Purna Warta – Mengklaim diri memiliki keunggulan di sektor siber di dunia, namun faktanya, jaringan elektronik dan infrastruktur Israel mempunyai banyak bug (error yang menyebabkan aplikasi/software tak berjalan dengan semestinya) dan persoalan keamanan sehingga mudah diretas oleh para hacker.
Rezim Zionis Israel memiliki keterlibatan luas dalam memproduksi malware (sebutan untuk perangkat lunak berbahaya) untuk digunakan sebagai alat meraih kepentingannya, yang membahayakan keamanan target-terget rezim ini.
Akhir-akhir ini, para peretas menarget lembaga-lembaga swasta dan pemerintah rezim Zionis dan menciptakan persoalan serius bagi rezim penjajah Palestina ini. Padahal Tel Aviv telah dilengkapi peralatan dan perangkat yang paling modern dan mahal untuk melindungi diri.
Selama beberapa hari terakhir, beberapa laporan telah diterbitkan tentang serangan siber terhadap beberapa situs web perbankan, perusahaan listrik, asuransi, kantor pos, kesehatan, Bandara Ben Gurion, dan beberapa pusat lainnya di wilayah Palestina pendudukan (Israel).
Media-media Palestina melaporkan pada hari Selasa (25/4/2023) bahwa serangan siber menarget belasan situs web rezim Zionis. Serangan siber ini menyebabkan 15 lembaga dan organisasi penting di wilayah Palestina pendudukan (Israel) menghadapi masalah serius.
Di antara perusahaan dan institusi yang diretas adalah situs web televisi rezim Zionis, dua perusahaan komunikasi Silicom dan Partner , Universitas Tel Aviv, surat kabar The Jerusalem Post dan perusahaan air.
Perusahaan angkutan umum dan bank Discount yang merupakan bank terbesar ketiga rezim Zionis, juga menjadi terget serangan siber. Serangan siber ini menyebabkan penangguhan layanan atau kelambatan layanan, kekacauan dan gangguan parah pada server serta gangguan-gangguan lainnya.
Pada Senin malam, kelompok peretas yang sama mengumumkan serangannya di situs organisasi intelijen Zionis dan operasi khusus yang dikenal sebagai Mossad dan jasa asuransi sosial Israel.
Menurut surat kabar Zionis, Maariv, dalam serangan hari Senin, kelompok peretas anonim mengumumkan di halaman telegramnya bahwa mereka menonaktifkan dua situs utama pemerintah, satu milik Mossad dan yang lainnya terkait dengan asuransi pemerintah. Peretas juga mengancam bahwa serangan ini adalah pendahuluan dari serangan yang lebih besar.
Dalam sebuah laporan, The Times of Israel mengungkapkan keprihatinan tentang perubahan keseimbangan kekuatan di arena dunia maya yang berpihak kepada Republik Islam Iran.
Surat kabar ini menulis bahwa selama beberapa tahun ini, Jumat terakhir bulan Ramadan -sebagai hari yang disebut Hari Quds- telah dikaitkan dengan serangan-serangan peretasan dan upaya untuk mengganggu kehidupan orang-orang Israel.
Sebelumnya, kelompok peretas “Tongkat Musa” telah melakukan serangan siber terbesar terhadap jaringan-jaringan dan infrastruktur keamanan dan militer Israel.
Kelompok ini telah secara resmi mengumumkan bahwa tujuan dari serangan sibernya adalah untuk melawan rezim Zionis dan mengungkap kejahatan rezim ini di wilayah pendudukan.
Mereka juga mengumukan bahwa serangan tersebut juga untuk menciptakan gangguan maksimum dalam operasi dan merusak target-target di wilayah pendudukan melalui pengungkapan rahasia perusahaan-perusahaan dan informasi sensitif lainnya.
Belum lama ini, Tongkat Musa meretas informasi kecil dan besar tentang informasi ratusan tentara Israel, termasuk nama, email, alamat, dan nomor telepon, serta file yang berisi informasi dasar batalion tempur rezim Zionis dengan cara menyusup ke sistem keamanan tinggi Kementerian Peperangan Israel.
File yang diretas juga termasuk profil para kandidat yang akan bergabung dengan aparat keamanan, informasi pribadi yang sensitif seperti status psikologis, sosial, dan ekonomi para tentara Israel.
Tongkat Musa juga mempermalukan institusi militer dan badan-badan keamanan rezim Zionis dengan menerbitkan foto Benny Gantz, Menteri Perang rezim ini pada saat itu, di komputer Kementerian Peperangan sambil mengancamnya.
Pada haul kedua kesyahidan Haj Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Qatar al-Arabi Network melaporkan serangan oleh sekelompok peretas bernama Qasim.
Peretas telah merilis gambar grafik serangan rudal ke situs nuklir Dimona, di mana sebuah rudal ditembakkan dari cincin batu akik dengan tangan terkepal di sebuah situs yang melambangkan reaktor nuklir Israel di Dimona.
Surat kabar Haaretz menyinggung banyaknya kasus serangan peretas dan menyebut “ancaman dunia maya” sebagai salah satu ancaman terbesar bagi keberadaan Israel.
Surat kabar Zionis itu menulis, Israel tidak cukup memperhatikan ancaman ini, dan meskipun Tel Aviv menyombongkan kekuatan dunia maya mereka, namun pada saat yang sama, mereka menghadapi serangan siber yang sangat parah.
Menurut surat kabar Rai al-Youm, serangan dunia maya adalah “musuh tersembunyi paling berbahaya” yang menakuti rezim Zionis dan melumpuhkan gerakannya dengan hanya menekan sebuah tombol. Perang informasi adalah pertempuran yang menghabiskan informasi dan keuangan penjajah serta memperluas aturan dan persamaan konflik.
Secara umum, terlepas dari kenyataan bahwa rezim Zionis dilengkapi dengan program dan perangkat paling modern dan mahal untuk melindungi diri dari serangan siber, namun faktanya teknologi modern ini tidak banyak membantu Israel, dan serangan siber sekarang menjadi ancaman bagi seluruh keberadaan rezim ilegal tersebut.
Ini berarti bahwa rezim Zionis telah kalah dalam permainan dan perang di arena siber dan bahkan berada dalam fase defensif. Rezim ini juga telah kehilangan daya tangkalnya di medan pertempuran militer konvensional dan kini sedang dihadapkan pada berbagai front, yang sewaktu-waktu meruntuhkannya.