Purna Warta – Ketika Turki mengirim pasukan proksinya dari Idlib ke seluruh wilayah Suriah, dipimpin oleh Abu Mohammed al-Julani, mantan tangan kanan pembunuh sektarian Zarqawi dan Abu Bakr al-Baghdadi, Israel mulai mencuri lebih banyak tanah Suriah.
Selama pembagian Suriah, Israel telah menduduki tanah yang luasnya tiga kali lipat dari Gaza dan menjatuhkan lebih dari 1.800 bom di negara itu. Semua ini terjadi di tengah keheningan dari al-Julani dan Erdogan. Satu-satunya kesimpulan yang mungkin dapat kita ambil adalah bahwa ada koordinasi Turki dengan Israel atas pembagian Suriah.
Tentu saja, kita tahu, berkat sebuah artikel yang ditulis oleh agen Mossad Elizabeth Tsurkov di Foreign Policy, bahwa 12 kelompok militan Suriah, termasuk Jabhat Al-Nusra milik Julani, didanai langsung oleh Israel. Namun, ketika kita meneliti kolusi Turki dengan Israel atas Gaza, sudut pandang yang lebih menyeramkan muncul. Telah terungkap bahwa setidaknya 4.000 warga negara Turki telah bertempur di pasukan pendudukan Israel selama genosida di Gaza.
Bagian lain yang lebih mengganggu dari cerita ini adalah bagaimana negara Turki, dan bahkan mereka yang dekat dengan Erdogan, telah secara langsung mendapat untung dari pembunuhan di Gaza. Perusahaan Israel, Dorad Energy, memasok listrik ke pangkalan militer Israel. Pemegang saham terbesar kedua di perusahaan tersebut adalah Zorlu Holding, yang dipimpin oleh teman dekat Erdogan, Ahmet Nazif Zorlu.
Jaringan pipa Baku–Tbilisi–Ceyhan (BTC) yang sangat dibanggakan terus memasok 40% minyak Israel, yang mengalir langsung melalui Turki. Ini dapat diputus kapan saja, tetapi Erdogan berulang kali menolak. Erdogan bahkan dengan lucu mengklaim pada satu titik bahwa ia telah mengakhiri perdagangan Turki senilai $10 miliar per tahun dengan Israel.
Klaim ini adalah kebohongan yang nyata karena kapal-kapal Turki terus menuju Israel, berpura-pura pergi ke Pelabuhan Saeed di Mesir, tetapi mengalihkan ke Haifa. Beberapa kapal Turki mematikan transponder mereka dan kemudian berlabuh di Ashdod. Putra mantan perdana menteri Turki mengungkap Erdogan di TV langsung, menegaskan bahwa Erdogan melabeli ekspor yang ditujukan untuk Palestina, tetapi sebenarnya mengirimkannya ke Israel.
Data perdagangan Turki dengan Israel menunjukkan bahwa ekspor turun menjadi nol, tetapi ekspornya ke Palestina meningkat 10 hingga 15 kali lipat. Terungkap juga bahwa bahkan senjata Turki dijual ke Israel pada Januari 2024, selama puncak genosida.
Para pembohong Zionis di Istanbul kemudian mengklaim senjata-senjata itu hanya untuk berburu, bukan militer, hanya untuk video-video yang muncul dari Gaza yang memperlihatkan perlengkapan militer Turki. Ketika generasi mendatang bertanya siapa yang menjual Palestina dan Suriah, orang dapat menunjuk Istanbul.