Purna Warta – Salah satu sumber diplomatik dalam wawancaranya dengan Asharq al-Awsat membahas adu jotos terakhir antara Israel dan Hizbullah.
“Oximeter Israel dan Hizbullah Lebanon kembali terkontrol dan tidak akan berakhir pada perang. Hizbullah ingin mengecek detak pemerintahan baru Naftali Bennet yang telah meluncurkan agresi psikologis melawan Muqawamah, baik dengan deklarasi siap darurat barisan militer ataupun dengan manuver angkatan bersenjata di bawah dukungan operasi udara pesawat tanpa awak,” tulis Asharq al-Awsat.
Surat kabar cetakan London tersebut kemudian melanjutkan bahwa dengan demikian maka bisa dikatakan bahwa Hizbullah ingin menguji Perdana Menteri Israel dengan api demi mencapai satu kepastian apakah dirinya ingin merubah peta perang dan kembali ke kaedah perang sebelum perang Juni (33 hari)? Muqawamah Lebanon ingin meyakinkan apakah ancaman-ancaman PM Israel serius atau hanya ingin menakut-nakuti dengan mengumumkan situasi darurat di sepanjang perbatasan internasional Beirut?
Menurut pengamatan sumber diplomatik tersebut, Washington dan Paris kepada pemerintahan Lebanon (yang sebagian mengantek Tel Aviv dan sebagian mengikut Hizbullah) menegaskan bahwa mereka tidak ingin menambah tekanan politik, keamanan dan ekonomi dalam negeri yang telah menghalangi pembentukan pemerintahan.
“Karena konflik apapun di bagian selatan akan mengakibatkan peningkatan kapasitas keruntuhan yang selalu mereka hindari,” jelasnya kepada Asharq al-Awsat.
“Dengan menekan segala lini, Prancis dan Amerika bisa menciptakan satu jalur aman demi kelanjutan musyawarah-musyawarah antara Presiden Michel Aoun dan Najib Mikati, meskipun masih menghadapi beberapa hambatan saat ini,” tambahnya.
Kepada Israel, menurut pengamatan sumber diplomatik tersebut, Muqawamah Lebanon menginformasikan bahwa mereka tidak akan membiarkan Beirut menjadi medan perang terbuka. Karena memiliki relasi dengan Suriah dan Gaza, Hizbullah tidak akan membiarkan desa-desa dan kota-kota kecil Beirut menjadi sasaran empuk senjata. Bahkan seandainya pasukan Muqawamah di dalam Israel berhasil menciptakan ancaman, Hizbullah akan mengontrolnya.
Ini adalah pengamatan balasan Hizbullah akan serangan udara jet tempur Israel pada hari Jumat, 6/8, kemarin. Meskipun Israel menegaskan bahwa operasi jet tempur adalah aksi membalas serangan roket dari daerah Lebanon, yang terjadi pada hari Rabu, 4/8.
Tapi semua ujung kedaulatan Lebanon telah menjadi garis merah yang tidak boleh dikangkangi oleh Israel. Ini adalah peta yang digariskan pasca perang 33 hari, Juni 2006.