Mengapa Iran Tidak Terburu-Buru Membalas Israel?

Purna Warta – Pembunuhan Ismail Haniyeh akhir Juli lalu secara dramatis meningkatkan tensi antara Iran dan Israel yang membuat seluruh dunia penasaran, bagaimana dan kapan Iran akan membalas. Pada 2024 ini, Iran menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari serangan teroris di Kerman, serangan di konsulat Iran di Damaskus, kematian Presiden Raisi dan terakhir pembunuhan Ismail Haniyeh.

Ismail Haniyeh sendiri datang ke Tehran dalam rangka menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian. Dalam pertemuan dengan pemimpin Hamas tersebut, Pezeshkian menyatakan kesiapannya untuk ikut serta dalam negosiasi menurunkan tensi dengan barat.

Pezeshkian juga mengatakan ingin menormalisasi hubungan ekonomi Iran dengan negara lain kendati sanksi. Pernyataan ini tidak heran muncul darinya, sejak ia adalah seorang reformis dan berhaluan moderat dan pragmatis.

Selama beberapa waktu terakhir, seluruh dunia penasaran bagaimana dan kapan Iran akan membalas. Di sisi lain, sikap diam tak bergeming Iran menghadapi pertanyaan dunia membuat Israel terus menerus menerapkan protokol keamanan ekstrim.

Tehran sendiri meyakini bahwa kebingungan yang dialami Israel itu merupakan bagian dari cara Iran membalas mereka.

Amerika Serikat di sisi lain terus menerus mengusahakan negosiasi dengan Iran supaya mengurungkan naitnya membalas Israel. Washington pada dasarnya tidak akan mendapat keuntungan dari meningkatnya tensi antara Israel dan Iran.

Dengan pemilu sudah di jalan, Partai Demokrat Amerika tidak mau memberikan kesempatan pada Donald Trump untuk menuduh mereka gagal melindungi Israel dalam situasi seandainya balasan Iran benar-benar terwujud.

Iran juga menghadapi situasi sulit, menurut Al-Jarida, hubungan Iran dengan sekutunya makin terpuruk akibat tensi dengan Israel.

Hizbullah ingin membuka front terbuka melawan Israel dengan alasan membalas kematian Fuad Shukr yang tentu tidak didukung Iran yang masih menunggu momentum. Hamas sendiri dalam sebuah pernyataan menyebutkan bahwa jika Iran siap menanggung resiko membunuh Netanyahu sebagai balasan atas Haniyeh maka mereka akan mendukung sepenuhnya, jika tidak maka Hamas tak setuju.

Di satu sisi Iran beresiko memasuki medan perang dengan konsekuensi tak bisa diprediksi jika menyerang. Dari sisi lain, Iran tidak bisa diam saja harga dirinya diinjak dengan membuat Israel mengambil keputusan final.

Kendati Pezeshkian berjanji akan membalas Israel, namun ia tetap tidak ingin terjadi perang besar antara Iran dan Israel. Bukan berarti takut, akan tetapi apa yang akan Iran dapat dari perang ini?

Tampak jelas sekali bahwa Israel ingin menyeret Iran ke dalam konflik. Jika berhasil maka Netanyahu akan sukses dalam misinya menyatukan elemen-elemen di sekitarnya untuk melawan satu musuh dan semakin memperkuat posisinya.

Iran memiliki masalahnya sendiri untuk memperbaiki dan mengoptimalkan situasi ekonomi dalam negeri dan memperbaiki hubungan dengan negara lainnya dengan bergabung dengan BRICS dan SCO misalnya.

Waktu terus berjalan dan bukan mustahil ancaman Iran tak lebih dari sekedar ucapan.

 

Oleh Farhad Ibragimov

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *