Purna Warta – Pada hari Jumat, 27/09/2024, rezim Zionis melancarkan serangan udara besar-besaran yang menewaskan Sayyid Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, di markas besar Hizbullah di pinggiran selatan Beirut. Keesokan harinya, dalam pernyataan resmi yang mengonfirmasi kesyahidan Nasrallah, Hizbullah menegaskan komitmennya untuk terus melawan Israel serta mendukung Gaza dan Palestina.
Baca juga: Sheikh Qassem: Hizbullah akan Terus Berjuang Hadapi Serangan Israel
Seperti halnya kesyahidan Sayyid Abbas Al-Mousavi, mantan Sekretaris Jenderal Hizbullah, yang juga dibunuh oleh rezim Zionis, yang kemudian diikuti dengan kepemimpinan Sayyid Hassan Nasrallah dan penguatan Hizbullah secara signifikan, dengan izin Allah, kesyahidan Nasrallah akan menjadi tonggak baru. Di bawah kepemimpinan Sayyid Hassan Nasrallah, Hizbullah telah memasuki fase pertumbuhan dan penguatan yang lebih besar.
Sayyid Hassan Nasrallah dan Perlawanan
Sayyid Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal ketiga Hizbullah di Lebanon, lahir pada tahun 1960. Pada 16 Februari 1992, setelah pembunuhan Sayyid Abbas Al-Mousavi dalam serangan rudal Israel, Nasrallah mengambil alih kepemimpinan partai tersebut. Dikenal sebagai “ahli perlawanan,” Nasrallah menyelesaikan studi agama di seminari Syiah di Lebanon, Irak, dan Iran. Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah Lebanon melancarkan operasi militer signifikan terhadap Israel, yang mencapai puncaknya pada tahun 2000 dengan pengusiran Israel dari Lebanon selatan setelah 18 tahun pendudukan.
Sebagai Sekretaris Jenderal Hizbullah, Nasrallah juga memainkan peran penting dalam pertukaran tahanan dengan Israel pada tahun 2004. Pertukaran ini menjadi salah satu kasus terbesar dalam sejarah, termasuk tahanan dari negara-negara Arab lainnya. Popularitas Nasrallah meningkat drastis selama perang 33 hari dengan Israel pada tahun 2006, di mana perang tersebut berakhir dengan penarikan Israel dari Lebanon selatan setelah menderita kerugian besar. Akibat peristiwa ini, Nasrallah menjadi simbol perlawanan terhadap Israel dan tokoh terkemuka yang menentang pengaruh Barat di Timur Tengah.
Pidato-pidato Nasrallah, yang penuh semangat dan kharisma, diikuti oleh banyak khalayak di seluruh dunia Arab, bahkan dunia. Segera setelah dimulainya operasi Badai Al-Aqsa oleh perlawanan Palestina pada 7 Oktober 2023, Nasrallah mengumumkan dukungan dan solidaritasnya terhadap Palestina. Pada 8 Oktober 2023, Hizbullah membuka front di Lebanon selatan melawan rezim Zionis sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza.
Dari Amal hingga Hizbullah
Sayyid Hassan Nasrallah lahir pada 31 Agustus 1960 di desa Al-Bazourieh, dekat kota Sour di Lebanon selatan. Bersama istrinya, Fateme Yasin, Nasrallah memiliki lima anak: Mohammad Hadi, Zainab, Mohammad Javad, Mohammad Mahdi, dan Mohammad Ali. Putra sulungnya, Mohammad Hadi, meninggal dalam bentrokan dengan tentara Israel di Lebanon selatan pada tahun 1997. Jenazahnya baru diserahkan kembali tujuh tahun kemudian, pada 2004, dalam pertukaran tahanan dengan Israel.
Nasrallah menyelesaikan pendidikan dasarnya di sekolah Al-Kifah di lingkungan miskin Korantina, Beirut, dan melanjutkan pendidikan menengah di San El-Fail, Beirut timur. Setelah pecahnya perang saudara Lebanon pada tahun 1975, keluarganya pindah kembali ke kampung halaman di Al-Bazourieh, tempat Nasrallah menyelesaikan pendidikan menengah.
Baca juga: Lebih dari 50.000 Warga Lebanon Mengungsi ke Suriah di Tengah Meningkatnya Serangan Israel
Pada usia 16 tahun, Nasrallah mendaftar sekolah di seminari Najaf, Irak, tempat ia belajar di bawah bimbingan Sayyid Abbas al-Mousavi, yang kemudian menjadi Sekretaris Jenderal Hizbullah. Nasrallah meninggalkan Irak pada tahun 1978 dan melanjutkan studinya sebentar di Qom, Iran, sebelum kembali ke Lebanon. Di Lebanon, ia melanjutkan studi agama di seminari Imam al-Muntazar di Baalbek, sebuah sekolah yang didirikan oleh Abbas al-Mousavi.
Terjun di Politik
Terjun ke dunia politik, Sayyid Hassan Nasrallah akhirnya diangkat sebagai pemimpin organisasi Gerakan Amal di Al-Bazourieh. Pada tahun 1979, ia menjabat sebagai kepala kantor politik Amal di wilayah Bekaa. Namun, pada tahun 1982, karena perbedaan strategi melawan Israel dengan kepemimpinan Amal, Nasrallah memutuskan bergabung dengan Hizbullah, organisasi yang baru didirikan saat itu. Ia diangkat sebagai pemimpin Hizbullah di wilayah Bekaa, bertugas untuk memobilisasi kekuatan dan membentuk tim militer.
Seiring waktu, Nasrallah naik dalam hierarki Hizbullah dan menjadi salah satu pejabat eksekutif senior. Dalam peran ini, ia bertanggung jawab untuk mengimplementasikan keputusan yang dibuat oleh Dewan Hizbullah. Akhirnya, pada tahun 1992, setelah pembunuhan Sayyid Abbas al-Mousavi, Nasrallah terpilih secara bulat sebagai Sekretaris Jenderal Hizbullah yang baru, meskipun saat itu ia merupakan anggota termuda di dewan tersebut.
Gerakan Hassan Nasrallah
Kantor berita Amerika, Associated Press, menulis bahwa Sayyid Hassan Nasrallah, selama tiga dekade kepemimpinannya atas Hizbullah, telah mengubah organisasi ini menjadi salah satu kelompok “militan” paling kuat di Timur Tengah. Nasrallah, yang sebelum kesyahidannya berusia 64 tahun, dikenal sebagai ahli strategi yang cerdas dan sangat dihormati oleh para pendukung Syiah Hizbullah di Lebanon serta dipuji oleh jutaan orang lainnya di seluruh dunia Arab dan Islam. Meskipun ia dianggap ekstremis oleh Amerika dan sebagian besar negara Barat, Nasrallah juga dipandang sebagai sosok kuat dalam mengendalikan milisi Hizbullah sejak pendiriannya pada tahun 1982.
Dalam pidatonya setelah dimulainya perang Gaza, Nasrallah menegaskan bahwa Hizbullah akan terus menyerang Israel hingga tercapainya gencatan senjata di Gaza. Keputusan Nasrallah untuk mendukung Hamas dalam operasi militernya meningkatkan popularitas Hizbullah secara signifikan di kalangan masyarakat Arab.
Hassan Nasrallah, dengan penampilan berkacamata dan janggut panjang abu-abu, seperti kebanyakan ulama Syiah, mungkin tidak tampak seperti seorang komandan milisi yang memimpin ribuan pasukan bersenjata lengkap, terlatih, dan tangguh. Namun, di balik penampilannya yang sederhana, Nasrallah adalah pemimpin yang karismatik dan strategis. Dalam pidato-pidatonya, ia sering berhenti sejenak, menyisipkan lelucon ringan, atau menggunakan dialek lokal untuk menambah kedekatan dengan audiensnya.
Baca juga: Kuba mengutuk serangan Israel terhadap Palestina, Lebanon dan Yaman
Suatu kali, ketika seorang reporter menanyakan penghasilan bulanannya dalam sebuah wawancara TV, Nasrallah menjawab dengan santai bahwa ia menerima sekitar $1.300 per bulan. Di bawah kepemimpinannya setelah perang saudara Lebanon, Hizbullah mulai membentuk jaringan kesejahteraan sosial yang luas. Mereka membangun sekolah, klinik, dan perumahan di daerah-daerah miskin yang sebagian besar dihuni oleh komunitas Syiah.
Setelah penarikan Israel dari Lebanon selatan pada tahun 2000, Nasrallah menyampaikan pidato yang terkenal, dengan mengatakan: “Israel memiliki senjata nuklir dan angkatan udara terkuat di kawasan, namun kenyataannya, Israel lebih lemah dari jaring laba-laba.” Pidato ini menegaskan keyakinannya akan kelemahan Israel meskipun kekuatan militernya terlihat kuat. [MT]