Purna Warta – Banyak media berbahasa Ibrani yang mengupas metode pemilihan umum. Mereka menuliskan bahwa reformasi ataupun merubah metode Pemilu lebih dari segi teknis dan taktik, metode sekarang akan menghancurkan rezim Zionis.
Senin kemarin, media melaporkan keputusan Kabinet Naftali Bennett untuk membubarkan Parlemen Knesset dan penyelenggaraan Pemilu darurat. Haaretz melaporkan bahwa Bennett dan Lapid sepakat mengadakan pemungutan suara minggu depan untuk pembubaran Knesset. Jika hasil pemungutan suara ini disepakati, Lapid akan menjadi suksesor PM Naftali Bennett.
Dikutip dari al-Mayadeen, Amnon Abramovich, analis chanel 12 tv Israel, menjelaskan tentang keputusan ini, “Dengan metode Pemilu yang sekarang, kami bergerak menghancurkan Israel selangkah demi selangkah.”
“Ketika kami berbicara mengenai reformasi metode pemilihan umum, maksud kami bukanlah reformasi teknis atau taktik. Kami telah menyelenggarakan 4 Pemilu dan sekarang, putaran yang kelima,” tambahnya.
Dalam menjelaskan analisanya ini, Amnon membawakan satu permisalan dan menegaskan, “Ada satu pernyataan yang bagus yang mengatakan bahwa jika Anda melakukan satu pekerjaan berulang kali dan Anda menantikan hasil yang berbeda-beda, maka hal ini tidak akan pernah terjadi.”
Dalam memprediksi hasil Pemilu depan, Amnon Abramovich menjelaskan, “Kalaupun koalisi Netanyahu sukses meraih dukungan 61 anggota Parlemen Knesset, kami masih meyakini bahwa mengatur Israel dengan jumlah Wakil sebanyak ini tidaklah mungkin.”
Setelah keputusan pembubaran Knesset ini, Benjamin Netanyahu berkelakar, “Kami akan membangun pemerintahan besar nan luas di bawah kepemimpinan partai Likud.”
Sementara, analis chanel 12 Israel yang lain mengkritik keputusan Kabinet Israel soal pembubaran yang tidak sesuai, bahkan tidak mendukung situasi krisis sekarang ini dengan menyindir, “Satu hal terakhir yang dibutuhkan oleh rezim Zionis adalah perang Pemilu 4 bulan 5 hari, perang yang sangat panjang. Persaingan paling panjang selama 15 tahun terakhir.”
Analisa ini seakan membenarkan analisa sebelumnya yang menuliskan pembubaran Kabinet Bennett sebelum datangnya Presiden AS Joe Biden.