Purna Warta – Kabinet Naftali Bennett hanya berumur 1 tahun, namun seperti periode-periode sebelumnya, Kabinet ini runtuh karena kedalaman krisis dalam tubuh Zionis.
Perdana Menteri Naftali Bennett bersama sekutunya, Menlu Yair Lapid mendeklarasikan bubarnya Parlemen Knesset dan Pemilu darurat di Palestina Pendudukan hari Senin, 20/6. Keputusan ini membuat Israel akan menyelenggarakan Pemilu 5 putaran dalam waktu kurang dari 4 tahun.
Anadolu, surat kabar Turki mengupas situasi politik dalam tubuh rezim Zionis dan meyakini bahwa Lapid akan menjadi suksesor Bennett hingga pelaksanaan pemilihan umum.
Anadolu mengingatkan, “Keputusan ini telah membongkar kondisi koalisi yang terbangun dari 8 partai yang sama sekali tidak terkoordinir sehingga hanya berumur 1 tahun. Kini, Pemilu yang direncanakan bulan Oktober, akan menjadi penyelenggaraan pemilihan Parlemen yang kelima dalam kurun waktu 3 setengah tahun.”
9 April 2019
Partai Likud pimpinan Benjamin Netanyahu meraih 35 kursi dari 120 kursi Parlemen. Pesaing utama mereka di saat itu adalah koalisi Putih-Biru pimpinan Naftali Bennett dan sekutunya Yair Lapid yang juga meraih 35 kursi. Pada tahun 2019, aliansi ini belum mampu membentuk pemerintahan sehingga Knesset-pun bubar dan dilaksanakan Pemilu kedua.
17 September 2019
Koalisi Putih-Biru pimpinan Bennett dan Lapid meraih 33 kursi, sementara Likud hanya 32. Namun untuk kedua kalinya, kedua aliansi gagal membangun Kabinet dan Knesset lagi-lagi bubar. Dengan demikian, maka mereka tidak bisa lari dari Pemilu darurat.
2 Maret 2020
Partai Likud di kesempatan ini mendapatkan 36 kursi, yaitu mereka sukses meraih kursi mayoritas Parlemen dan merekapun menang. Sementara koalisi Putih-Biru hanya berhasil meraih 33 kursi. Di awal, mereka tidak mampu menyusun Kabinet. Akan tetapi, Benjamin Netanyahu dan Gantz sepakat untuk membangun Kabinet.
Kabinet itu juga tidak berumur panjang, karena tidak mampu mencapai kesepakatan berkaitan dengan anggaran ditambah perselisihan antara Netanyahu dan Gantz. Akhirnya Knesset kembali runtuh di bulan September dan merekapun mempersiapkan Pemilu darurat lainnya.
23 Maret 2021
Kembali partai Likud berhasil meraih kursi mayoritas. Namun mereka tidak mampu lagi membangun Kabinet. Sedangkan pihak lainnya, 8 partai sepakat untuk tidak menyetujui kontinuitas kepemimpinan Benjamin Netanyahu.
Dalam kesepakatan dijelaskan bahwa Perdana Menteri ada di tangan Yair Lapid dan Naftali Bennett dalam bentuk pergantian. Mereka sepakat, PM paruh pertama dijabat oleh Naftali Bennett sedangkan Yair Lapid, PM periode keduanya. Kepemimpinan ini berjangka hingga 2023.
Aliansi ini terdiri dari partai yang saling senggol, tidak terkoordinir. Di mana menurut analisa para pakar, mereka hanya sepakat mengusir Netanyahu, selainnya tidak.
Koalisi menghadapi banyak tekanan dan masalah, hingga akhirnya ketidakmampuan dalam memperpanjang aturan darurat di 7 Juni 2022 kemarin memaksa pemerintah untuk bubar dan menjadwalkan Pemilu lain.
- 25 Oktober 2022
20 Juni kemarin, PM Bennett dan Menlu Lapid sepakat membubarkan Parlemen dan menuliskan Pemilu darurat dalam agenda yang dijadwalkan Oktober.