Kekhawatiran AS Sepeninggal Raja Salman Bin Abdulaziz

saudi

Purna Warta – Salah satu media AS mengupas tentang kondisi Kerajaan Saudi dan menuliskan bahwa anggota tim Baiat, yang harus membaiat raja baru dan meresmikannya, menyatakan kesetiaan paling rendahnya kepada Putra Mahkota Saudi dan menyebabkan kekhawatiran poros Barat akan masa depan pemerintahan Riyadh sepeninggal Raja Salman bin Abdulaziz.

Business Insider dalam salah satu pengamatannya melaporkan metode transisi kekuasaan ke Putra Mahkota Saudi sepeninggal Raja Salman bin Abdulaziz yang sakit dan menuliskan bahwa sepanjang 68 tahun lalu, sepeninggal satu raja, saudaranya (yaitu anak Raja Abdulaziz Al Saud) akan terpilih menjadi suksesor raja. Adalah Salman bin Abdulaziz yang melantik putranya pada tahun 2017 sebagai Putra Mahkota atau sang pewaris tahta. Hal ini telah melanggar adat serta pesan pendiri kerajaan Arab Saudi (yang mengharuskan pewaris dari salah satu saudara, bukan putra tertua).

Baca Juga : Israel Gabung Koalisi Arab Pimpinan Amerika, Apa Targetnya?

Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud, sebagai Putra Mahkota dan pewaris tahta setelah Raja Salman, sejak dilantik sudah langsung mengoperasikan kebijakan-kebijakan panas penangkapan para oposisi, termasuk Ahmed bin Abdulaziz, sang paman MBS atau dengan kata lain saudara Raja Salman yang seharusnya menjadi pewaris tahta menurut pesan sang Pendiri Saudi.

Dari sisi lain, banyak berita tentang kematian Raja Salman di antara para Diplomat serta analis. Yang jelas tidak ada warta detail tentang kesehatan sang Raja, akan tetapi penurunan kesehatan Raja 86 tahun tersebut tidak bisa dipungkiri lagi sehingga dia banyak mengarungi hari-harinya di dalam Istana.

Namun transisi dan perpindahan tahta ke putranya, yaitu Mohammed bin Salman atau MBS, merupakan satu hal abnormal dan Putra Mahkota akan menduduki kursi raja di umur 36 tahun.

Christopher Henzel, eks pegawai Kedubes AS di Saudi, terkait hal ini menuliskan kepada Business Insider bahwa urusan ini sangatlah penting. Dengan demikian, diindikasikan bahwa Mohammed bin Salman akan menduduki kursi raja dalam waktu lama.

Baca Juga : Detak Jantung Terakhir Israel: Kehancuran Zionis Menurut Zionis

Site warta asal Amerika tersebut menambahkan dalam pengamatannya bahwa transisi kekuasaan dari seorang raja ke pewaris tahta akan segera dilaksanakan dengan cepat tanpa ribut-ribut, paling tidak tanpa hiruk-pikuk lahiriyah. Sepeninggal raja, silsilah upacara adat akan dilaksanakan. Pertama media akan mengabarkan secara resmi kematian sang raja dan mengumumkan tempat serta waktu penguburan jenazah. Media-media televisi Saudi akan mengikuti protokol ini dan meliput upacara sholat jenazah dan mengundur acara lainnya.

Instansi-instansi, menurut laporan Business Insider tentang protokol kematian raja, tetap akan buka dan bendera akan dikibarkan setengah tiang. Selanjutnya, akan ada upacara baiat raja baru.

Dalam upacara pelantikan ini, para pangeran dan petinggi kerajaan harus datang dan mengucapkan baiat serta selamat dengan mencium tangan atau bahu sang raja baru. Berasaskan UUD, upacara meliputi acara baiat Dewan Permusyawaratan yang terdiri dari 34 orang sebagai Wakil dari keluarga kerajaan.

Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Saudi, sukses mengambil 31 suara dari anggota Dewan Permusyawaratan ini.

Baca Juga : Krisis Pewaris Tahta Kerajaan Emirat

Dennis Horak, Duta Kanada di Saudi 2015-2018, kepada Business Insider mengatakan, “Ketika itu ada satu pertanyaan bahwa apakah baiat ini merupakan jaminan cukup akan dijadikannya MBS sebagai raja atau tidak?”

Meskipun ada banyak keraguan akan perubahan dalam keluarga kerajaan Riyadh, namun analis meyakini bahwa setelah para oposisi dan musuhnya disingkirkan, MBS akan menduduki tahta.

Christopher Henzel, eks pegawai Kedubes AS di Saudi, meyakini bahwa Bin Salman memiliki dukungan cukup untuk saat ini dan diprediksikan akan semakin bertambah.

“Yang jelas Bin Salman mempunyai kesempatan untuk mempertegas dan memperkuat kedudukannya,” jelasnya.

“Saya tidak memprediksikan akan adanya satu perlawanan versusnya. Mungkin satu dan dua orang ingin menghadapinya sebagaimana yang telah terjadi sebelumnya, tapi ini bukan masalah besar. Sejarah menunjukkan bahwa ketika raja baru sudah ditunjuk, para petinggi regional dan dunia akan terbang ke Riyadh dan mengucapkan selamat. Sebagaimana Barack Obama, Presiden AS, mengundur jadwal kunjungan ke India pada tahun 2015, lalu bersama Menlu John Kerry, John McCain dan Condoleezza Rice pergi ke Riyadh sepeninggal Raja Abdullah. Dari pihak Inggris, ada PM David Cameron dan Pangeran Charles,” tambahnya.

Baca Juga : Bagaimana Israel Mengeksploitasi Pegasus?

Namun AS dan Inggris, menurut analisa Business Insider, harus lebih merenungkan Mohammed bin Salman. Metode kebijakan terkait Putra Mahkota ini tidak akan sama seperti tahun 2015 lalu dalam menghadapi Raja Salman sepeinggal Raja Abdullah.

“Teror Jamal Khashoggi pada tahun 2018 dan laporan badan intel pusat AS tentang perintah sang Putra Mahkota MBS terkait kejahatan ini akan menyebabkan dijatuhkannya hukuman berat oleh Joe Biden. Bahkan Joe Biden dalam janji Pemilunya menegaskan untuk mengasingkan Saudi. Kementerian Luar Negeri AS juga menurunkan jabatan Saudi dari sekutu ke mitra biasa,” tulis Business Insider.

Dennis Horak, eks Duta Kanada di Saudi, terkait urusan ini menjelaskan, “Kematian Raja Salman bin Abdulaziz akan menyebabkan kekhawatiran petinggi pemerintah Amerika. Harus kita lihat siapa dari pihak Amerika dan Inggris yang akan terbang ke Arab Saudi sepeninggal Raja Salman. Masalah ini harus benar-benar diperhatikan karena kasus Jamal Khashoggi dan kejahatan MBS lainnya.”

Siapakah Putra Mahkota Pasca MBS?

Di Saudi, semua mata akan tertuju kepada Mohammed bin Salman. Mereka ingin menyorot siapakah Putra Mahkota yang akan dipilihnya.

Baca Juga : Musim Dingin yang Panas di Kerajaan Sultan Teluk Persia

Mohammed bin Salman memiliki 6 saudara. Jadi apakah Putra Mahkota akan terpilih di antara mereka? Atau akan tersusun cabang baru dari keluarga kerajaan yang akan menjadi sekutunya?

Mohammed bin Salman juga memiliki beberapa putra, namun mereka masih anak-anak. Menurut pengamatan Simon Henderson, Analis Institut Timur Dekat Washington, “Berdasarkan perubahan dalam aturan kerajaan tahun 2017 yang dilakukan Raja Salman, maka putra-putra Mohammed bin Salman, tidak bisa menjadi pewaris tahta.”

Eks Duta Kanada di Saudi menegaskan, “Mohammed bin Salman setelah dilantik akan mulai membangun jembatan dengan semua cabang keluarga pangeran Saudi untuk mendapatkan dukungan mereka di kemudian hari. Para analis meyakini bahwa ada indikasi kecil bahwa Bin Salman tidak akan menjadi raja baru pasca Raja Salman. Namun demikian sejarah kerajaan Saudi memiliki lika-liku yang tidak bisa diprediksikan.”

John Jenkins, eks Duta Inggris di Saudi, menyatakan kepada Business Insider, “Pertama adalah tidak ada yang bisa lari dari takdir Ilahi. Hal ini pernah terjadi di masa Raja Faisal tahun 1975 yang tewas di tangan saudara-saudaranya. Namun jika tidak ada hal yang terjadi, masalah sudah selesai.”

Baca Juga : Menelisik Kerja Sama Bahrain-Israel

Di akhir Business Insider menuliskan, “Meskipun ada isu-isu tentang kesehatan Raja Salman dan MBS yang memegang semua urusan negara. Akan tetap harus dikatakan bahwa Raja Salman masih hidup. Karena MBS ada dalam target semua oposisi, maka sepeninggal sang Raja, ia akan sendirian.”

Sementara The Economist, 10 Januari lalu, dalam analisanya mengenai situasi dalam kerajaan Saudi menuliskan, “Sebagian menanyakan apakah kebijakan Mohammed bin Salman akan menyebabkan tumbuhnya jaringan versus dirinya atau tidak? Kali ini harus dikatakan bahwa hanya ada sedikit yang meyakini bahwa para Ulama Agama akan diam sampai hari kiamat. Sebagian juga menanyakan, apakah mungkin sosok seperti Ruhullah Khomeini, pemimpin revolusi Iran, muncul di Saudi?.”

Salah satu eks petinggi Saudi kepada The Economist menyatakan dalam wawancaranya, “Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengetahui apa yang bisa dilakukan oleh keluarga kerajaan kepadanya.” Selain itu, dia juga mengungkit masalah teror Raja Faisal di tangan saudara-saudaranya tahun 1975.

Baca Juga : Ukraine Gate: Ribut Poros Barat Versus Rusia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *