Kenapa Pertemuan Bin Salman dan Netanyahu Diungkap?

Saudi-Israel

Purna Warta – Beberapa hari lalu, media Zionis mengungkap pertemuan langsung Benjamin Netanyahu, PM Israel, dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammad bin Salman. Satu pertemuan yang seharusnya dirahasiakan, tapi diungkap hingga menarik berbagai pihak berlomba-loma menilik tujuannya.

Media melaporkan bahwa dalam pertemuan ini, PM Benjamin Netanyahu ditemani oleh Yossi Cohen, Kepala Intel rezim Zionis. Mereka terbang ke daerah pembangunan kota metropolitan impian MBS, NEOM, di sela-sela konferensi G-20 yang dijamu oleh Arab Saudi. Mike Pompeo, Menlu AS, ikut mewarnai tatap muka ini.

Kenapa pertemuan dilakukan? Dan mengapa tidak seperti biasa menutupi, media Zionis langsung mengabarkan pertemuan rahasia tersebut? Satu pertemuan yang menurut pandangan Mendik Israel disebut penting.

Kemendagri Arab Saudi berupaya menolak kabar media. Tapi penolakan tidak mampu membendung laporan media yang membanjiri dunia maya dan penekanan Mendik Israel. Selain itu, media Saudi juga sudah bisa diprediksi bahwa akan melakukan hal itu.

Tidak ada yang bisa menutupi bahwa Saudi ingin normalisasi dengan Israel. tidak bisa diragukan lagi bahwa normalisasi Bahrain dan Emirat juga dilangsungkan berdasarkan izin sang Tuan, Arab Saudi. Akan tetapi untuk realisasi hal ini, Saudi memiliki permasalahan privasi sendiri.

Arab Saudi adalah negara yang memaparkan resolusi perdamaian Arab pada tahun 2000. Resolusi ditandatangani oleh seluruh dunia Arab. Resolusi perdamaian yang mengajukan pembentukan dua negara sebagai jalan keluar Palestina. Dengan demikian, Saudi adalah pelopor resolusi dua negara.

Di lain pihak, Amerika Serikat dan Israel sudah tidak menghiraukan resolusi dua negara. AS dan Israel bersama-sama berusaha melenyapkan Palestina demi penegakan satu negara di bawah bendera Yahudi Zionis murni.

Saudi selalu berkata mengenai resolusi Israel bahwa mereka akan menerima kesepakatan jika resolusi dua negara disetujui. Faisal bin Farhan, Menlu Saudi, yang menegaskan kalimat persyaratan ini. Adapun Benjamin Netanyahu, PM Israel, enggan menerima syarat ini.

Atas dasar inilah, pertemuan adalah satu jalan pendahuluan untuk mencari persamaan kata mengenai dua hal yang saling bertentangan di atas.

Akan tetapi, melihat pengalaman kesepakatan normalisasi Israel-Bahrain dan Emirat kemarin, bisa dikatakan bahwa persyaratan itu hanya sebuah publisitas belaka. Emirat semenjak awal kesepakatan normalisasi mengklaim bahwa resolusi ini bersyarat dengan penghentian pendudukan Tepi Barat. Media pendukung sejak awal sudah menolak klaim tersebut hingga petinggi Zionis menegaskan tidak adanya persyaratan. “Pencaplokan hanya berhenti sejenak”. Atas dasar fakta inilah, persyaratan Riyadh akan bernasib sama.

Permasalahan berikutnya adalah pertemuan dilakukan pasca kemenangan Joe Biden. Kedua belah pihak yaitu Bin Salman dan Netanyahu sama-sama gundah.

Masalah boikot ekstrim vs Iran dan kembali ke JCPOA adalah masalah yang menjadi sorotan kedua belah pihak, MBS-Netanyahu. Dari segi ini, tujuan Benjamin Netanyahu dari pertemuan ini adalah mengampanyekan permusuhan dengan Iran setelah aktifnya Joe Biden.

Salah satu sumber di Saudi kepada Wall Street Journal mengatakan, “Benjamin Netanyahu dan Mohammed bin Salman berbicara mengenai Iran dan kerjasama Riyadh-Tel Aviv.”

Pertemuan ini bukanlah pertemuan pertama antara MBS-Netanyahu. Biasanya pihak Arab yang takut dan ragu tentang laporan pertemuan dengan pihak Zionis. Sedangkan Benjamin Netanyahu sangat ingin mengungkap pertemuan-pertemuan seperti ini.

Lalu sekarang diumumkan, maka melihat kebiasaan yang sedikit melenceng ini, harus ditelusuri kuncinya di tangan pihak Arab, yaitu Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.

MBS sedikit khawatir akan arah politik Joe Biden. Lawan Trump tersebut sebelumnya mengkritik kebijakan-kebijakan Bin Salman dengan lisan pedas. Ketika Joe Biden masuki Gedung Putih, Bin Salman khawatir Presiden baru Amerika akan mendukung keluarga-keluarga tua Saud yang selama ini dituntut tunduk. Dan tentunya, hal itu akan mengakibatkan MBS kehilangan mahkota.

Oleh karena inilah, pengumuman pertemuan dengan pihak Zionis, Benjamin Netanyahu akan menjadi tameng MBS melawan politik Joe Biden.

Mohammed bin Salman menyadari hal ini. Kerjasama dengan sekutu karib AS, yaitu Israel, akan mampu menyelamatkan dan mempertahankan diri dari serangan politik Joe Biden. Jadi masalah bukanlah akhir persekutuan Saudi-AS di tengah pemerintahan Joe Biden, karena hubungan ini sangatlah mengakar, perubahan pemerintahan tidak akan pernah memutus tali persahabatan ini. Tapi masalahnya adalah ketakutan Bin Salman dari politik Joe Biden.

Politik keras MBS dalam 3 tahun terakhir terhadap keluarga kerajaan telah membakar amarah banyak pihak. Keluarga-keluarga itu sekarang, jika tidak di dalam tahanan, pasti di pengasingan.

Baca juga: Apa Saja yang Dibicarakan MBS dan Netanyahu di Riyadh?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *