Makin Gencar Bantu Ukraina, Senjata Apa Saja yang Didapat Ukraina dari Barat?

Rakyat Ukraina Tumbal Keuntungan Industri Senjata AS dan Uni Eropa

Kiev, Purna Warta – Lebih dari setahun digempur Rusia, hingga kini Ukraina masih terus bertahan dan hal itu tak lepas dari berbagai bantuan militer dan senjata yang diberikan Barat bagi negara yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet tersebut.

Seperti diketahui, negara-negara Barat tidak hanya memberikan dukungan finansial, namun juga memasok beragam senjata militer untuk Ukraina. Bahkan, belakangan ini komitmen Barat mempersenjatai Kiev makin kuat dengan janji senjata-senjata berat bagi Ukraina.

Baca Juga : PBB Serukan Gencatan Senjata Segera di Sudan

Berikut sejumlah senjata militer yang telah diberikan dan dijanjikan Barat untuk Ukraina:

1. Stryker

Stryker merupakan salah satu kendaraan lapis baja asal Amerika Serikat. Mengutip laman New York Times, Jumat (27/1/2023), sekitar 90 Stryker akan turut dikirim ke Ukraina bersama sejumlah senjata lain sebagai bagian dari bantuan paket senjata senilai USD2,5 miliar.

Merupakan salah satu kendaraan lapis baja andalan AS, Stryker memiliki sekitar 18 varian yang berbeda. Beberapa di antaranya berfungsi untuk mengangkut tentara infanteri masuk dan keluar pertempuran, sementara yang lain bisa digunakan juga guna membawa senjata sejenis mortir 120mm. Stryker pernah diterjunkan ke medan tempur di Irak tahun 2003 lalu.

2. Bradley

Sama seperti Stryker, kendaraan lapis baja milik AS ini juga turut dikirim ke Ukraina. Mengutip laman Insider, kendaraan tempur ini mampu mengangkut pasukan di medan perang dan mendukung serangan melalui tembakan.

Kendaraan tempur yang memiliki jangkauan operasional hingga 300 mil dan punya kecepatan lebih dari 40 mil per jam ini lebih tepat disebut sebagai penghancur tank karena memiliki kemampuan menembak mumpuni.

3. Starstreak, S-300 dan IRIS-T

Tak hanya AS, Inggris juga turut memberikan persenjataan canggih bagi Ukraina. Salah satunya adalah sistem pertahanan udara andalan miliknya yang bernama Starstreak.

Mengutip laman Euronews, sistem pertahanan udara portabel ini digunakan untuk menghindari ancaman udara seperti serangan helikopter atau sejenisnya. Penggunaannya sangat fleksibel dan bisa beradaptasi dengan situasi medan perang yang berbeda-beda. Defence News menyebut Starstreak sebagai rudal udara jarak pendek tercepat di dunia.

Ukraina juga memperoleh sistem pertahanan udara canggih lainnya. Di antaranya adalah S-300 dari Slovakia dan IRIS-T SLM dari Jerman.

4. HIMARS

HIMARS merupakan salah satu sistem artileri roket tercanggih di dunia. Diproduksi oleh Lockheed Martin, HIMARS sangat efektif ketika digunakan menyerang target di area yang terkonsentrasi.

Mengutip laman Times, roket berpemandu satelit asal AS ini memiliki jangkauan hingga 50 mil. Keberadaan HIMARS di Ukraina sempat menimbulkan kerusakan besar bagi militer Rusia. Amerika hingga kini telah memasok sekitar 20 unit HIMARS bagi Ukraina.

Baca Juga : Menlu Saudi akan Kunjungi Iran Awal Pekan Depan

5. Challenger 2

Challenger 2 merupakan tank tempur utama dari Inggris. Mengutip Reuters, tank ini telah beroperasi dengan Angkatan Darat Inggris sejak tahun 1994. Dibekali meriam L30A1 120 mm, senjata utama tank ini diklaim bisa menembus lapisan baja pada jarak 6.300 m. Sekitar 14 tank Challenger 2 disebut-sebut segera hadir di Ukraina guna mendukung perang melawan Rusia.

6. M1 Abrams

Tak kalah dari Inggris, AS akan mengirimkan tank tempur utamanya, M1 Abrams. Mengutip laman Guardian, beberapa waktu yang lalu Presiden AS Joe Biden telah menyetujui pengiriman 31 tank Abrams ke Kiev.

Tak hanya dibekali senjata utama 120 mm, tank andalan Amerika ini diklaim memiliki daya tahan mumpuni, manuver yang lincah, dan beragam fitur canggih lainnya.

7. Leopard 2

Setelah tarik-ulur, Jerman akhirnya menyetujui pengiriman tank tempur utamanya, Leopard 2 untuk Ukraina. Selainn memiliki daya hancur besar, tank ini juga menawarkan kemampuan perlindungan terhadap peluru penembus baja serta senjata berpemandu anti-tank.

