Purna Warta – Putra Mahkota Saudi selain mengklaim mengupayakan hidup berdampingan dengan Iran, juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan melihat Israel dengan kacamata lawan. Diapun membuka indikasi persekutuannya dengan rezim Zionis di masa depan.
Dalam wawancaranya dengan surat kabar AS, The Atlantic, 3/3, Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Saudi, membahas berbagai hal, salah satunya hidup berdampingan dengan tetangga Teluk Persianya, Iran.
Baca Juga : 22 Februari Hari Kematian Wahabi dan Pengulitan Keluarga Saud
Kasus Khashoggi
Salah satu pembahasan yang dikupas oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman berkaitan dengan berkas pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis kondang media besar Washington yaitu Washington Post, melalui pertanyaan yang dilontarkan oleh Jurnalis The Atlantic berdasarkan hasil laporan dari CIA yang menyebut pembunuhan yang dioperasikan atas titahnya.
“Melihat pembunuhan satu orang, yang tidak seharusnya (dibunuh), sangatlah menyakitkan. Kami berharap insiden ini tidak terulang atas warga Saudi ataupun warga kedaulatan lainnya. Tanpa diragukan lagi bahwa ini merupakan satu kesalahan dalam sistem. Semua upaya kami curahkan untuk memperbaiki sistem dan kami yakin bahwa hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi. Kami mengambil kebijakan yang mungkin dikeluarkan oleh negara-negara biasanya. Kami menangkap orang ini untuk diinterogasi dan kemudian mengirimnya ke pengadilan. Setelah itu, pengadilan mengeluarkan beberapa hukum atasnya,” jawab Bin Salman.
“Mereka dihukum. Ini adalah hal yang juga terjadi di saat Amerika ada di Irak, Afganistan dan Guantanamo. Kalian mengambil kebijakan yang benar, begitu pula kami,” tambahnya.
MBS menolak laporan tentang titahnya dalam pembunuhan dan mengklaim, “Kenapa saya harus melakukan kejahatan ini? Ini sangatlah jelas.”
Baca Juga : Perang Rusia-Ukraina, Efeknya ke Dunia Arab dan Tugas Baru di Kawasan
“Kalian jangan mengecam kami. Saya mengerti kemarahan ini, khususnya di dunia jurnalis. Saya mengerti emosional ini. Tetapi kami juga memiliki emosional dan sakit kami sendiri. Kami merasa bahwa ada respon yang tidak benar kepada kami. Saya pribadi merasakan hal ini bahwa hukum hak asasi manusia tidak berjalan kepada kami. Pasal 11 HAM menegaskan bahwa seseorang atau selama tidak dijatuhi hukuman, dia tidak bersalah,” tegasnya.
“Saya tidak memiliki hak saya, jadi bagaimana kalian berbicara tentang hak asasi manusia kepada saya sedangkan kalian tidak memperlakukan saya sesuai dengan pasal 11 HAM. Ini di luar logika.” Dan MBS juga menekankan bahwa dirinya belum pernah membaca jurnal Jamal Khashoggi.
Terkait Iran
Pernah sebelumnya, tepatnya pada tahun 2017 Bin Salman mengatakan kemustahilan bersampingan dengan Iran. Namun dalam kesempatan ini, Putra Mahkota Saudi tersebut menyatakan, “Mereka adalah tetangga kami dan akan selamanya menjadi tetangga. Kami tidak bisa melepaskan mereka (Iran) begitu saja dan mereka juga tidak akan membiarkan kami. Jadi sebaiknya kami selesaikan krisis ini dan berupaya mencari pondasi hidup berdampingan. Selama 4 bulan, kami telah melakukan beberapa dialog dan kami mendengar banyak pendapat dari petinggi Iran, yang kami menyambutnya di Riyadh. Kami akan meneruskan analisa detail perihal ini dan kami berharap sampai pada satu titik di mana baik untuk kedua belah pihak dan menciptakan masa depan yang cerah untuk Saudi dan Iran.”
Baca Juga : Kenapa Emirat Abstain dalam Pemungutan Suara Kecaman Invasi Rusia?
Mengenai resolusi nuklir, Putra Mahkota Bin Salman menegaskan, “Saya percaya bahwa setiap negara yang memiliki bom pembunuh massal di dunia ini, baik Iran maupun yang lainnya, membahayakan. Oleh karena itu, kami tidak ingin melihat satu kesepakatan yang lemah, di mana resolusi itu akan berakhir seperti ini (lemah).”
Tentang Israel
Ditanya mengenai kunjungan Perdana Menteri Israel ke Emirat, MBS menjawab, “Kesepakatan antar anggota Organisasi Kerja Sama Teluk Persia adalah tidak ada satupun negara yang boleh mengambil keputusan politik, keamanan dan ekonomi yang membahayakan pemerintahan anggota. Semua negara Organisasi ini harus menjalankan kesepakatan ini. Selain itu, menurut saya, setiap negara bebas untuk melakukan apapun yang diinginkan. Mereka punya hak untuk melakukan apapun yang dinilai layak oleh Emirat.”
“Tapi khusus kami, kami berharap masalah antara Israel dan Palestina selesai. Kami tidak melihat Israel sebagai musuh, tetapi kami melihatnya sebagai sekutu yang mungkin untuk kepentingan bersama. Tapi beberapa masalah harus diselesaikan sebelum hal ini,” tambahnya.
Baca Juga : Apa Target Amerika di Perbatasan Suriah-Irak?
Kritik Amerika
Di bagian lain wawancaranya ini, Bin Salman mengajukan kritik kepada Gedung Putih dan menyatakan, “Negara ini membuka satu ruang dengan masuk perang versus Irak.”
“Tidak penting bagiku,” cetusnya saat ditanya tentang keinginannya untuk mengetahui pendapat Joe Biden tentang sesuatu yang mungkin tidak diketahui sang Putra Mahkota.