Kerjasama dengan Cina, Keuntungan apa yang Didapat Iran?

Purna Warta – Presiden Republik Islam Iran, Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi disebutkan bertolak dari Iran untuk melakukan perjalanan kenegaraan ke ibu kota Cina, Beijing pada Senin sore (13/2). Dengan didampingi delegasi pejabat politik dan ekonomi tingkat tinggi Republik Islam, Raisi dijadwalkan akan bertemu dengan pengusaha dan pelaku ekonomi dari kedua negara, serta orang-orang Iran yang tinggal di Cina.

Disebutkan pula, sesuai agenda, delegasi Iran akan menandatangani dokumen kerja sama kedua negara di hadapan kepala negara Iran dan Cina. Selain itu, Presiden Iran juga akan bertemu dengan akademisi Cina dan mengakhiri lawatannya di negara ini pada hari Kamis.

Dalam kunjungan tiga hari dalam koridor kebijakan luar negeri pemerintah ke-13 yang mengedepankan pendekatan seimbang dalam hubungan Timur dan Barat, Presiden Raisi dalam pertemuannya dengan sejawatnya dari Cina, Xi Jinping, akan membicarakan isu-isu bilateral,regional, internasional, kesepakatan dan kesepahaman bilateral.

Pertemuan Raisi dengan Xi Jinping ini bukan pertemuan yang pertama. Kedua  pemimpin negara ini sebelumnya sudah bertemu pada September 2022 di sela-sela KTT Shanghai di Samarkand.

Dalam pertemuan tersebut, Raisi mengatakan bahwa kapasitas besar yang ada di bidang minyak dan energi, transit, pertanian, perdagangan dan investasi menjadi peluang yang tepat untuk memperdalam dan memperluas hubungan ekonomi Iran dan Cina. Sementara itu, presiden Cina kepada Raisi mengatakan, “Hubungan Iran dan Cina hubungan strategis, dan terlepas dari berbagai transformasi global, hubungan ini akan terus berkembang” serta mendukung keanggotaan Iran di BRICS.

Cina kini tercatat sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia dan laju pertumbuhan pesar negara Asia ini dalam beberapa dekade terakhir telah memberikan posisi istimewa kepada Beijing di tingkat regional dan internasional. Cina dalam beberapa dekade lalu dengan cepat mengalami pertumbuhan ekonomi dan industri, dan kini berubah menjadi eksportir terbesar dunia.

Cina telah mampu mencapai kemajuan luar biasa di bidang teknologi canggih seperti dunia maya, ruang angkasa dan berbagai bidang industri, konstruksi dan pertanian, dan pada saat yang sama, Cina sekarang dianggap sebagai salah satu kekuatan militer besar dunia, yang mana telah membuat langkah besar di bidang penguatan kemampuan militer dan pembuatan semua jenis senjata sehingga sekarang dianggap sebagai salah satu pelopor di bidang ini.

Selain itu, menurut prediksi, Cina diprediksikan akan menjadi ekonomi terbesar dunia pada tahun 2030, sehingga melampaui Amerika Serikat. PDB Cina pada tahun 2021 mendekati 18 triliun dolar, dan kesenjangannya semakin kecil dengan Amerika Serikat dari tahun ke tahun. Mempertimbangkan keanggotaan tetap Cina di Dewan Keamanan PBB di satu sisi dan lembaga regional seperti Organisasi Kerja Sama Shanghai dan lembaga internasional seperti BRICS, pentingnya Beijing dalam ekonomi dan politik dunia semakin hari semakin meningkat. Di sisi lain, Cina bersama Rusia menentang sistem unipolar dan kelanjutan dominasi Barat, terutama unilateralisme Amerika, dan mereka menginginkan sistem multipolar yang berpusat pada peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Mengingat kesamaan posisi Iran dan Cina dalam banyak masalah global, seperti menentang sanksi sepihak Barat dan Amerika Serikat, kesamaan posisi di bidang perjanjian nuklir JCPOA, menentang tindakan penghasut perang Amerika Serikat di dunia, serta kepentingan bersama Iran dan Cina di bidang memperluas kerja sama ekonomi, komersial, industri, energi, dan banyak bidang lainnya, terdapat bidang yang luas untuk pengembangan hubungan kedua negara berdasarkan kepentingan timbal balik.

Mengingat pertimbangan ini, hubungan antara Iran dan Cina telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, dan dalam hal ini, penyelesaian program kerja sama komprehensif 25 tahun dianggap sebagai salah satu titik balik hubungan bilateral. Pernyataan bersama “Kemitraan Strategis Komprehensif antara Republik Islam Iran dan Republik Rakyat Cina” (RRC) yang ditandatangani antara kedua negara setelah kunjungan Presiden Cina Xi Jinping ke Tehran pada Januari 2016 (Bahman 1394 Hs) dalam bentuk 20 pasal, peta jalan untuk perluasan dan pendalaman kerja sama Tehran-Beijing telah ditetapkan dalam bidang politik, eksekutif, kemanusiaan dan budaya, peradilan, keamanan-pertahanan, regional dan internasional.

Dalam butir pertama disebutkan, “Kedua pihak percaya bahwa dalam situasi di mana proses multi-polarisasi sistem internasional dan globalisasi ekonomi semakin dalam, hubungan antara kedua negara Iran dan Cina telah memperoleh kepentingan strategis dan mereka menganggap satu sama lain sebagai mitra strategis penting mereka, dan menempatkan pengembangan hubungan di antara mereka sebagai prioritas dalam kebijakan luar negeri mereka”.

Kini kondisi internasional khususnya eskalasi represi Amerika terhadap Cina dan juga pendekatan intervensif Washington di Asia Barat, dan dari sisi lain, konvergensi lebih besar dua negara Cina dan Iran di bidang hubungan bilateral serta isu regional dan internasional kian membuat urgen peningkatan lobi antara pejabat kedua negara serta peningkatan level hubungan dan kerja sama. Pastinya kunjungan presiden Iran ke Cina menjadi titik balik di bidang ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *