Purna Warta – Presiden Emirat Sheikh Khalifa bin Zayed telah meninggal dunia pada 13 Mei 2022 di umur 73 tahun. Opsi Putra Mahkota pewaris di antara 4 saudara dan satu putranya patut dianalisa.
Jumat sore diliput warta berpulang Khalifa bin Zayed, Presiden Uni Emirat Arab. Tahun 2014, Presiden Khalifa diwartakan terjangkit serangan jantung dan setelahnya, dia tidak tidak mampu memimpin Emirat. Pasca itu, Mohammed bin Zayed, saudara lain ibu-nya yang menjadi Putra Mahkota Abu Dhabi dan UEA.
Baca Juga : Target Kunjungan Bin Salman ke Mesir
Dengan berpulangnya Sheikh Khalifa bin Zayed, ada dua kursi yang kosong secara langsung dan satu secara tidak langsung. Suratan dua kedudukan ini sangat penting. Khalifa bin Zayed adalah Presiden Emirat sekaligus Emir Abu Dhabi, jadi sekarang dua kursi ini kosong. Dan kursi Putra Mahkota kerajaan juga akan kosong secara tak langsung (kursi Khalifa bin Zayed akan diduduki MBZ, lalu siapakah Putra Mahkota dari kepemimpinan MBZ?). Meski dibanding dua kursi di atas ini kurang menyolok, tapi pasti akan menjadi rebutan para pemain.
Emirat adalah satu pemerintahan yang terdiri dari 7 Emir (Abu Dhabi, Dubai, Sharjah, Ajman, Umm Al Quwain, Ras al-Khaimah dan Fujairah) di mana setiap satu dari Emir merupakan keluarga kerajaan turun temurun. Dari sekian Emir, Emir Abu Dhabi (Al Nahyan) dan Dubai (Al Maktoum) yang paling kunci yang secara budaya, Emir Abu Dhabi juga akan menduduki kursi kepala negara Emirat sedangkan Emir Dubai akan menjabat sebagai Perdana Menteri. Yang jelas pemilihan dua kursi ini didasarkan pada UU Dewan Tinggi Uni Emirat Arab yang mencakup 7 Emir dan di atas kertas, setiap satu dari mereka memiliki hak suara yang sama.
Baca Juga : Perhitungan Baru Sayid Hasan Nasrullah demi Kembalikan Martabat Lebanon
Khalifa bin Zayed telah meninggalkan dua kursi kosong di Emirat. Terkait kursi pertama, jelas bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Zayed yang sudah bertahun-tahun memimpin negara pasca serangan jantung 2014, akan menjadi pewaris tanpa adanya pertarungan berarti. Namun ada beberapa hal tentang kursi kepresidenan.
Pertama, harus diselenggarakan upacara pelantikan pewaris Mohammed bin Zayed (MBZ) sehingga akan membentuk satu Dewan Tinggi UEA dengan anggota baru dan Ketua baru. Selama upacara belum terselenggara, Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Emir Dubai sekaligus Wakil Presiden Emirat, yang akan memimpin Emirat atau UEA. Namun harus dicatat bahwa torehan takdir kekuasaan tidak ditentukan di sini, di Dubai, karena kekuasaan ada di tangan Abu Dhabi dan Abu Dhabi juga dikuasai kaki tangan MBZ. Kuncinya adalah siapa yang akan menjadi Putra Mahkota Abu Dhabi pimpinan MBZ?
Baca Juga : Eks Konsultan Trump: Setelah 41 Tahun Telaah, Saya Sadar Iran Menang
Di sini ada 3 opsi pewaris. Pertama saudara sedarah yang ada tiga orang. Kedua saudara bukan se-ibu yang ada satu. Ketiga, sang putra, yaitu satu anak Mohammed bin Zayed, Khaled bin Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
Jika warisan berdasarkan opsi saudara sedarah, maka warisan disebut warisan saudara, yaitu dari saudara ke saudara. Jika sang putra terpilih (yaitu putra Mohammed bin Zayed atau MBZ), maka warisan akan berbentuk warisan keluarga dari ayah ke anak.
Emirat memiliki sejarah dua opsi di atas, saudara ke saudara dan keluarga, ayah ke anak. Pada tahun 2004, Zayed bin Sultan meninggal dunia. Sang anak, yaitu Khalifa bin Zayed terpilih menjadi pewaris. Dan karena Khalifa bin Zayed tidak memiliki saudara se-ibu atau sedarah, maka Mohammed bin Zayed, sebagai saudara lain ibu, menjadi Putra Mahkota Abu Dhabi.
Jika Mohammed bin Zayed terpilih menjadi sang pewaris Emir Abu Dhabi dan Presiden Emirat, maka akan ada tiga saudaranya yang menanti kursi Putra Mahkota: Abdullah bin Zayed, Tahnoun bin Zayed dan Mansour bin Zayed.
Baca Juga : Iran Siap Produksi dan Tukar Ilmu Drone dengan Negara Sahabat
Abdullah bin Zayed saat ini menduduki kursi Menteri Luar Negeri Emirat. Jadi dia adalah wajah internasional UEA yang juga menandatangani resolusi Abraham atau normalisasi dengan Israel. Jadi dari sisi peran internasional, sekarang dia merupakan pihak nomer satu Emirat.
Tahnoun bin Zayed, si tangan dingin Emirat. Di ranah aplikasi, lapangan dan praktis, dia memainkan kartu Emirat dari balik pintu. Ciri khasnya adalah memakai kaca mata hitam. Sudah bertahun-tahun kamera warta tidak pernah melansir foto bola mata indahnya. Dia disebut sebagai orang paling berpengaruh di belakang Mohammed bin Zayed, yang sekaligus menyetir kendaraan ekonomi UEA dan berperan sangat kental dalam keamanan Abu Dhabi.
Baca Juga : Buku Pemilu Lebanon, Perhitungan Memihak Muqawamah Hizbullah
Mansour bin Zayed merupakan tokoh kondang dunia sepakbola Inggris, Manchester City, yang kembali menghela nafas panjang karena jasanya. Dia juga pihak lapangan yang sangat menentukan negara dan secara praktis, dia kebanyakan memanajemeni tim kementerian. Kartu as-nya adalah dia menantu Mohammed bin Rashid, Emir Dubai, jadi bisa diprediksikan bahwa dia juga merupakan junjungan keluarga Maktoum.
Satu-satunya saudara lain ibu yang memiliki peruntungan dalam permainan ini adalah Saif bin Zayed, Menteri Dalam Negeri Emirat. Dia adalah silsilah paling dekat dengan saudara-saudara se-ibu ini dan dia juga berperan sangat urgen dalam politik praktis Uni Emirat Arab.
Pihak terakhir yang memungkinkan ikut meramaikan persaingan ini adalah si putra Mohammed bin Zayed, yaitu Khaled bin Mohammed bin Zayed Al Nahyan. Dalam beberapa kesempatan, dia berupaya unjuk diri di depan publik dengan jenggot putihnya. Dia ingin menunjukkan kematangannya untuk menduduki kursi ini. Meskipun tidak menduduki satu kursi penting, namun tekanan seorang anak MBZ bisa memaksa apapun.
Baca Juga : Bagaimana Media Barat Mensucikan Bercak Dosa di Perang Ukraina?
Saif bin Zayed adalah pihak paling mencolok dalam opsi ini, karena jika dia yang terpilih, hal tersebut akan membuktikan kecerdasan para petinggi Emirat dalam membaca masa depan kedaulatan, karena dia takkan hanya menyatukan keluarga Al Nahyan. Tapi faktanya adalah untuk kursi ini, dia tidak memiliki banyak peruntungan.
Abdullah bin Zayed memiliki peruntungan besar dalam persaingan ini. Dia lebih layak dari siapapun dari Bani Fatima. Dari segi jabatan, dia menduduki jabatan paling tinggi sekarang. Via Kemenlu, dia kondang di dunia internasional dan juga tidak banyak kabar bising mengenai dirinya.
Tahnoun bin Zayed adalah pihak yang paling disorot media dalam berkas-berkas kelam Emirat. Kelebihan dari seorang pemain di balik layar adalah memiliki banyak kaki tangan, akan tetapi tidak terlalu banyak dikenal, tidak terlalu kondang. Bahkan banyak disalahkan di ranah internasional setelah MBZ, meskipun tidak diketahui jelas mana yang bohong dan tidak. Namun jika dia memiliki tindak yang lebih ramah di ranah internasional, dia akan menjadi pihak paling berpotensi dari segi politik, ekonomi dan keamanan.
Wajah Mansour bin Zayed adalah wajah generasi muda yang sangat terkenal karena Manchester City. Siapapun yang diinginkan Guardiola, akan dia beli. Semerbak harum internasional di antara generasi muda, ditambah lagi menantu Mohammed bin Rashid, masa depan cerah buatnya.
Sedangkan Khaled bin MBZ tidak terlalu banyak ramai di depan media. Jadi sangatlah terbuka jika diprediksikan bahwa manuver medianya merupakan ejawantah dari pertarungan di kursi pewaris MBZ ini. Mungkin kartu as-nya di dalam game ini adalah sistem waris saudara yang tidak terlalu banyak diterima, mengandung banyak efek buruk di masa depan sebagaimana yang bergulir di Arab Saudi detik ini yang sangat membahayakan kerajaan secara keseluruhan.
Baca Juga : Balasan Lebih Pahit dari Serangan ke Aramco Menanti Saudi
Tugas UEA sangat jelas dan yang memainkan hal ini adalah Mohammed bin Zayed, Putra Mahkota Abu Dhabi. Kepemimpinan Abu Dhabi dan Emirat akan jatuh ke tangannya dan sangat kecil kemungkinan Mohammed bin Rashid untuk menyenggolnya. Pertarungan panas hanya ada di masalah waris MBZ dengan kata lain sosok Putra Mahkota dari kepemimpinan MBZ, seperti yang telah dijelaskan di atas.