Mengapa Militer Afghanistan Tidak Berdaya?

militer Afghanistan

Oleh: Ismail Amin*

Tidak ada yang memprediksi Afghanistan bisa dikuasai Taliban hanya dalam beberapa pekan. Kabul bahkan dapat dikontrol Taliban sepenuhnya tanpa sedikitpun perlawanan. AS sesumbar, militer pemerintah yang mereka latih selama 20 tahun bisa kuat menghadapi Taliban, jadi kalaupun kalah setidaknya adu senjatanya membutuhkan waktu berbulan-bulan. AS juga sudah menggelontorkan total 83 Biliun dollar Amerika untuk membangun armada militer yang tangguh di Afghanistan, yang katanya untuk menciptakan keamanan dan melawan terorisme.

Tapi siapa sangka, begitu AS mengumumkan penarikan pasukan, Taliban mengamuk dan berhasil merebut satu persatu distrik tanpa perlawanan berarti dari Afghan Forces. Juru bicara Taliban menegaskan bahwa sebagian besar provinsi disita oleh mereka tanpa pertempuran. Kemajuan pesat Taliban menjelaskan bahwa upaya AS untuk mengubah militer Afghanistan menjadi kuat gagal total. Dibangun lebih dari 20 tahun, bagaimana pasukan Afghanistan runtuh? Mengapa pasukan Afghanistan tidak menghadapi Taliban? Bagaimana Kabul jatuh meskipun tentara Afghanistan terlatih?

Laporan bermunculan mengenai bagaimana peralatan militer AS jatuh ke tangan Taliban. Di wilayah yang diserang Taliban, tentara pemerintah berlarian meninggalkan peralatan yang dipasok AS. Dibekali senjata jauh lebih canggih dengan kemampuan yang jauh lebih terlatih tapi mengapa Afghan Army takluk oleh Taliban?. Mengapa perlawanan yang berikan tidak berarti apa-apa bagi Taliban?

Jawabannya, lesunya milter Afghanistan. Tentara pemerintah sudah lama tidak memiliki mental berperang. Sejak korupsi menggerogoti angkatan bersenjata itu.

Para komandan sering menyelewengkan uang yang dimaksudkan untuk pasukan mereka, menjual senjata di pasar gelap, dan memanipulasi jumlah tentara dengan membentuk kesatuan militer fiktif. AS menyebutnya Ghost Soldiers, tentara hantu.

Selama bertahun-tahun, pemerintah AS mengeluarkan laporan yang merinci sejumlah besar korupsi di dalam pasukan keamanan Afghanistan. Kementerian Pertahanan Keamanan kerap berjanji menyeret pelaku korupsi, namun tidak juga dilakukan.

Gerah dengan korupsi gila-gilaan pemerintah dan petinggi militer Afghanistan, Joe Biden memangkas besar-besaran bantuannya di kuartal 2020. Namun bagaimanapun keadaannya, AS sudah harus melakukan penarikan pasukan sebab  Trump sudah terikat janji dengan Taliban untuk AS melakukannya paling lambat di tahun 2021. Di lapangan, Pasukan Keamanan dan Pertahanan Nasional Afghanistan (ANDSF) jumlahnya tidak signifikan untuk membendung serangan Taliban. 300 juta dollar dipakai AS untuk menggaji tentara hantu setiap tahunnya. 50% – 70% ANDSF adalah personel hantu. Gaji mereka masuk ke kantong petinggi militer yang dipakai bergaya hidup mewah. 

Sementara Taliban, meski disebutkan hanya memiliki 60.000 pejuang inti namun dari setiap distrik yang dikuasainya berhasil merekrut anggota yang membuat kekuatannya makin berlipat. Taliban mungkin merupakan kekuatan tempur yang kurang canggih secara teknis dibandingkan tentara Afghanistan tetapi jauh lebih militan dengan penguasaan medan tempur yang lebih baik. Terbukti, strategi militer Taliban ampuh memperdayai pasukan Afghanistan. Mereka menghujani pasukan pemerintah dengan serangan multi-cabang terhadap sasaran di seluruh negeri. Pasukan Afghan berhasil dipecah menjadi satuan-satuan kecil yang kehilangan koordinasi bahkan terkurung dengan kekurangan logistik dan bahan makanan.

Siapa yang paling bertanggungjawab dengan kondisi tentara Afghanistan?

Tentu saja panglima militernya, Jenderal Besar Abdul Rashid Dostum. Dia melarikan diri meninggalkan tentaranya, rakyatnya dan negaranya. Dia kabur dengan uang melimpah hasil dari menipu AS dan rakyat Afghanistan.

Dengan korupsi bermilyar-milyar selama bertahun-tahun, wajar kediaman pribadi yang ditinggalkannya penuh dengan ornamen berlapis emas. Itu diketahui dari postingan Taliban di media sosial begitu menguasai kediaman panglima yang memiliki bejibun penghargaan dan medali itu.

Afghanistan menjadi negara yang penuh dengan prahara dan tragedi yang berkepanjangan, karena pengkhianatan, kepengecutan, mental korup dan keserakahan berkuasa.

*Pemerhati isu-isu Timur Tengah, sementara menetap di Iran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *