Kekhawatiran Surat Kabar The Guardian Inggris akan Kemenangan Ibrahim Raeisi dalam Pemilihan Umum di Iran

Kekhawatiran Surat Kabar The Guardian Inggris akan Kemenangan Ibrahim Raisi dalam Pemilihan Umum di Iran

Tehran, Purna Warta Surat kabar The Observer Guardian Inggris memperingatkan dalam editorialnya bahwa kelompok garis keras di Iran akan memenangkan pemilihan yang dijadwalkan pada 18 Juni. Bukan hanya orang Iran yang akan menderita, katanya, tetapi kemenangan kelompok garis keras akan berdampak besar pada perdamaian dunia.

Guardian
Kekhawatiran Barat terhadap kemenangan Ibrahim Raeisi dalam Pemilihan Umum Kepresidenan di Iran

Surat kabar itu menambahkan bahwa pemilih Iran tidak memiliki pilihan dalam pemilihan presiden pada hari Jumat.

Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, seorang konservatif dan sangat anti-Barat, memanipulasi kontes pemilihan, memastikan bahwa sosok yang sama dengannya, seperti Ibrahim Raeisi, yang merupakan hakim agung, akan memenangkan pemilihan presiden tersebut.

Surat kabar Guardian percaya bahwa hasil yang telah ditentukan akan berdampak pada Iran dan komunitas internasional. Hal itu bisa memiliki dampak yang mengkhawatirkan pada pembicaraan di Wina untuk membatasi upaya nuklir Iran dan pada hubungan damai antara Israel, Arab Saudi dan Barat.

Serta berdampak pada perang yang sedang berlangsung di Yaman dan Suriah, keseimbangan geopolitik, dan yang paling penting, bagi warga Iran.

Baca Juga: Ringkasan Debat Capres Iran Putaran Ke-3

The Observer Guardian berkomentar bahwa Iran tidak pernah mendapat manfaat dari fundamentalisme yang menguasai revolusi Islam 1979.

Negara yang luar biasa ini, kaya akan bakat manusia, budaya, sejarah dan sumber daya, sayangnya telah salah dikelola.

Dan sejak pemilihan presiden terakhir pada 2017, segalanya berubah dari buruk menjadi lebih buruk, karena kesia-siaan dan kebobrokan kepemimpinan, dan kebencian kepada Amerika.

Mantan Presiden AS Donald Trump merusak upaya Presiden Hassan Rouhani yang moderat untuk meningkatkan hubungan negaranya dengan Barat, ketika Trump memutuskan pada 2018 untuk keluar dari perjanjian nuklir. Pemberlakuan sanksi terhadap Tehran telah memperkuat kelompok garis keras yang menguasai sejumlah kementerian penting dan Garda Revolusi.

Protes atas masalah ekonomi yang sedang berlangsung disambut dengan tindakan keras nan mematikan terhadap pengunjuk rasa dan aktivis masyarakat sipil, terutama pada tahun 2019. Dan eksekusi serta pemenjaraan lawan politik meningkat, Sentimen anti-Barat juga meningkat, terutama kampanye kewarganegaraan ganda, yang diwakili oleh perlakuan Raeisi terhadap Nazanin Zaghari-Ratcliffe Iran-Inggris.

Diperkirakan jumlah pemilih tidak akan melebihi 40%, karena platform media sosial menyerukan boikot pemilu.

Tagar “Saya tidak akan mau memilih” telah menyebar.

Meskipun partisipasi yang rendah dalam proses pemilihan dapat mempengaruhi kredibilitas sistem, akan tetapi kelompok garis keras tidak akan tidur dalam hal ini.

Surat kabar itu menambahkan bahwa Khamenei, 82, yang telah memegang posisi pemimpin tertinggi sejak 1989, dengan memanipulasi pemilu, ia mendekati realisasi “masyarakat Islam” yang berkomitmen secara agama dan ideologis dan bebas dari polusi sekuler dan Barat.

Tujuan dari semua ini adalah untuk menghadirkan Iran sebagai model bagi negara-negara mayoritas Muslim.

Para pembantunya berbicara tentang perlunya memurnikan revolusi.

Surat kabar Guardian memperingatkan bahwa mimpi orang tua ekstrem itu, dan jika muridnya yakni Raeisi menang, dia diharapkan mengisi pemerintahan dengan pendukungnya dari Pengawal Revolusi dan Basij.

Tidak akan ada harapan untuk awal baru dengan Eropa dan Arab Saudi setelah awal yang menggembirakan dalam kontak baru-baru ini antara kedua negara.

Sebaliknya, Iran akan beralih ke China dan Rusia. Dan risiko kemenangan Raeisi akan mempengaruhi pembicaraan yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat dan Iran di Wina untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir.

Amerika Serikat telah menawarkan Iran pencabutan sebagian sanksi sebagai imbalan atas pengembalian dan kepatuhan terhadap ketentuan perjanjian 2015.

Namun, keberhasilan di menit-menit terakhir bagi Rouhani tidak akan membuat kelompok garis keras di Iran senang.

Surat kabar itu percaya bahwa keluarnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dari kekuasaan tidak akan mengubah ketegangan, karena setiap pemerintah di Israel akan tetap berkomitmen pada perang bayangan, yang efeknya teihat dalam serangan terhadap reaktor nuklir Natanz.

Dan jika sayap garis keras Iran muncul sebagai pemenang pada hari Jumat, mereka diperkirakan akan terus menekan Israel melalui kelompok-kelompok proksi di Suriah, Lebanon dan Gaza.

Baca Juga : Ringkasan Debat Capres Iran Putaran Ke-2

Surat kabar itu mengatakan: “Mereka mungkin telah menghasut Hamas untuk melanjutkan pertempuran, menyebabkan masalah di Teluk, dan meningkatkan api perang di Yaman.”
Serangan roket oleh kelompok Syiah terhadap pasukan AS menunjukkan area eskalasi lain.

Ketakutan ini mungkin dilebih-lebihkan, tetapi lelucon terbaru mengungkapkan kebenaran yang tidak menyenangkan: Terlepas dari semua permusuhan yang diarahkan padanya dari luar negeri, Iran tetap menjadi musuh terburuk bagi Amerika dan Sekutu di Timur Tengah.

Dan inilah kengerian serta kekhawatiran Barat terhadap pemilihan umum Kepresidenan di Iran, Hingga banyak media-media Barat dan Arab menulis artikel bahanyanya pemilihan umum di Iran terutama kemenangan Ibrahim Raeisi. Karena Kemenangan Ibrahim Raeisi akan menciptakan perlawanan baru terhadap rencana Barat di Timur Tengah.

Ibrahim Raeisi yang merupakan Hakim Agung Iran yang menjadi calon terkuat Kepresidenan Iran sama sekali tidak akan pernah menuruti keinginan Amerika dan Israel serta akan menolak mentah-mentah normalisasi dengan Israel dan akan membumihanguskan seluruh program dan rencana Amerika dan Sekutu di Timur Tengah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *