HomeAnalisaKhalifa Haftar dan Gaddafi Junior, Alternatif Israel di Pemilu Libya

Khalifa Haftar dan Gaddafi Junior, Alternatif Israel di Pemilu Libya

Purna Warta – Jadwal Pemilu sudah semakin dekat, pemilihan umum dan pendaftaran petarung dalam kompetisi ini diharapkan bisa menyelesaikan krisis 10 tahun Libya. Dengan semangatnya Israel terjun campur tangan melalui program.

24 Desember 2021 akan dilaksanakan pemungutan suara di Libya. Ini adalah Pemilu pertama setelah tahun 2014. Sebenarnya jadwal Pemilu ditentukan tahun 2018 dan 2019, namun perang saudara telah menghapus kesempatan tersebut.

Pemerintah Persatuan Nasional Libya dan Pemerintah Timur Libya pimpinan Haftar saling memperebutkan tampuk kekuasaan, yang akhirnya dimenangkan oleh Pemerintah Persatuan Nasional beribukotakan Tripoli dan bulan Juli-Agustus kemarin dideklarasikan gencatan senjata.

Baca Juga : Siasat Saudi di Lebanon Akan Gilas Kepentingan Barat, AS-Prancis Harus Lawan

Salah seorang sumber di intel mengungkapkan maksud rezim Zionis untuk mendukung Khalifa Haftar, seorang Komando pasukan bersenjata yang bernama Militer Nasional Libya. Di sisi lain, ada beberapa pertemuan dengan Saif al-Islam Gaddafi, putra Muammar Gaddafi.

Al-Akhbar menganalisa gerak-gerik Israel ini dan menjelaskan, “Rezim Zionis membumikan programnya di Libya dengan harapan Tripoli bergabung dengan negara-negara normalisasi. Khalifa Haftar dan Saif al-Islam Gaddafi membangun kanal dengan Israel dan mereka telah meyakinkan Tel Aviv untuk melebur dalam perjanjian Abraham dengan harapan mendapatkan dukungan Amerika Serikat.”

Israel mempercayai kedua pihak, yaitu Gaddafi junior dan Khalifa Haftar, namun demikian menurut analisis al-Akhbar, Israel lebih memilih Khalifa Haftar daripada Saif al-Islam. Tel Aviv memiliki banyak alasan, di mana salah satunya adalah hasrat untuk lebih menancapkan pijakan kaki di Tripoli.

Baca Juga : Hello, Udah Sampai Mana Nih Penarikan Mundur AS dari Irak?

“Keduanya, Haftar dan Gaddafi menyetujui normalisasi. Satu dari sekian banyak program rahasia mereka adalah membangun jaringan dengan Israel. Mereka masih takut mengumumkan rancangan ini karena reaksi para pendukung di belahan waktu ini. Hubungan rakyat dengan para petinggi di Libya sama seperti yang di Emirat, Maroko dan Sudan, yaitu antara mereka tidak memiliki relasi yang harmonis,” tulis al-Akhbar.

Putra Khalifa Haftar, Saddam Haftar mengadakan kunjungan ke Israel melalui jalur Emirat. Saddam Haftar memaparkan pendapat sang ayah, Khalifa Haftar kepada petinggi Zionis. Dalam pertemuan ini, Saddam Haftar menegaskan kebutuhan bantuan Libya ke Israel dan sebagai upahnya, Saddam mengajukan penggabungan dalam resolusi Abraham atau normalisasi dengan rezim Zionis. Karena Saddam bagian dari tangan kanan Khalifa Haftar, maka bisa dipastikan pendapatnya mewakili pendapat sang ayah.

Bahkan lebih dari ini, para pakar politik meyakini bahwa seandainya menang, Khalifa Haftar akan memberikan tampuk manajemen negara kepada sang anak, khususnya setelah dilaporkan sakit yang menjangkiti tubuh kandidat Khalifa Haftar.

Baca Juga : Petuah AS ke Saudi: Lakukan Apa yang Kami Lakukan di Afganistan

Terkait hal ini, salah satu jurnal garis keras Republik AS, The Washington Free Beacon mengutip pernyataan seorang sumber di intel dan melaporkan, “Petinggi intel Israel mengadakan pertemuan rahasia dengan Saddam Haftar pada bulan Maret lalu.”

Sementara hubungan Saif al-Islam dengan Israel seperti hubungan mereka di periode Muammar Gaddafi. Yaitu di balik pernyataan-pernyataan konfrontasi, terjalin hubungan hangat antara Muammar Gaddafi dan Israel. Adalah Saif al-Islam Gaddafi yang mengkoordinasikan relasi hangat ini melalui bantuan para pedagang dan kaum borjuis Yahudi mukim Libya. Sampai detik inipun, hubungan ini belum putus.

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here