Purna Warta – Emmanuel Macron, Presiden Prancis, dalam salah satu tuntutannya menyatakan perundingan yang harus dilakukan kembali. Hal kedua yang menjadi sorotan adalah tuntutannya mengenai kehadiran Arab seperti Saudi dalam perundingan nuklir.
Bisa disimpulkan bahwa tarian Presiden Emmanuel Macron di Arab dilakukan pasca kekosongan dukungan terhadap mereka setelah Donald Trump angkat kaki dari Gedung Putih. Sehingga penekanan Prancis tentang pemain Timteng di meja JCPOA memiliki beberapa titik perhatian:
Pertama: Prancis ingin memenuhi kekosongan dukungan strategis dan keamanan AS untuk Arab Saudi. Donald Trump telah mensuport Saudi dengan segala upayanya, sedangkan pemerintahan baru Joe Biden sedikit mengulur ayoman tersebut meskipun masih tahap lahir, seperti problematika perang Yaman.
Kedua: Arab Saudi selalu butuh pada seorang aktor demi jaga diri, sehingga Riyadh saat ini terus melakukan penulusuran mencari pendukung. Di baris pertama dalam persoalan keamanan ini, Prancis berdiri mempersiapkan diri dan ancang-ancang memenuhi kebutuhan senjata Istana. Keuangan Saudi mampu menetapkan Prancis sebagai penyokong senjata dan hal itu berartikan pula stabilitas pendapatan Paris.
Ketiga: Prancis akan mengadakan Pemilu tahun depan. Dukungan ini akan menjadi tempat sandaran Emmanuel Macron dalam persaingan kepresidenan hingga menarik suara rakyat dengan stabilitas pendapatan dan ekonomi dalam negeri. Saudi dan Mohammed bin Salman adalah pilihan tepat.
Keempat: Prancis selalu memerankan polisi jahat dalam JCPOA. Pula peran Israel dalam jejak langkah Paris sangatlah jelas. Karena hal inilah, Emmanuel Macron juga menambahkan rezim Zionis untuk ikut serta dalam perundingan JCPOA selain Saudi.
Berdasarkan hal ini, maka Paris memainkan tiga permainan. Pertama, permainan Saudi untuk hadir dalam perundingan yang bertujuan untuk membatasi hegemoni Iran di Kawasan. Kedua, permainan rezim Zionis yang ketakutan melihat program rudal Iran dan ketiga adalah permainan Paris searah dengan tuntutan semua pihak-pihak JCPOA mengenai program nuklir Iran.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa semua rancangan sutradara JCPOA telah diucapkan oleh lisan Prancis.
Kelima: Paris memainkan skenario sebagai perusak. Amerika Serikat telah mengumumkan usulannya untuk kembali ke resolusi berikut kebijakan tentang sanksi. Hal yang lebih digantungkan pada lobi Prancis dan Israel.
Para sutradara di balik layar ingin menciptakan satu situasi yang memaksa Iran untuk kembali menjalankan pasal-pasal JCPOA, tapi di saat yang sama, Tehran tidak mendapatkan poin-poin penting.
Apapun itu, aktor Prancis telah memainkan dua peran. Pertama; memasukkan pemain baru dalam resolusi demi menambah suara oposisi. Kedua; Prancis ingin menarik dukungan asing seperti Saudi untuk menjamin ekonomi dan tujuan-tujuan dalam negeri.
Baca juga: China: AS Harus Kembali Pada JCPOA Tanpa Syarat dan Cabut Semua Sanksi