Purna Warta – Salah satu penulis Mesir menyebut pertarungan Naftali Bennett versus Benjamin Netanyahu dengan perang peremuk tulang dan menuliskan bahwa kedua pihak hanya sepakat mengenai agresi ke hak bangsa Palestina.
Naftali Bennett, Perdana Menteri Israel, tanpa basa-basi menyatakan sesuatu yang tak biasa di telinga pendengarnya sehingga memperparah pertarungannya dengan eks PM Benjamin Netanyahu, yang sekarang menjadi ketua oposisi.
Baca Juga : Kesempatan 1 Bulan Parlemen Berakhir, Siapakah Presiden Irak?
Surat kabar al-Ahram, 8/2, tentang permusuhan politik di medan rezim Zionis ini menuliskan bahwa Bennett, pada tanggal 29 Januari lalu, dalam wawancaranya dengan Haaretz mengklaim bahwa dirinya bulan Mei lalu mendapatkan ancaman dari Benjamin Netanyahu di tengah perundingan pembentukan pemerintahan baru.
“Tepatnya di saat Netanyahu tidak mampu menyusun Kabinet pasca Pemilu Maret 2020, bahkan tidak bisa meraih suara dukungan yang diperlukan dalam Parlemen Knesset,” jelas PM Bennett kepada Haaretz dengan transparan dikutip al-Ahram.
“Sejak saat itulah, Benjamin Netanyahu menyadari bahwa oposisi pimpinan Yair Lapid akan mampu membangun Kabinet jika berhasil berkoalisi dengan blok Naftali Bennett pasca keluar dari partai Likud. Di tengah situasi inilah, Bennett dan pihaknya berubah menjadi Ujung Neraca di tengah pertarungan Netanyahu dan Yair Lapid yang meributkan siapa yang akan mendampingi Naftali Bennett,” tulis al-Ahram.
Tentang ancaman Benjamin Netanyahu ini, menurut laporan al-Ahram, PM Bennett mengatakan, “Ketika Benjamin Netanyahu mengetahui bahwa saya tidak bermaksud menarik Israel ke Pemilu putaran kelima, jelas-jelas dia langsung mengancamku. Dia berkata kepadaku bahwa jika memang benar apa yang saya ketahui tentang maksudmu (yaitu bergabung dengan pihak Yair Lapid untuk menjadi Perdana Menteri), maka ketahuilah bahwa saya akan mengaktifkan semua jaringanku untuk melawanmu. Aku akan mengirim drone-ku ke arahmu.. Anda akan melihat ini.”
Baca Juga : Mesir, dari Ancaman Yaman Hingga Ribut dengan Saudi
Berdasarkan analisa al-Ahram, Bennett menjelaskan bahwa maksud Netanyahu tentang drone adalah pasukan dunia mayanya di radio, televisi, surat kabar dan Medsos.
“Hal ini terjadi pada bulan Mei 2021 dan beberapa minggu sebelum pembentukan Kabinet Bennett dan Lapid. Karena Benjamin Netanyahu sama sekali tidak membayangkan akan terusir dari pemerintah dan berbaris dengan barisan oposisi, khususnya di tengah pengawasan pengadilan dan ancaman penjara. Karena menetap duduk di kursi Perdana Menteri merupakan penjamin dari bahaya ini,” tulis al-Ahram, media Mesir.
Menurut keyakinan analis al-Ahram, “Ini merupakan permasalahan yang telah membuat Benjamin Netanyahu gila pasca sukses pembentukan Kabinet Naftali Bennett dan Yair Lapid, khususnya pasca gerak baru pengadilan dalam penyelidikan kasusnya dan terbongkarnya upaya partai Likud dalam mencari suksesornya.”
Para mitra eks PM Benjamin Netanyahu di partai Likud telah menyerah akan ancaman yang dikeluarkan oleh Benjamin Netanyahu. Hal ini berartikan pengasingan Benjamin Netanyahu dari dunia politik. Benjamin Netanyahu harus tetap meminta maaf karena dosa-dosanya, baik karena keputusan hukum pengadilan untuk memenjarakannya atau karena kesepakatannya dengan pengadilan agar tidak dihukum, tapi diasingkan dari dunia politik.
Baca Juga : ISIS Pasca Kematian Suksesor Abu Bakr al-Baghdadi, Abdullah Qardash
“Opsi paling buruknya berasal dari pihak Naftali Bennet yang diajukan karena nafsu politiknya dalam upaya pengembangan pemerintahannya dengan menargetkan kerja sama dengan partai Likud sebagai sekutu pemerintahan sayap Kanan pimpinannya. Ini merupakan ancaman nyata dari pihak Bennett untuk para mantan sekutu dan mitranya saat ini,” hemat analis al-Ahram.
Ada 3 ribu pendukung Netanyahu yang mengadakan demonstrasi mengkritik pemerintahan Naftali Bennett pada 8/12/2021 kemarin. Dan mungkin hal ini akan terus berulang hingga pengadilan Netanyahu.
“Demonstran menyebut pemerintahan Bennett dengan pemerintahan pencuri. Maksud mereka adalah Bennett dan para sekutu partainya telah mencuri suara sayap Kanan Yahudi dan memaksa mereka bekerjasama dengan pemerintahan sayap Kiri. Mereka adalah pengkhianat sayap Kanan Yahudi dan musuh pemerintahan Yahudi. Karena faktor inilah, mereka juga meneriakkan yel ‘tidak ada pemimpin selain Netanyahu’ dan ‘kami ingin pemerintahan Yahudi di negara Yahudi’,” lapor al-Ahram.
Akan tetapi di akhir sang analis al-Ahram memberi catatan bahwa perseteruan ini bisa segera berakhir.
Baca Juga : Kekhawatiran AS Sepeninggal Raja Salman Bin Abdulaziz
“Perang peremuk tulang ini akan terus berlangsung, tapi bisa berakhir dalam waktu cepat sehingga keduanya akan memburu mangsa Palestina. Meskipun ada perang antara Bennett dan Netanyahu, tapi keduanya menyepakati masalah Palestina. Karena keduanya meyakini akan nihilnya perdamaian dengan bangsa Palestina dan tidak ada perundingan dengan petinggi Palestina,” hemat al-Ahram.
“Jika Benjamin Netanyahu mengacungkan jarinya dengan proyek hukum etnis atau hukum Israel sebagai negara murni Yahudi, sedangkan Naftali Bennett di setiap kesempatan menegaskan akan tidak adanya perdamaian dengan bangsa Palestina sekarang dan yang akan datang,” hemat al-Ahram.
Dengan fakta inilah, mereka meneriakkan syiar ‘ya untuk fasilitas ekonomi Palestina, tapi tidak untuk kesepakatan politik dan tidak untuk pendirian negara Palestina. Karena pembentukan pemerintahan Palestina di mata Naftali Bennett bermaknakan pembentukan pemerintahan teroris dengan jarak 7 menit dari rumah. Perdamaian ekonomi ditujukan untuk pengesahan pendudukan dan menghilangkan hak-hak warga Palestina, atau dengan istilah lebih jelasnya, memburu hak-hak Palestina.
Baca Juga : Israel Gabung Koalisi Arab Pimpinan Amerika, Apa Targetnya?