Markas Pusat Ikhwan al-Muslimin di Yaman Rata dengan Tanah

Markas Pusat Ikhwan al-Muslimin di Yaman Rata dengan Tanah

Purna Warta – Terendus indikasi tujuan Emirat dalam memusatkan diri di kota Taiz dan provinsi Shabwah serta Ma’rib untuk mengusir Ikhwan al-Muslimin dari Yaman. Dengan begitu, UEA telah melengkapi potongan pazel dalam melawan Islam politik.

Kabar pelengseran Mohammed Saleh bin Adio, Gubernur dari Ikhwan al-Muslimin di provinsi Shabwah, telah menjadi kabar utama di tengah markas sekutu Saudi. Di samping perubahan dan kemajuan lainnya di Yaman, maka kabar ini bisa dikategorikan dalam upaya mempercepat pengusiran Ikhwan dari koalisi Arab. Ini merupakan bukti akan akhir persekutuan Saudi dengan partai al-Islah Ikhwan al-Muslimin dalam kasus Yaman. Hal ini tentu berpengaruh dalam perkembangan krisis Yaman di masa depan.

Baca Juga : Homoseksual Garis Merah Modernisasi Saudi Ala MBS

Balhaf, Satu Potongan Pazel

Titik terpanas krisis di provinsi Shabwah terjadi di pertengahan musim panas tahun ini. Hampir satu tahun setelah supresi besar Ansarullah di provinsi Ma’rib dan ketidakberhasilan transisi ibukota dari Sanaa ke Aden, pemerintahan Hadi berupaya mengambil alih kontrol fasilitas gas di pelabuhan Balhaf melalui kaki tangan sekutu Kabilah al-Islahnya dan tekanan kepada Emirat di lapangan. Dengan langkah ini, pemerintahan Hadi berharap bisa menutupi kerugian ekonomi karena kehilangan pelabuhan Aden dan Ma’rib sebagai sumber pendukung cuan dan sosial.

Poin utama bagi al-Islah dari wilayah ini, yaitu Balhaf, adalah sumber daya minyak dan garis pipa. Dengan mengontrol fasilitas ekspor gas cair di pelabuhan Balhaf, mereka akan mampu menjaga kebutuhan berdasarkan pendapatan 3 miliar dolar pertahun milik fasilitas tersebut.

Karena poin kunci inilah, Emirat menolak dengan keras tekanan partai al-Islah untuk mengosongkan fasilitas gas ini yang sejak awal perang Yaman dijadikan sebagai pangkalan militer dan keamanan di bawah kontrol Abu Dhabi.

Baca Juga : AS Keluar dari JCPOA Hanya Berartikan Kalah Strategi, Tidak Selainnya

Partai Al-Islah Dalam Jepitan

Sejak awal provinsi Shabwah bukanlah pilihan utama partai al-Islah untuk menjadikannya pusat politik partai. Akan tetapi, kemajuan situasi politik dan lapangan 2015 hingga 2020 telah membuat Sanaa, Taiz, Aden bahkan Ma’rib lepas dari tangan mereka. Karena situasi inilah, mereka menjadikan Shabwah pusat aktifitasnya.

Kemajuan para pesaing partai al-Islah dalam politik dan lapangan tidak pernah berhenti. Sedangkan partai Ikhwan al-Muslimin ini terus mengalami degradasi kekuatan. Kemajuan Ansharullah di sekitar provinsi Ma’rib (dari satu sisi) dan stabilitas lapangan Dewan Transisi di provinsi Aden, Lahij dan Abyan di tengah kesepakatan Riyadh telah menggerus kelincahan bermain partai al-Islah.

Baca Juga : Aneh, Warga Yahudi Israel Suka Lagu Hizbullah + Video

Permainan Emirat

Sejak musim revolusi Arab tahun 2011, UEA terus mengadakan pertandingan dengan gerakan revolusi ini, yang mana diiringi dengan kemajuan Ihwan al-Muslimin. Dengan segala jerih payahnya, Emirat berusaha mencegah kuasa Ikhwan al-Muslimin atas negara-negara Arab.

Sejak awal politik Emirat di yaman berporos pada politik perlawanan versus Ikhwan al-Muslimin. Dalam beberapa acara resmi, Emirat mengaktegorikan Ikhwan al-Muslimin sebagai satu dari tiga musuh utama negara sepanjang operasi di Yaman. Sementara Saudi bersama koalisinya menganggap Ikhwan al-Muslimin sebagai salah satu sekutu kuncinya melawan Ansharullah. Hal inilah yang menjadi penyebab Saudi mendukung al-Islah selama agresi di Yaman di tengah penolakan Emirat.

Deklarasi penarikan mundur Emirat dari Yaman, bukan berartikan akhir intervensi militer UEA di Yaman. Dan bukan pula bermaknakan akhir permusuhan Abu Dhabi melawan partai al-Islah dan Ikhwan al-Muslimin Yaman. Dengan manipulasi kerja samanya dengan etnis pribumi Sanaa, yaitu Dewan Transisi Selatan Yaman bersama pasukan pimpinan Tareq Saleh, Emirat sekuat tenaga menambah tekanan terhadap Ikhwan al-Muslimin.

Baca Juga : Bukan Hanya Tolak Isolasi Tehran, Emirat Juga Nafikan Opsi Militer Vs Iran

Akhir Kerja Sama

Kemajuan di pekan-pekan kemarin, khususnya aksi anti al-Islah di provinsi Shabwah oleh para Kabilah provinsi bersama dukungan Emirat dan Saudi, membuktikan perubahan peta Riyadh dalam menghadapi partai al-Islah. Perubahan ini juga dirasakan langsung oleh petinggi partai.

Dalam dua tahun, Saudi telah mengurangi dukungan uang dan militer ke partai al-Islah meskipun Ansharullah terus menekan Ma’rib. Bahkan Istana Riyadh tidak menggubris tuntutan partai al-Islah untuk mengambil alih fasilitas gas di pelabuhan Balhaf demi menjamin kebutuhan uangnya.

Bulan lalu, Bin Adio, mantan Gubernur Shabwah, dalam wawancaranya dengan surat kabar Sputnik mengecam keras pengkhianatan Abu Dhabi dalam urusan kontrol partai al-Islah atas pelabuhan Balhaf. Akan tetapi audiens asli dari kecaman Bin Adio ini adalah Arab Saudi yang telah mendukung politik Emirat dalam kasus Balhaf tanpa melihat tuntutan al-Islah.

Kecaman ini dibayar dengan pencabutannya sebagai Gubernur provinsi Shabwah. Kemarahan Bin Adio atas tutup mata Saudi, sebagai sekutu lapangannya melawan politik anti Ikhwan al-Muslimin, telah mengusirnya dari kursi Penasihat Hadi.

Pelantikan Awadh bin Mohammed al-Awlaki pilihan Emirat sebagai Gubernur Shabwah dan kabar tentang transfer uang ke bank pusat pemerintahan Hadi pasca keruntuhan markas Ikhwan al-Muslimin menunjukkan koordinasi Saudi-Emirat dalam upaya mengurangi hegemoni Ikhwan al-Muslimin di Yaman.

Baca Juga : Militer Maroko Bersenjatakan Sistem Pertahanan China, FD-2000

Melemahkan Pesaing Politik

Dampak paling urgen dari rancangan Saudi-Emirat versus Ikhwan al-Muslimin telah merubah peta perang Yaman.

Pengosongan pelabuhan al-Hudaidah dan transisi sebagian pasukan Tareq Saleh ke provinsi Shabwah merupakan salah satu dari hasil perdana dari perubahan strategis ini. Diprediksikan bahwa Emirat menargetkan pengusiran Ikhwan al-Muslimin dari markas terakhirnya di Yaman dengan memusatkan fokus di kota Taiz dan provinsi Shabwah.

Dengan manuver ini, maka mereka ingin menyempurnakan potongan pazel melawan gerakan Islam politik.

Yang jelas pengiriman pasukan besar ke provinsi Shabwah dan kemunculan kembali poros Beyhan memungkinkan Ansharullah menguasai medan Ma’rib. Akan tetapi tertutup kemungkinan Emirat bersama sekutu-sekutunya untuk membantu Ikhwan al-Muslimin di Ma’rib.

Baca Juga : Serangan Udara AS adalah Senjata Pembunuh Massal

Juga diprediksikan bahwa strategi Saudi dan Emirat di provinsi Shabwah adalah untuk mencegah keruntuhan Ma’rib, tetapi hal ini tidak akan mampu menghalangi tekanan Ansharullah di wilayah ini. Namun dengan bergulirnya krisis di Ma’rib ini (yang hanya menyisakan pertarungan Ansharullah vs al-Islah), Emirat-Saudi ingin melemahkan kekuatan lapangan Ansharullah bersama partai al-Islah sekaligus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *