Purna Warta – Salah satu surat kabar Arab mengupas alasan kenapa Mesir menjalin kerja sama dengan Iran.
Beberapa sumber di Kairo menjelaskan bahwa Mesir berupaya mempertahankan perannya di kawasan Timur Tengah sehingga mereka mengambil keputusan untuk bekerja sama dengan Iran. Di balik hubungan senyap-senyap antara kedua belah pihak, Kairo-Tehran mengupayakan sebuah manuver dalam waktu dekat.
Baca Juga : Dewan Keamanan dan Perang Yaman: Semuanya Receh
Al-Araby al-Jadeed, 21/2, mengadakan wawancara dengan beberapa sumber dan melaporkan perubahan arah Kairo yang akan segera dioperasikan dalam waktu dekat terkait hubungannya dengan Iran.
Sementara di waktu yang sama, beberapa sumber di sebagian badan nasional Mesir menegaskan adanya perintah kepada para editor surat kabar dan site warta agar tidak melaporkan urusan negatif terkait Iran dan tidak mengabarkan berita dari pihak oposisi pemerintahan Iran.
Perkembangan cepat regional, menurut sumber di Kairo, telah memaksa Mesir untuk memutar setir ke Iran demi membangun satu strategi baru dengan Tehran dan melihat ruang anyar.
Baca Juga : Pertemuan Bersejarah Poros Oposisi Turki, Bersatu Melawan Erdogan
Mesir Mencari Mekanisme Layak Demi Perannya di Kawasan Timteng
Menurut pengakuan sumber tersebut, putar arah Emirat ke Israel dan terakhir ke Turki telah menyebabkan petinggi Kairo mencari mekanisme penjamin peran Mesir di regional. Keputusan ini diambil karena faktor kedekatan rezim Zionis dengan Turki dari satu sisi dan ke Arab Teluk Persia dari sisi lain.
Berlandaskan hal ini, Mesir menjadi khawatir, jangan sampai realisasi relasi Turki-Israel akan menyebabkan Ankara mencuri porsi lebih dalam urusan Palestina.
Kepada al-Araby al-Jadeed, sumber-sumber tersebut mengklaim, “Negeri Piramida ingin sedikit meningkatkan hubungan dengan Iran tanpa membuka pintu lebar-lebar. Mesir ingin membatasi relasi ini dalam pengiriman pesan saja. Sementara Tehran berupaya membuka relasi benar-benar baru dengan Kairo.”
Mengamati putar setir Mesir ke Iran ini, mereka menjelaskan kepada al-Araby al-Jadeed, “Banyak analisis yang menunjukkan bahwa persaingan-persaingan politik terbaru telah menghimpit Negeri Piramida, itupun di tengah persaingan antara Ankara-Kairo yang akan meningkat terus karena pro-kontra kedua negara tentang berkas Libya. Hal ini membuat Turki yakin bahwa pengembangan kerja samanya dengan Emirat telah membuat Mesir tertekan.”
Baca Juga : Times: Barat Harus Pisah Rusia-China, AS Tidak Mampu Perang di 2 Medan
Mesir baru-baru ini mengungkapkan kepuasannya akan terpilihnya Fathi Bashagha sebagai Perdana Menteri baru Libya dalam konferensi perwakilan Tripoli. Adapun Turki kontra dengan pemilihan ini.
Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki, menyatakan, “Kami menolak pemandatan pemerintahan sementara Libya. Karena masalah ini tidak akan membantu Libya dan kami mendukung Pemilu depan yang akan menghadiahkan keamanan masa depan bangsa Libya. Yang penting adalah bagaimana rakyat Libya memilih dan siapa yang dipilih.”
Tentang kerja sama segitiga, Israel-Turki-Teluk Persia, para sumber tersebut menjelaskan, “Di bawah hubungan Turki-Israel dan Teluk Persia tumbuh ketakutan bahwa relasi Ankara-Tel Aviv ini akan menghapus peran kunci Mesir di Palestina setelah dukungan Mesir ke Hamas dan perjamuan mereka di Kairo. Maka mungkin saja hal ini akan membuat Mesir kehilangan kartu as.”
Baca Juga : Pertemuan Bersejarah Poros Oposisi Turki, Bersatu Melawan Erdogan
“Alasan utama strategi Mesir dalam mendekati Iran dikarenakan hilangnya kepercayaan para pembuat keputusan Kairo kepada anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia dan praktik lapangan Israel. Karena itu, Kairo berusaha mencari kartu baru dan di saat yang sama Iran meilhat kartu tersebut sebagai opsi yang baik untuk membantu dirinya,” jelas para sumber kepada al-Araby al-Jadeed.
Persaingan Mesir-Turki
“Kawasan menjadi saksi satu jenis pertarungan Mesir-Turki,” kata para sumber al-Araby al-Jadeed. “Kedua negara berselisih pendapat mengenai pasukan Sunni Moderat yang tidak terjun memerankan peranan mediator di wilayah konflik agamis dan etnis.”
Turki memiliki hubungan baik dengan Qatar, Kuwait dan Oman bahkan berjuang untuk mengembangkan kerja sama dengan Bahrain sehingga menciptakan manuver diplomatik urgen dalam menghadapi negara-negara Arab. Turki berupaya mengirim pesan bahwa siapapun yang bekerjasama dengan Ankara, akan memenangi periode sekarang.
Presiden Turki bahkan mengatakan bahwa negaranya akan melanjutkan dialog positif dengan Arab Saudi, “Ankara ingin mengambil langkah baik di hari-hari ke depannya.”
Baca Juga : Mesir, dari Ancaman Yaman Hingga Ribut dengan Saudi
Analisa Kapasitas Relasi Mesir-Iran
Eks Diplomat Mesir, yang tidak ingin Namanya diungkap, menjelaskan kepada al-Araby al-Jadeed garis batasan yang akan tertoreh dalam kerja sama Iran dan Mesir.
“Hubungan ini masih di tahap rendah, hanya dibatas kirim pesan. Tidak akan mendalam,” yakinnya.
Namun dia membuka indikasi, “Dalam beberapa hari ke depan, pesan-pesan Mesir ke Iran akan berupa reaksi dan balasan responsif akan hubungan dekat Turki, rezim Zionis dan Emirat yang telah mengkhawatirkan Kairo. Tukar pesan ini akan semakin meningkat.”
“Ketika kerja sama Kairo-Tehran terjalin, mayoritas pembahasan mereka akan berputar di masalah tempat-tempat ziarah dan makam-makam Ahl Bayt,” prediksinya.
Pernyataan-pernyataan Presiden Mesir tentang kerja sama, perbaikan dan pembangunan tempat-tempat ziarah Ahl Bayt, khususnya Sayidah Zainab, Sayidah Nafisah dan Imam Husein dan lainnya akan mengembirakan rakyat Iran, tapi menakutkan negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia.
Baca Juga : Respon Anyar Menlu Saudi Menyorot Perundingan Wina
“Relasi Iran-Mesir hanya akan menguntungkan Kairo jika berjalan secara alami dan berlandaskan tuntutan sebenarnya. Namun eksploitasi kerja sama dengan Iran ini akan merugikan Kairo dan membubarkan hubungannya dengan Tehran jika dilakukan untuk menekan dan mengancam Arab Teluk Persia,” yakin eks Diplomat Mesir tersebut.
Sudah waktunya, menurut analisa eks Diplomat tersebut, bagi Mesir untuk membangun kerja sama dengan pihak asing berdasarkan tuntutan kepentingan bangsa dan kedudukannya sebagai kedaulatan agung yang memiliki pentas Kawasan dan jauh dari dikte pihak lain.