Purna Warta – Salah satu surat kabar kondang Washington baru saja menganalisa upaya Amerika Serikat mengincar wilayah udara Iran berdasarkan strategi tekanan ekstrim.
New York Times menyorot upaya Donald Trump, Presiden AS, dalam meningkatkan tensi supresi ekonomi ekstrim versus Iran di hari-hari terakhir kepemimpinannya di Gedung Putih.
“Washington yakin bahwa dengan merubah arah penerbangan di langit Iran, mereka mampu menurunkan pendapatan jutaan dolar Tehran,” tulis New York Times menganalisa.
Menantu sekaligus Penasihat Trump, Jared Kushner baru saja mengadakan kunjungan ke Qatar. Sang menantu berupaya menyatukan Saudi-Qatar, meninggalkan perselisihan dan membuka blokade Doha. Dengan dibukanya blokade, maka Saudi akan membiarkan penerbangan Qatar melewati langit Riyadh, yang hingga saat ini menggunakan wilayah udara Iran.
Dalam laporannya, New York Times mengutip salah seorang diplomat AS yang mengatakan, “Jika penerbangan Qatar, yang biasa menggunakan perbatasan udara Iran, melalui langit Saudi, maka akan ada penurunan pendapatan hingga 100 juta dolar pertahun.”
Berdasarkan hal inilah, dalam pertemuan dengan petinggi Qatar, Jared Kushner dan beberapa Penasihat AS lainnya membahas penerbangan ekonomi Doha di langit Iran dan memberikan solusi langit Saudi sebagai pengganti. Kawasan udara Saudi haram bagi Qatar karena pertarungan yang menyebabkan krisis diplomasi serta blokade udara, darat dan laut dalam tiga tahun terakhir.
Dua petinggi Washington kepada New York Times menjelaskan, “Target selanjutnya Kushner dalam kunjungan ke Timteng adalah Arab Saudi. Sampai saat ini belum diketahui apakah Emirat menyetujui pembukaan blokade udaranya untuk Qatar.”
Menurut petinggi tersebut, Kushner beserta tim belum meraih sesuatu di Emirat. Ini menunjukkan bahwa Abu Dhabi tidak siap reformasi diplomatik dengan Doha.
New York Times melaporkan bahwa Gedung Putih tidak bersedia berbicara lebih lanjut mengenai kunjungan Jared Kushner dan pertemuannya dengan pihak Qatar dan Saudi.
Elliott Abrams, Wakil Khusus AS Urusan Iran, sebelumnya mengatakan bahwa Washington bermaksud mengaktifkan boikot baru terhadap Iran di akhir kepemimpinan Donald Trump.
Baca juga: Duta Israel di Jerman: Ada yang Kosong dalam JCPOA, Harus Segera Dipenuhi