Di luar sistem senjata tadi, sejak awal konflik Ukraina juga telah menerima beragam bantuan peralatan militer, mulai dari drone, artileri berat seperti Howitzer, rudal anti-pesawat Stinger, rudal anti-tank Javelin, helikopter Mi-17, sistem radar, amunisi dan peralatan pelindung diri.

Barat Akan Kirim Lebih dari 300 Tank

Negara-negara Barat berkomitmen untuk mengirimkan lebih dari 300 unit tank ke Ukraina. Klaim ini dilontarkan Duta Besar Ukraina untuk Prancis Vadym Omelchenko.

“Sampai hari ini, banyak negara telah secara resmi mengonfirmasi kesepakatan mereka untuk mengirimkan 321 tank berat ke Ukraina,” kata Omelchenko kepada stasiun TV Prancis dan televisi BFM yang berafiliasi dengan CNN seperti dilansir dari CNN, Sabtu (28/1).

Klaim Omelchenko tersebut muncul setelah Amerika Serikat (AS) berjanji untuk menyediakan 31 tank M1 Abrams dan Jerman setuju untuk mengirim 14 tank Leopard 2 A6. Sementara sebelumnya Inggris telah menjanjikan 14 tank Challenger 2. Polandia pun diketahui telah meminta persetujuan dari Jerman untuk mentransfer beberapa Leopard 2 ke Ukraina.

Namun, kapan tank-tank itu akan tiba di Ukraina hingga kini masih belum jelas. Omelchenko mengatakan tanggal pengiriman akan bervariasi tergantung pada jenis tank dan negara asal. Namun, Omelchenko mengatakan bahwa Ukraina membutuhkan bantuan tersebut secepat mungkin.

“Kalau harus menunggu sampai bulan Agustus atau September, sudah terlambat,” ujarnya.

Setelah sistem roket HIMARS dari Amerika, para pakar militer menilai tank akan menjadi senjata ofensif langsung paling kuat yang diberikan Barat ke Ukraina sejauh ini.

Baca Juga : Iran Gelar Konferensi Internasional tentang Wacana Monoteistik-Etis Imam Khomeini

Pakar militer sebelumnya mengatakan kepada CNN bahwa tank ekstra dapat membuat perbedaan dalam perang. Sementara, beberapa analis mengatakan bahwa tank baru tidak akan menjadi pengubah perang instan seperti yang diharapkan beberapa orang.

Polandia Siap Kirim Jet Tempur F-16 ke Ukraina

Tak berhenti hanya mendapatkan tak tempur utama, Ukraina menyerukan pembentukan “Koalisi Jet Tempur” dengan misi memasok Kiev dengan jet-jet tempur tercanggih NATO untuk melawan Rusia.

Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Melnyk mengatakan, “Koalisi Jet Tempur” ini diharapkan bisa memberi Ukraina jet tempur siluman F-35 dan F-16 Amerika Serikat (AS), pesawat Eurofighter Inggris, jet tempur Tornado Jerman, jet tempur Rafale Prancis, dan jet tempur Gripen Swedia.

Menjawab “permintaan” tersebut, Perdana Menteri (PM) Polandia Mateusz Morawiecki dalam konferensi pers pada Senin (30/1/2023) menyatakan negaranya siap mengirim jet tempur F-16 ke Ukraina. Namun, hal itu harus menjadi bagian dari upaya terkoordinasi dengan mitra NATO lainnya.

Morawiecki mengatakan Warsawa mengoordinasikan semua tindakan yang berkaitan dengan penguatan kemampuan pertahanan Kiev dengan mitra NATO-nya, terutama dengan Amerika Serikat (AS). “Dan seperti yang terjadi beberapa bulan lalu dengan pesawat MiG-29, bantuan pesawat lainnya akan dikoordinasikan, dilaksanakan dan, mungkin, ditransfer bersama dengan negara anggota NATO lainnya. Kami akan bertindak dalam koordinasi penuh di sini,” ujar Morawiecki.

Pernyataan ini muncul setelah media Polandia melaporkan pekan lalu bahwa Warsawa diduga telah mengirim sejumlah MiG-29 ke Ukraina pada Maret 2022, menyamarkannya sebagai suku cadang.

Adapun AS dan sekutunya menolak menyediakan pesawat militer kepada Kiev, menganggap langkah tersebut “terlalu jauh”. Sejak Rusia meluncurkan operasi militernya di Ukraina pada akhir Februari tahun lalu, Washington telah menjadi salah satu pemasok utama bantuan militer ke Kiev dan menghabiskan puluhan miliar dolar untuk beragam peralatan militer.

Meski demikian, AS ragu-ragu menyediakan persenjataan canggih seperti pesawat tempur modern, karena khawatir mereka dapat digunakan untuk menyerang wilayah Rusia dan pada akhirnya mengarah pada konfrontasi langsung antara Moskow dan NATO.

Namun pada Sabtu, terungkap sejumlah pejabat militer AS telah “diam-diam mendorong” Departemen Pertahanan memberi lampu hijau pengiriman F-16 ke Kiev. Seperti dilansir Politico, beberapa sumber di Pentagon mengklaim upaya ini sekarang “mendapatkan momentum” setelah Washington setuju mengirim tank dan sistem Patriot.

Di bagian lain, Rusia berulang kali memperingatkan Barat agar tidak memasok senjata ke Ukraina, dengan alasan bahwa itu hanya akan memperpanjang konflik. Pekan lalu, Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov menyatakan pengiriman senjata menjadi bukti bahwa negara-negara Barat terlibat langsung dalam pertikaian antara Moskow dan Kiev.

Baca Juga : Resmi, Iran Terpilih Jadi Wakil Ketua Majelis Umum PBB

AS Dilaporkan Siap Pasok Rudal Jarak Jauh ke Ukraina

Amerika Serikat (AS) telah menyiapkan bantuan militer senilai lebih dari USD2 miliar atau sekitar Rp29,9 triliun untuk Ukraina. Bantuan itu untuk pertama kalinya dilaporkan mencakup rudal jarak jauh serta amunisi dan senjata lainnya.

Hal itu diungkapkan dua pejabat AS kepada Reuters. “Bantuan tersebut diharapkan akan diumumkan secepatnya minggu ini,” kata para pejabat. “(Bantuan) itu juga diharapkan mencakup peralatan pendukung untuk sistem pertahanan udara Patriot, amunisi berpemandu presisi dan senjata anti-tank Javelin,” tambah mereka seperti dikutip dari Reuters, Rabu (1/2/2023).

Salah satu pejabat mengatakan sebagian dari paket itu, yang diperkirakan bernilai USD1,725 miliar (Rp25,8 triliun), akan berasal dari dana yang dikenal sebagai Prakarsa Bantuan Keamanan Ukraina (USAI), yang memungkinkan pemerintahan Presiden Joe Biden mendapatkan senjata dari industri, bukan dari stok senjata AS.

Dana USAI akan digunakan untuk pembelian senjata baru, Ground Launched Small Diameter Bomb (GLSDB) buatan Boeing, yang memiliki jangkauan 150 km. AS sebelumnya telah menolak permintaan Ukraina untuk rudal ATACMS dengan jangkauan 297 km.

Kisaran yang lebih jauh dari bom luncur GLSDB memungkinkan Ukraina mencapai target yang berada di luar jangkauan dan membantunya terus menekan serangan baliknya dengan mengganggu Rusia lebih jauh di belakang garisnya.

Reuters pertama kali melaporkan proposal Boeing untuk mengirim GLSDB ke Ukraina pada November lalu. Pada saat itu diharapkan GLSDB bisa berada di Ukraina pada musim semi. GLSDB adalah rudal produksi bersama Boeing dengan perusahaan pesawat Swedia, SAAB.

Rudal ini menggabungkan Bom Diameter Kecil (SDB) GBU-39 dengan motor roket M26, yang keduanya umum di inventaris militer AS. Menurut situs web SAAB, GLSDB dipandu GPS, dapat mengalahkan beberapa gangguan elektronik, dapat digunakan dalam segala kondisi cuaca, dan dapat digunakan melawan kendaraan lapis baja.

GBU-39, yang akan berfungsi sebagai hulu ledak GLSDB, memiliki sayap lipat kecil yang memungkinkannya meluncur lebih dari 100 km jika dijatuhkan dari pesawat dan mengenai target berdiameter sekecil 1 meter.

“Dana USAI juga akan digunakan untuk membayar lebih banyak komponen pertahanan udara HAWK, sistem kontra drone, kontra artileri dan radar pengawasan udara, peralatan komunikasi, drone PUMA, dan suku cadang untuk sistem utama seperti Patriot dan Bradley,” kata salah satu pejabat.

“Ada juga sejumlah besar peralatan medis – cukup untuk melengkapi tiga rumah sakit lapangan yang disumbangkan oleh sekutu lain,” tambah pejabat itu.

Baca Juga : Iran dan Turkmenistan Bertekad Kembangkan Hubungan Baik

Gedung Putih menolak berkomentar terkait laporan ini. Isi dan jumlah paket bantuan bisa bergeser hingga ditandatangani presiden Joe Biden. Selain dana USAI, bantuan senilai lebih dari USD400 juta (Rp5,9 miliar) diharapkan berasal dari dana Otoritas Penarikan Presiden, yang memungkinkan presiden untuk mengambil dari saham AS saat ini dalam keadaan darurat.

Bantuan itu diharapkan mencakup kendaraan pelindung penyergapan yang tahan ranjau (MRAP), sistem roket peluncuran ganda yang dipandu (GMLRS), dan amunisi. AS telah mengirimkan bantuan keamanan senilai sekitar USD27,2 miliar (Rp405,6 triiliun) ke Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari 2022. Rusia menyebut invasi itu sebagai “operasi khusus”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *