang drone murah dan sederhana Yaman.
Awal Perhitungan Jadid
Operasi kemarin, lepas dari hasil yang sudah bisa diprediksi, merupakan satu operasi yang sudah diwanti-wanti oleh petinggi Yaman sebagai balasan serta dampak kontinuitas blokade dan penyitaan kapal-kapal minyak.
Riyadh, sebagaimana biasanya, meremehkan peringatan Sanaa. Akan tetapi, operasi Jumat ini adalah operasi berbeda dengan sebelumnya. Tajuk operasi adalah ‘Penghancuran Blokade 1’ yang menunjukkan pemilihan target pihak Yaman untuk menghancurkan pengepungan militer. Jika blokade terus aktif, akan menyala operasi lainnya.
Baca Juga : Pakar: Operasi Erbil Bukan untuk Membalas Teror Penasihat Iran di Suriah
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Yahya Saree bahwa pasukan bersenjata Yaman tidak ragu sama sekali akan hak pembalasannya versus blokade dholim ini. Mereka sekarang sudah siap sedia untuk meladeni larangan masuknya kapal-kapal minyak ke Sanaa.
Masalah bukan hanya terbatas pada izin masuk minyak, tapi secara umum, blokade, yang dijadikan alat tawar oleh musuh untuk terus menekan, harus segera dinonaktifkan. Operasi pembalasan Yaman ini sudah berubah menjadi satu perhitungan mata dibalas mata. Yaman telah membalasnya dengan menggunakan senjata, jadi ini merupakan satu perubahan mendasar dalam perang, karena secara praktis, musuh sudah kalah di lapangan.
Perhitungan berubah hingga AS dan Saudi langsung mengaitkan pengangkatan blokade sebagai opsi untuk menghadapi serangan. Namun lebih dari apapun, Istana lebih awal harus mendapatkan jaminan akan keamanan dirinya.
Hal lainnya yang perlu dikupas adalah serangan ke sendi-sendi ekonomi Saudi tidak dilakukan hari kemarin saja. Sejak awal, Yaman sudah menganggap blokade sebagai manuver militer koalisi Saudi. Akan tetapi ada satu perbedaan bahwa operasi kemarin, seperti diakui oleh Yaman, merupakan operasi militer khusus untuk menghancurkan satu persoalan, yaitu blokade. Inilah yang menyebabkan Washington dan Riyadh khawatir.
Baca Juga : Keruk Cuan dari Perang, Turki Desak Kerjasama dengan Israel Kirim Gas ke Eropa
Blokade versus manuver senjata bukan hal remeh yang tidak akan dianggap sebelah mata oleh Amerika dan Saudi. Karena pihak agresor menyadari dampak universalnya. Jika operasi bersenjata Jumat dilihat sebagai satu contoh, maka harus dikatakan bahwa Saudi harus menanti serangkaian serangan lanjutan di hari-hari ke depan. Jika Istana masih tidak peduli ataupun mengulur waktu, maka mereka harus membayar mahal. Itupun tidak akan terbatas pada Aramco atau bagian perminyakan, tetapi akan mencakup pula bandara dan pelabuhan penting lainnya.
Pengembangan Kekuatan Dan Waktu
Di pihak lain, Sanaa bersama dengan komite bersenjatanya telah mengontrol semua wilayah yang diperlukan untuk mendiktekan perhitungan ini ke negara-negara pendudukan dan mereka tidak akan bisa mengelak, karena kemampuan militer Sanaa meningkat secara signifikan.
Begitu pula, melihat perkembangan kekuatan bersenjata, kecerdasan rancangan strategi serta kemampuan aplikasi, bisa dipastikan bahwa Yaman memiliki potensi besar untuk mengoperasikan serangan luas dan lebih keras dari sebelumnya.
Masalah kunci lainnya adalah waktu. Meskipun peluncuran drone lebih sedikit dari operasi militer sebelumnya secara kuantitas, namun efeknya sangat perlu disorot. Saudi berhasil dibuat khawatir dari sisi waktu, di mana Amerika sedang menekan keras Saudi dan Emirat untuk meningkatkan produksi minyak di tengah perang Ukraina. Jadi sebenarnya ini mengguncang dunia.
Baca Juga : Melengos dari Emas Hitam Rusia, AS Dekati Venezuela
Dampak ini menjalar ke semua pendukung Saudi di dunia. Peningkatan operasi secara kuantitas maupun kualitas akan memperparah peningkatan harga minyak dalam sejarah. Dari sisi inilah, pihak-pihak Barat akan mensupresi Saudi, adapun Amerika melihat dengan mata kepalanya sendiri efek dari penyitaan kapal-kapal minyak Yaman ini.
Di akhir perlu diingatkan bahwa perihal di atas tidak mengindikasikan perubahan kebijakan Saudi dan AS dalam waktu dekat. Akan tetapi peningkatan aksi militer akan memaksa Barat menekan Istana Riyadh. Serangan tahun kemarin, yang sempat menghentikan produksi minyak Aramco, mendorong Saudi merubah ekspresi dan setelah itu terlaksana beberapa pertemuan, meskipun gagal.