Purna Warta – Sejak tahun 2016 sampai sekarang, militer Erdogan mengoperasikan 3 manuver bersama dengan kelompok militan dukungannya di utara dan timur laut Suriah dan setiap operasi, mereka berhasil menduduki bagian-bagian tertentu dari wilayah tersebut.
Operaration Euphrates Shield (Perisai Efrat) pada 24 Agustus 2016, Operation Olive Branch (Ranting Zaitun) pada 20 Januari 2019 dan Operation Peace Spring (Air Mata Perdamaian) pada tanggal 9 Oktober 2019. Ini adalah 3 operasi pilar Turki di Suriah dari 2016-2021.
Sedari awal agresi, Turki telah mengumumkan bahwa operasi mereka menargetkan kelompok Kurdi, yaitu PKK (Partiya Karkeren Kurdistan atau Partai Pekerja Kurdi). Namun target jangka panjangnya adalah transisi wilayah pemukiman Kurdi Suriah menjadi pemukiman Arab, tapi yang jelas bukan satu wilayah yang nantinya akan bergantung di bawah kuasa Presiden Suriah, Bashar Assad.
Baca Juga : Kesalahan-Kesalahan Erdogan
Dari sejak awal itu, analis sudah meyakinkan bahwa Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki, sudah bernafsu untuk menghidupkan impian kuasa New Ottoman.
Al-Rai, salah satu media kondang Kuwait, menganalisa gerak politik Turki akhir-akhir ini di utara Suriah dan menguak target jangka Panjang Ankara dalam aneksasi wilayah ini.
“Proyek Turki untuk mengambil alih dan mengontrol ekonomi, sosial hingga keamanan di wilayah-wilayah utara Suriah sudah sempurna. Sepertinya Ankara tidak ingin meninggalkan wilayah tersebut. Selain berupaya mengaktifkan mata uang lira di daerah-daerah ini, Turki juga berusaha memasukkan mata pelajaran Bahasa Turki di Pendidikan, membangun pabrik-pabrik, universitas, sekolah, perusahaan telekomunikasi, kantor pos, bank dan aliran listrik,” tulis al-Rai menjelaskan.
Berdasarkan hal ini, sebagian meyakini bahwa politik Turki berasaskan politik separasi Suriah. Karena jaringan ekonomi yang dibangun membuktikan ideologi Ankara tentang kemustahilan pemisahan bagian utara Suriah dari bagian Turki.
Baca Juga : Antrian Panjang Kabilah-Kabilah Ma’rib Bergabung dengan Ansarullah
Dalam pertemuan di Rusia antara Presiden Putin dan Erdogan, terbuktikan bahwa ada perbedaan besar tentang urusan intervensi Turki di Suriah.
“Dari Afrin hingga Ras al-Ayn, Ankara telah membangun pondasi bawah tanah yang memperlihatkan tujuan jangka panjang di Suriah. Tujuan Turki di Suriah telah terungkap dalam operasi militer Perisai Efrat pada tahun 2016, di mana untuk pertama kalinya tank-tank Ankara memasuki kedaulatan Damaskus. Setelah itu, manuver militer Air Mata Perdamaian yang bertujuan untuk menghadang militer pemerintah sah Suriah menjangkau tol jalan utama M5 yang menghubungkan antara Aleppo dan daerah-daerah Hama dan Homs,” hemat al-Rai.
Menurut laporan al-Rai, Presiden Recep Tayyip Erdogan telah berkali-kali menyatakan bahwa dirinya mencari dukungan hak warga Suriah dalam pemilihan rezim dan mendukung tuntutan-tuntutan mereka. Namun demikian, mayoritas elemen-elemen di bawah kontrol Turki, mulai dari kelompok ekstrimis dan pasukan asing bersama al-Qaeda serta ISIS tidak memiliki pengesahan dan keabsahan internasional sehingga membuat Turki sah mengeksploitasi Suriah dan menduduki wilayah di kedaulatan Damaskus.
Dengan berbagai masalah ini, tetap saja Turki mengambil langkah pengkombinasian daerah-daerah pendudukannya di utara Suriah dan menggabungkan dewan-dewan daerah Suriah ke provinsi-provinsi selatan Ankara demi menguatkan kerjasama, koordinasi dan stabilisasi kepemimpinan Turki sebagai pemimpin tertinggi yang melebihi petinggi daerah setempat di utara Damaskus. Wilayah paling urgen adalah Afrin, Jarabulus, A’zaz, Jindires, Rajo dan Shaykh Hadid.
Baca Juga : Peringatan Mantan PM Irak: Siap-siap Pukulan dari Timur ke Iran
Sebagian rancangan strategis Turki, menurut al-Rai, adalah reformasi Ankara akan buku-buku pelajaran, mengajarkan Bahasa Turki, mengganti bendera Suriah, menempelkan spanduk-spanduk di lorong-lorong, membangun organisasi-organisasi umum dan merubah nama jalan-jalan sehingga selain bernuansa Bahasa Arab, juga berbahasa Turki. Seperti contoh, perkebnunan A’zaz dirubah menjadi al-Ummah al-Uthmaniyah (Bangsa Ottoman). Di daerah Jarabulus, foto Erdogan bertengger di tembok rumah sakit kota utama.
Dan uang hasil dari ekonomi di perbatasan wilayah Suriah kontrolan Turki dan kelompok-kelompok perwakilan Ankara dikhususkan untuk pembangunan.
Analis al-Rai meyakini bahwa penarikan mundur Amerika telah membuka pintu untuk Turki. Sementara Ankara sudah meyakini bahwa Amerika akan mundur, dengan begitu mereka membangun pusat dan basis militer demi pertahanan.
Laporan al-Rai memperlihatkan bahwa wilayah kontrol Turki berkisar 9.000 kilometer persegi yang meliputi sekitar 1000 kota kecil dan lebih dari 10 ribu tentara di dalamnya.
Dengan transparan, Presiden Turki menjelaskan tertanggal 24 September lalu di Majelis Umum PBB bahwa Ankara ingin menghancurkan akar teroris PKK dan Satuan Pembela Rakyat (YPG/Yekineyen Parastina Gel) dan menciptakan koridor perdamaian.
Baca Juga : Kritisi Siasat Dungu Israel, Analis: Tidak Ada Lagi yang Ditakuti Iran
Berdasarkan hal ini, maka target Erdogan adalah membangun puluhan daerah dan desa yang bisa menampung lebih dari 1.500.000 imigran Suriah sehingga hal ini menjadi titik awal konflik baru versus Suriah dalam kontrol lebih luas kedaulatan Damaskus.
“Bukan hanya Iran dan Rusia yang tidak setuju dengan target Turki ini, tetapi semua penduduk Suriah menuntut penarikan mundur Turki. Namun Erdogan masih bersikukuh untuk mencaplok wilayah kedaulatan Suriah dalam perang demi pembebasan jalan utama Homs, Hama dan Aleppo yang disebut M5 dan tol antara Laziqiyah dan Aleppo yang disebut M4,” cetus analis al-Rai.
Karena hal inilah, Turki mengoperasikan agresi senjata besar di kota Saraqib dan mengancam Aleppo. Sementara militer pemerintah Suriah bersama dukungan sekutu setianya berhasil memukul mundur prajurit Turki meskipun tertandatangani kesepakatan di Sochi.
Baca Juga : Krisis Saudi-Lebanon, Apakah Operasional Skenario Anti-Beirut Israel-AS?
Hasil pertemuan Turki-Rusia menguak keluar. Moskow masih ingin mempertahankan peta yang telah tergariskan di buku internasional selama ini.
Di akhir, al-Rai menuliskan bahwa ada indikasi bahwa Erdogan sampai saat ini belum melepas impian aneksasi sebagian wilayah Suriah ke kedaulatan Turki. Demi impiannya ini, Erdogan juga mengutus pasukannya untuk menduduki sebagian Irak, sedangkan Baghdad pasca kehancuran ISIS menuntut Ankara untuk meninggalkan kawasan Kurdi.