Mantan Wakil PBB di Yaman Bongkar Rahasia di Balik Perang

yaman

Purna Warta – Jamal Benomar, mantan Wakil PBB di Yaman tahun 2011-2015, mengungkap rahasia keterlibatan koalisi Arab pimpinan Saudi mendukung pemerintah Abdrabbuh Mansur Hadi.

Benomar adalah Wakil PBB di zaman revolusi generasi muda Yaman, yang membawa proses perundingan politik berdasarkan ide negara-negara Teluk Persia dan konferensi dialog nasional. Awal tahun 2015, di depan anggota Dewan Keamanan, Jamal Benomar mengungkapkan bahwa sebelum agresi Saudi, Yaman sedang dalam proses perundingan, namun agresi Saudi telah menghancurkan segala permusyawaratan politik.

Dalam catatannya di surat kabar News Week, Jamal Benomar menegaskan, “Sangat disayangkan sekali resolusi 2216 dimanipulasi, dijadikan tirai untuk kejahatan-kejahatan setelahnya. Resolusi yang disusun oleh pihak Riyadh, yang kemudian ditandatangani oleh Amerika Serikat, Britania (Inggris) dan Prancis di Dewan yang seharusnya bertanggungjawab atas keamanan dan perdamaian internasional.”

Dalam pandangan Jamal Benomar, sepertinya Saudi, sekutu negara-negara Barat di Teluk Persia ini, memerlukan satu kemurahan hati pasca disepakatinya perjanjian nuklir Iran. Di mata mereka (Washington, Paris dan London) ini adalah satu kesepakatan diplomatik. Meski demikian poros Barat mengerti bahwa tuntutan Ansarullah Yaman, yang memiliki kemajuan medan darat, bahkan menguasai situasi perang secara umum, tidak akan pernah menyerah kepada pemerintah yang tinggal terisolasi di hotel di Riyadh. Tapi ini tidaklah penting di mata mereka (Barat). Mereka menyusun draf resolusi Yaman karena mereka yakin bahwa Rusia akan menghalangi, tidak akan menyepakati resolusi tersebut.

“Mereka (Barat) salah perhitungan. Moskow, yang merasa adanya potensi kesepakatan perdagangan dengan Saudi, tidak menghalangi kesepakatan draf resolusi (dan resolusi itu memuat hal negatif ke Yaman). Sangat lucu bahwa draf tersebut hingga saat ini masih menjadi salah satu struktur untuk semua proses mediasi di bawah pengawasan PBB. Satu mediasi mandul yang terbukti dengan perang 6 tahun,” jelasnya menambahkan.

“Saya sebagai utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa di Yaman, ketika itu saya tinggal di Sanaa. Saya berusaha membuat satu rencana perundingan dengan tujuan merancang pembagian kekuasaan yang bisa membatasi kekuatan Ansarullah dan menghalangi perang dalam negeri,” jelasnya.

“Setelah melewati 10 minggu berat (dan pertemuan-pertemuan diplomatik), ditemukan satu jalan keluar moderat untuk kembali normal yang menunjukkan kesepakatan semua pihak tentang pembentukan kekuatan legislatif-eksekutif, keamanan dan acara terjadwal untuk transisi kekuasaan. Kesepakatan tersebut telah dipaparkan di atas meja dan Dewan Keamanan PBB tahu akan detail hal tersebut. Bahkan saya telah menjalin perbincangan dengan petinggi senior Saudi tentang tempat penyelenggaraan acara tandatangan,” tambahnya.

Namun Jamal Benomar menyayangkan, “Dua hari sekembalinya dari Riyadh, tanpa adanya peringatan, terjadi serangan udara di Yaman. Dari jendela kamar hotel tim PBB, saya melihat kehancuran satu kota paling tua dunia dengan rasa pahit.”

Tentang hal yang harus dilakukan sekarang, mantan Wakil PBB untuk Yaman tersebut menjelaskan bahwa menjalin kesepakatan antara semua pihak Yaman dalam perundingan sangatlah penting untuk saat ini. “Amerika Serikat tidak bisa mengambil satu keputusan berdasarkan banyak instruksi. Amerika harus berperan sebagai pengawas dan fasilitator untuk menarik semua pihak ke meja perundingan.”

“Sudah waktunya para elit politik Yaman menerima tanggungjawab. Mengangkat tangan dari asing. Para elit Yaman ini berperan, sebesar apapun dan dalam bentuk apapun, akan kandasnya perundingan yang sangat berpotensi,” jelasnya.

“Dalam laporan April 2015 ke Dewan Keamanan, saya tekankan bahwa harus diberikan kesempatan untuk bangsa Yaman untuk menentukan nasibnya sendiri secara bebas, tanpa intervensi dan paksaan asing. Ini adalah hal benar hingga saat ini,” jelasnya.

Mengenai perubahan kebijakan Joe Biden atas Yaman, Benomar menjelaskan, “Tidak ada yang bisa mengingkari kabar baik yang diputuskan Amerika untuk mengakhiri dukungan militer dalam perang yang dipandu oleh Saudi. Kami mengharapkan Inggris dan Prancis juga memutuskan hal yang sama. Tapi keputusan ini tidak akan menghentikan perang Yaman dan tidak akan merajut perdamaian untuk bangsanya.”

“Setelah terbunuhnya 250 ribu Yaman, imigrasi lebih dari 3 juta, setelah semua kejahatan perang dan melewati perang tanpa arti selama separuh dekade ini, akhirnya Joe Biden mengumumkan kembalinya diplomasi di Yaman,” tambahnya.

“Jelas bahwa keputusan ini harus diterima oleh semua. Meskipun respon di Sanaa dan Aden akan berbeda dengan yang di Washington. Saya masih ingat bahwa sejumlah besar penasihat politik luar negeri pimpinan Joe Biden, -6 tahun lalu- menduduki pos-pos yang sama dalam pemerintahan Barack Obama dan ada yang mendukung bantuan perang pimpinan Saudi ini,” jelas Jamal Benomar mengamati.

Jamal Benomar juga menuntut Amerika untuk membuat draf baru di Dewan Keamanan yang memiliki struktur berbeda tentang proses perundingan umum dan universal dan menjamin kursi untuk setiap pihak Yaman.

“Sepertinya tugas pertama diplomasi Amerika hari ini adalah merubah struktur yang ada. Struktur baru harus mencakup pula al-Houthi, karena mereka sangatlah kuat, meskipun terjual miliaran dolar senjata ke koalisi pimpinan Saudi, mereka masih menguasai lebih dari setengah negara. Setiap langkah mereka maju terus,” tulis Jamal Benomar dalam catatannya di News Week yang juga diliput al-Awal Press, 21/2.

Baca juga: Sebuah Drone Koalisi Saudi Jatuh di Langit Yaman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *