Kebocoran Video Pemerkosaan Oleh Tentara Israel Picu Kemarahan – Namun Kejahatannya Justru Dikubur Diam-Diam

Israel rape

Al-Quds, Purna Warta  – Sebuah video yang bocor pada awal tahun lalu memperlihatkan para tentara tersebut memperkosa seorang tahanan Palestina secara berkelompok di pusat penyiksaan Sde Teiman, yang langsung memicu gelombang kemarahan.

Kasus tersebut bermula pada Juli 2024, ketika tentara Israel memperlakukan seorang tahanan Palestina dengan penyiksaan seksual berat di fasilitas Sde Teiman di wilayah pendudukan selatan.

Video insiden tersebut kemudian disiarkan oleh Channel 12 Israel sebulan setelahnya.

Pekan lalu, Yifat Tomer Yerushalmi, mantan jaksa agung militer Israel, mengakui bahwa ia mengizinkan publikasi video tersebut, memicu guncangan global.

Namun di wilayah pendudukan sendiri, kemarahan publik lebih fokus pada kebocoran video — bukan pada peristiwa kekerasannya — yang menjadi rasa malu besar bagi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pejabat lain yang terlibat dalam perang yang telah menewaskan hampir 70.000 warga Palestina sejak Oktober 2023.

Setelah video itu muncul, militer Israel menyatakan akan membuka penyelidikan — bukan terhadap para pelaku kekerasan, tetapi terhadap pihak yang membocorkan video tersebut. Respons itu dipandang mencerminkan cara sistem kolonial pemukim itu bekerja.

Penyelidikan difokuskan pada kemungkinan pejabat kantor jaksa militer turut membantu kebocoran rekaman ke Channel 12. Sebelumnya, lima personel cadangan di Sde Teiman telah didakwa atas “penganiayaan berat” yang menyebabkan luka serius pada seorang tahanan.

Upaya semu untuk menuntut para pelaku tersebut justru memicu kerusuhan kekerasan di luar pangkalan militer Israel — yang dijuluki “demo hak untuk memperkosa” karena para peserta membela pelaku.

Dalam konferensi pers Minggu tersebut, para pelaku yang mendapat dukungan Menteri kanan-ekstrem Itamar Ben-Gvir, dengan terang-terangan menyatakan mereka tetap bebas dan berkata: “Kami akan menang.”

“Saya berdiri di sini karena saya lelah diam. Alih-alih penghargaan, kami dituduh; alih-alih ucapan terima kasih, kami mendapatkan diam,” kata salah seorang dari mereka dengan inisial “A”.

Konferensi pers tersebut — yang dipandang sebagai upaya memanipulasi media internasional — menunjukkan bahwa para pelaku tidak menunjukkan penyesalan dan yakin akan lolos dari pertanggungjawaban.

Terdakwa utama kemudian membuka topengnya dan tampil di Channel 14 Israel tanpa menunjukkan penyesalan, serta menyebut jaksa militer yang membocorkan rekaman harus diinterogasi.

Tomer Yerushalmi — jaksa militer yang membocorkan video tersebut — kini ditahan atas tuduhan menghalangi penyidikan setelah dilaporkan mencoba bunuh diri. Ia dicopot, diboikot di ruang publik, dan kini diperiksa karena membuat publik mengetahui identitas pelaku.

Motif utama pemeriksaan awal kasus itu adalah karena kejadian tersebut terdokumentasi di kamera dan korban memiliki rekam medis terperinci. Langkah itu dinilai bertujuan mencegah intervensi Mahkamah Pidana Internasional (ICC), yang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pejabat rezim, termasuk Netanyahu.

Korban Palestina tersebut tidak hanya menjadi sasaran pemerkosaan berkelompok, tetapi juga mengalami penyiksaan berat, dan mengalami komplikasi medis serius hingga menjalani puluhan operasi.

Ia dibebaskan tiga pekan lalu tanpa pernah diadili — menurut sumber, pembebasan itu dilakukan untuk mencegahnya bersaksi terhadap para pelaku.

Sebuah dokumen militer Israel yang bocor menegaskan bahwa korban adalah warga sipil dan bukan anggota Hamas “Nukhba” seperti klaim propaganda Zionis. Dokumen itu menyatakan ia merupakan salah satu dari 1.700 warga Gaza yang ditahan tanpa dakwaan dan dibebaskan dalam pertukaran tahanan 13 Oktober 2025.

Israel masih menahan lebih dari 9.000 warga Palestina lainnya, sebagian besar tanpa dakwaan, termasuk ratusan di kamp-kamp penyiksaan militer rahasia seperti Sde Teiman.

Komisi Penyelidikan PBB menyimpulkan bahwa “pengupasan paksa, pelecehan seksual termasuk ancaman perkosaan, serta serangan seksual” merupakan “prosedur operasi standar” yang digunakan pasukan pendudukan Israel terhadap warga Palestina.

Komisi menekankan bahwa frekuensi dan tingkat keparahan kejahatan tersebut menunjukkan penggunaan kekerasan seksual sebagai metode perang untuk “mengguncang, mendominasi, menindas, dan menghancurkan masyarakat Palestina.”

Organisasi Breaking the Silence — yang terdiri dari mantan tentara Israel — menegaskan bahwa penyiksaan sistematis di Sde Teiman merupakan fakta.

Sejak 7 Oktober, penyiksaan dan kelaparan terhadap warga Palestina ditahan secara rutin. Pengakuan tentara, dokter, serta catatan kematian tahanan membenarkan hal tersebut.

Militer Israel mengakui pada Januari bahwa setidaknya 46 tahanan Palestina meninggal dalam tahanan — dan angkanya terus meningkat.

Isu pencurian organ dari tahanan Palestina juga semakin mencuat. Banyak jenazah yang dikembalikan menunjukkan tanda-tanda luka dan sayatan bedah.

Hamas menyerukan pembentukan komite internasional untuk mengunjungi penjara Israel, menyelidiki kondisi tahanan Palestina, dan mengekspos pelanggaran yang dilakukan di bawah pengawasan resmi.

Ramy Abdu dari Euro-Med Human Rights Monitor menyoroti tingkat impunitas tersebut dalam postingan di platform X pada Senin.

Pada Juli, pelapor khusus PBB Francesca Albanese menegaskan bahwa penyiksaan terhadap tahanan Palestina menjadi meluas dan sistematis sejak 7 Oktober 2023, termasuk kekerasan seksual.

Kasus-kasus kekerasan seksual ini dipandang mencerminkan budaya kekerasan yang mengakar di kalangan pemukim Israel — termasuk skandal-skandal publik yang melibatkan pejabat tinggi.

Sejumlah laporan investigasi juga mengungkap pola pelecehan seksual terorganisir dalam kegiatan ritual.

Seiring perdebatan publik mengenai rekaman video para tentara Israel memperkosa seorang Palestina dan implikasinya, laporan-laporan tersebut menunjukkan bahwa kasus ini hanyalah puncak dari persoalan yang jauh lebih besar.

oleh Syed Zafar Mehdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *