Beirut, Purna Warta – Abdallah Bou Habib, Menlu Lebanon, dalam wawancaranya dengan media Beirut, membahas tentang kebijakan Lebanon dalam hubungannya dengan Iran, Saudi, AS dan Suriah dan mengungkapkan harapannya akan sukses pelantara Washington menyelesaikan masalah perbatasan maritim dengan Israel.
Mengutip dari Al Jadeed, dalam pembahasan terkait IMF, Abdallah menjelaskan, “Perundingan dengan IMF kemungkinan akan dimulai di bulan November. Meskipun IMF tidak menyatakan kepada pemerintah bahwa mereka tidak akan membantu Beirut sebelum Pemilu.”
Menlu Lebanon mengakui tekanan internasional sangatlah banyak akan pelaksanaan Pemilu tepat waktu. Menlu Abdallah meyakinkan bahwa pemilihan umum akan dilaksanakan tepat waktu. Periode Parlemen akan berakhir pada tanggal 21 Mei depan dan Pemilu akan dilakukan sebelumnya.
Terkait indikasi normalisasi Arab Saudi dan Iran, Menlu Abdallah menjelaskan bahwa hal tersebut akan berefek positif kepada Lebanon.
Menlu Lebanon tersebut mengungkapkan keinginannya untuk dekat dengan Istana Riyadh, akan tetapi menurutnya, pihak Saudi yang tidak ingin.
“Saya siap terbang ke Riyadh kapanpun. Akan tetapi tidak ada jalan untuk ke sana,” jelasnya.
Mengenai hubungan Lebanon-Iran, Menlu Abdallah mengakui bahwa negaranya memiliki relasi baik dengan Tehran dan pengembangannya akan terus berlanjut.
“Kami memiliki hubungan baik dengan Tehran dan kami akan meneruskan pengembangannya. Pernyataan Hossein Amir-Abdollahian, Menlu Iran, telah menjelaskan politik Iran terkait hal ini. Dan saya bangga kami menjadi tribun untuk semua pihak. Jika Menteri Saudi atau Amerika datang, kami juga akan mengucapkan selamat datang kepada mereka,” tegasnya.
Berhubungan dengan perundingan nuklir Iran, Menlu Lebanon meyakinkan bahwa hal tersebut akan berdampak ke Beirut.
“Saya tidak ada masalah dengan hal ini (kunjungan ke Suriah). Seandainya kepentingan Lebanon memaksakan kunjungan ini, saya akan terbang ke Damaskus,” jelasnya terkait indikasi kunjungan ke Suriah.
Menlu Abdallah Bou Habib juga semringah menjelaskan langkah positif dalam upaya meraih sukses perundingan perbatasan laut dengan Israel dan menyatakan, “Lebanon tidak akan melepaskan secuilpun perbatasan maritimnya. Perbedaan sekarang ini terkait dengan hukum nomer 6433 dan petinggi dua negera yakin untuk segera mereformasinya.”
“Baik kita inginkan atau tidak, Amerika Serikat hanyalah satu-satunya pihak yang bisa menjadi pelantara perselisihan perbatasan maritim ini. Dan Lebanon dalam targetnya, akan bekerjasama dengan Amerika. Mereka mengajukan nama Amos Hochstein dan kami menyetujuinya. Namun tetap, mereka tidak bisa mendikte kami,” tambahnya.
“Amos Hochstein memiliki kewarganegaraan Israel, tapi kami di sini akan memperlakukannya sebagai perwakilan Amerika, bukan sebagai warga Israel,” tegasnya meyakinkan.
Di akhir Menlu Lebanon menyatakan, “Amerika ingin membantu Lebanon. Tidak menginginkan keruntuhannya dan saya optimis sukses perundingan perbatasan maritim.”