Purna Warta – Satu asosiasi lobi Zionis di Amerika dalam site-nya mengklaim agenda utama Mohammed bin Salman jika menjadi Raja Saudi nanti, yaitu normalisasi dengan Israel.
JINSA (Jewish Institute for National Security of America) merupakan salah satu organisasi lobi Yahudi Zionis AS untuk kepentingan-kepentingan Israel. Dalam salah satu analisanya, organisasi tersebut mengklaim bahwa Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Saudi, akan mengagendakan normalisasi seandainya berhasil menduduki kursi Raja.
Baca Juga : Senator AS Tolak Rencana Pengiriman Pasukan ke Ukraina
Dalam jurnalnya, site JINSA mengklaim bahwa Putra Mahkota Bin Salman adalah pengambil kebijakan khusus untuk masalah relasi Riyadh-Tel Aviv dan menuliskan, “Hingga saat ini, MBS telah mengirim sinyal positif kepada Israel dan mengambil jalan jelas untuk mempermudah jalan normalisasi dengan Tel Aviv. Salah satu kebijakannya adalah mengembalikan langit Saudi terbuka untuk penerbangan Israel, Emirat dan Bahrain.”
Dalam analisanya ini, JINSA mengungkap pertemuan rahasia antara Putra Mahkota Bin Salman dengan eks Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang dilangsungkan di kota metropolitan impian MBS, NEOM beberapa bulan lalu.
JINSA dalam kelanjutan analisanya memprediksikan potensi kerja sama militer dan persenjataan antara rezim Zionis dan Kerajaan Saudi lalu menuliskan, “Arab Saudi lebih dari negara-negara lainnya berada dalam ancaman serangan pesawat tanpa awak. Dan Amerika Serikat mampu mengirim sistem pertahanan Tel Aviv ke Riyadh. Hal ini merupakan langkah besar dalam jalan normalisasi Israel-Saudi.”
Berdasarkan penelusuran organisasi lobi Zionis tersebut, normalisasi kerja sama Saudi-Israel bergantung pada tingkat kepercayaan Putra Mahkota MBS kepada Washington serta kapasitas dukungan Amerika ke Saudi dari agresi Iran dan para konconya. Menutupi kelemahan sistem pertahanan Saudi dengan sistem pertahanan made in Israel merupakan langkah strategis Gedung Putih dalam membangun pondasi normalisasi antara Tel Aviv dan Riyadh.
Baca Juga : Serangan Rudal dan Drone Yaman di Selatan Arab Saudi
Terkait persoalan ini, Fox News melaporkan beberapa waktu lalu, “Ada beberapa Wakil dari Republik dan Demokrat di Dewan Perwakilan dan Senat AS yang menyebut normalisasi Arab Saudi-rezim Zionis sebagai satu poin penting dalam ranah keamanan nasional Amerika.”
Sementara The Economist Amerika dalam salah satu tulisannya juga menegaskan bahwa Bin Salman, Putra Mahkota Saudi, telah membuka pintu pariwisata untuk warga Israel, bahkan menyambut mereka. Detik ini juga bisa dilihat beberapa orang yang berdialog dengan bahasa Ibrani di setiap pesta Saudi.
Dua bulan lalu, beberapa media melaporkan kunjungan 15 tokoh Yahudi Republik AS ke Arab Saudi pada bulan Juni 2021 lalu. Tugas mereka, menurut laporan media warta, adalah mengupayakan normalisasi antara Riyadh-Tel Aviv.
Globes cetakan Israel, sekitar bulan November, melaporkan kesepakatan kerja sama perdagangan antara Saudi dan Israel melalui mediasi Emirat dan Bahrain.
Baca Juga : Al-Akhbar: Sana’a Tambahkan Rezim Zionis Israel ke Bank Targetnya
“Rezim Zionis dan Saudi telah melakukan pertemuan sukses terkait kerja sama diplomatik di tengah upaya Riyadh mencari jalan keluar masalah Palestina,” tulis Globes.
Beberapa sumber di Palestina Pendudukan juga menegaskan urgennya pembukaan pintu perdagangan Saudi terhadap barang-barang produksi Zionis serta perusahaan-perusahaan mereka. Globes melaporkan bahwa pasar konsumen Saudi yang memiliki 33 juta jiwa merupakan pasar yang sangat baik dan mengandung banyak potensi.
Selain itu, peresmian Sinagog Yahudi pertama di kota Riyadh juga dalam perjalanan. Riyadh akan menjadi pusat Yahudi Saudi dan semua acara agamis Yahudi akan dilaksanakan di sana.
Walla News, salah satu media Ibrani Israel, tentang hal ini menuliskan, “Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional AS, pada tanggal 27 September 2021 mengadakan pertemuan dengan Putra Mahkota MBS di Riyadh. Mereka membahas normalisasi Riyadh-Tel Aviv.”
Baca Juga : Rincian Serangan Rudal dan Drone di Arab Saudi dan UEA
Menurut laporan Walla News, Putra Mahkota MBS meskipun tidak menolak kemungkinan normalisasi, “Tapi dia menyatakan bahwa masalah ini butuh waktu.”