HomeAnalisaMarathon Penentu Timur dan Barat di Ukraina

Marathon Penentu Timur dan Barat di Ukraina

Purna Warta – Adu senjata Rusia versus Ukraina berlangsung di atas pazel proyek Amerika Serikat dan Inggris. Targetnya adalah melemahkan Rusia sekaligus Eropa demi menciptakan sistem dunia baru.

Lebih dari dua bulan perang telah dimulai. Banyak pihak yang tidak menyangka perang benar-benar terjadi, karena mereka hanya menganggapnya sebagai kontes kekuatan pasukan Moskow di depan gerbang Kiev.

Baca Juga : China Lebih Pilih Jalan Melawan Versus Sanksi

Akan tetapi Amerika, sejak ditembakkannya peluru, telah memprediksikannya dengan tepat berdasarkan informasi intel sebelum perang. Karena jumlah informasi inilah, banyak negara Barat yang bereaksi dengan cepat, bahkan tingkat dunia sekalipun.

Sebenarnya perang ini berlangsung di atas pazel ciptaan AS-Inggris yang memiliki target melemahkan dua blok sekaligus, yaitu Rusia-Eropa, demi membangun sistem baru dunia. Di mana hal tersebut telah disinggung oleh Imam Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, bahkan mengingatkan kedalaman serta kompleksitas perang yang menjamin superioritas Gedung Putih.

Pion tidak berada di tangan Rusia. Operasi di Ukraina adalah satu hal yang tidak terelakkan, jadi Rusia harus memilih antara buruk dan terburuk. Moskow memilih buruk, karena jika tidak memilih, maka dia akan terjerumus dalam jurang terburuk, yaitu kehilangan hegemoni dan kekuatan pertahanan keamanan.

Baca Juga : Petinggi Zionis Tidak Bisa Memendam Takut Melihat Operasi Martir El’ad

Sebelum perang, ada tiga manuver seni-militer untuk membalas dan mencegah upaya perluasan NATO ke Eropa timur, khususnya Ukraina.

Pertama: Mempersenjatai, sebagaimana sebelumnya, kekuatan separatis timur Ukraina dengan tujuan meruntuhkan pusat melalui perang proxy.

Kedua: Serangan terbatas ke bagian timur dan selatan Ukraina dengan target menguasai jalan hingga semenanjung Krimea dan memutus tangan pemerintah pusat dari potensi geo-ekonomi sekitar laut Hitam.

Ketiga: Serangan kompleks ke Ukraina yang menargetkan keruntuhan pemerintah sayap Barat demi reformasi politik-sosial dan selanjutnya mencaplok secara permanen semua wilayah urgen Ukraina saat situasi mendukung.

Menurut analisa para pakar, opsi terakhir sangatlah mungkin karena dampak yang tidak terlalu besar. Dan sekarang pilihan inilah yang terlaksana dan pasukan 200 ribu Rusia langsung menyerbu Kiev atas titah Presiden Vladimir Putin tertanggal 4 Februari dari 3 sisi.

Baca Juga : Balasan Lebih Pahit dari Serangan ke Aramco Menanti Saudi

Tujuan utama adalah menguasai ibukota Ukraina dengan manuver udara dan pasukan terjun payung. Akan tetapi operasi tidak berjalan lancar dan akhirnya Barat mengirim bantuan ke Ukraina sehingga memukul mundur militer Moskow dari medan tempur utara.

Sekarang Rusia mengoperasikan militer tahap kedua, di mana tujuannya adalah membebaskan wilayah Donbas dan menyambung darat wilayah tersebut hingga semenanjung Krimea. Langkah mundur Rusia juga terlihat jelas dalam orasi petingginya, di mana mereka tidak lagi menyebut pembebasan semua bangsa Ukraina dari tangan nasionalisme ekstrim. Jadi harus dilihat sampai mana operasi tahap kedua ini akan berhasil.

Ukraina menganggap sukses dalam pilihan ini sebagai penentu. Operasi ini jika bisa melumpuhkan Rusia, akan mampu memaksa pihak lawan untuk memberikan poin di tengah meja perundingan. Dan sebaliknya, jika tidak sukses dan Rusia menang, maka operasi tersebut akan berakhir pada pemisahan wilayah Ukraina untuk selamanya. Bahkan akan membahayakan ibukota Kiev. Jadi harus dilihat siapa yang akan sampai lebih dahulu dalam pertandingan lari marathon ini.

Detik ini, Rusia telah kehilangan kemampuan menjamah separuh asetnya dan dilaporkan bahwa perharinya, perang ini menelan biaya 1 miliar dolar. Sementara pihak lawan, Ukraina harus kehilangan 500 hingga seribu miliar dolar karena kerusakan infrastruktur urgen. Yang hanya bisa dilihat dari laporan fakta perang adalah kerugian menggunung kedua belah pihak, tanpa terkecuali, ketika perang berjangka panjang.

Baca Juga : Sisi Politik dan Ekonomi Kunjungan Presiden Suriah ke Iran

Hanya Amerika dan Inggris-lah yang menginginkan perang jangka panjang Rusia versus Ukraina, baik dari sisi militer, ekonomi maupun politik. Uni Eropa (UN) melihat dirinya berada dalam bahaya karena api perang yang berkobar di negara tetangganya. UN lebih memilih perang jangka panjang dengan kekalahan Rusia dari pada perang jangka pendek dengan kemenangan Moskow. Mereka mendampingi Amerika meniup api perang agar terus berkobar sampai kekalahan Rusia, tanpa memperhatikan satu fakta bahwa krisis energi Benua Biru akan menundukkan nilai Euro di depan hegemoni Dolar yang terus menjadi target kejaran Washington.

Karena hal ini, Rusia tidak menutup keseluruhan pasar gas, karena mereka butuh pada pendapatan penjualannya dan juga mereka tidak ingin melihat dominasi Dolar. Selain harus segera meraih kemenangan di Donbas, Rusia akan menghadapi perang versus Amerika di beberapa titik internasional demi menciptakan satu permasalahan baru bagi lawan demi menutup kemungkinan dominasi Dolar, karena target dari proyek perang ini tidak ada lain selain meniupkan nafas baru ke Amerika yang sedang terperosot jatuh.

Dilihat dari sisi bahwa Iran secara kontinu mempersulit hegemoni AS, maka kerja sama keamanan dua negara, Iran-Rusia, bisa mempercepat keruntuhan Washington di bawah kepentingan bersama.

Baca Juga : 4 Ancaman Hidup Rezim Zionis; dari Komposisi Demografi Hingga Cyber Attack

Diprediksikan bahwa aliansi intel antara Iran, Rusia, China dan lainnya bisa dijadikan balasan merespon poros Barat sehingga dengan peningkatan kerja sama, akan mempersulit hegemoni AS. Selain itu, Tehran bisa menutupi kebutuhan barang Rusia. Hal ini bisa menjadi pendapatan tambahan Iran, sekaligus bisa menjadi manuver kunci untuk melawan strategi busuk Washington dalam upaya menggulingkan poros tandingan. Dan sekarang perang penentu masih terus berlanjut di Kiev…

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here