HomeAnalisaKesuksesan Hari Quds Internasional Tahun ini, Warning bagi Israel

Kesuksesan Hari Quds Internasional Tahun ini, Warning bagi Israel

Purna Warta Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon mengatakan dalam sebuah pidato pada kesempatan Hari Quds Internasional bahwa rezim Israel menghadapi era krisis mendalam yang belum pernah terjadi sebelumnya sehubungan dengan apa yang telah terjadi secara regional dan internasional.

Di dalam wilayah pendudukan Palestina, rezim Israel sedang berjuang dengan akumulasi kesenjangan yang semakin dalam akhir-akhir ini. Bifurkasi internal di wilayah telah meningkat, dan struktur politik mengarah ke Yudaisme sayap kanan.

Karena Israel telah menempatkan perang untuk bertahan hidup dalam agendanya, ancaman tumbuh di dalam rezim tersebut. Selain kesenjangan rasial, perbedaan politik dan bahkan keamanan telah mencapai puncaknya dan membuat otoritas Israel khawatir akan runtuhnya rezim tersebut. Tantangan bagi Israel datang ke rezim ketika Poros Perlawanan semakin terintegrasi, dikalikan dengan cabang-cabangnya, dan mendapatkan dukungan yang jauh lebih populer.

Memperhatikan bahwa Poros Perlawanan keluar dari tantangannya dalam beberapa tahun terakhir yang dihadapinya, Sayid Hassan Nasrallah menunjukkan bahwa rezim Israel sedang menghadapi krisis internal yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak awal sejarahnya yang berusia 75 tahun.

Di tingkat regional, perkembangan tersebut bersumber dari perubahan hubungan antarnegara Islam; hubungan antara Iran dan Arab Saudi, dua kekuatan besar kawasan itu, dipulihkan, yang akibatnya memperkuat posisi Poros Perlawanan; perang di Yaman akan segera berakhir, dan tekanan terhadap Gerakan Ansarullah sebagai anggota Front Perlawanan berkurang.

Selanjutnya, permusuhan beberapa negara kawasan, termasuk Turkiye dan Arab Saudi, terhadap Suriah telah menurun, suatu perkembangan yang akan berdampak positif pada Poros Perlawanan.

Sayid Nasrallah percaya bahwa penyelesaian perselisihan antara negara-negara di kawasan itu akan mencegah konflik di antara negara-negara Islam, sebuah masalah yang sangat diperhitungkan oleh rezim Israel.

Dapat dikatakan bahwa pada saat yang sama, rezim Israel menyaksikan semakin dalam krisisnya, ia menyaksikan kegagalan salah satu strategi kebijakan luar negeri terpentingnya, yaitu memecah belah negara-negara Islam. Namun, di tingkat internasional, berkurangnya kehadiran AS di kawasan Asia Barat dan menguatnya peran China di kawasan tersebut semakin mengungkap penurunan unilateralisme AS.

Nasrallah berkata, “Dunia sedang bergerak menuju pembentukan sistem multipolar yang akan mengakhiri hegemoni unipolar AS.”

Semakin sistem unipolar pimpinan AS melemah, posisi rezim Zionis akan semakin terpengaruh karena Washington adalah pendukung terpenting rezim pendudukan ini, katanya.

Unjuk rasa Hari Quds 2023 di berbagai negara di dunia terhitung sukses dengan semakin banyaknya organ-organ yang terlibat. Keberhasilan Hari Quds Internasional tahun ini menjadi alarm berbahaya bagi Israel, karena rezim Israel tidak hanya menyaksikan kegagalan kebijakan ekspansionisnya dan upayanya untuk keluar dari isolasi, tetapi juga harus berjuang di beberapa front untuk menjaga entitasnya tetap bertahan.

Unjuk rasa Hari Quds pertama digelar pada tahun 1979, setelah Revolusi Islam, atas prakarsa Imam Khomeini, untuk memberikan dukungan kepada warga Palestina dalam perjuangan mereka untuk pembebasan wilayah pendudukan dari rezim Zionis.

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here