Purna Warta – Sebanyak 83,4 juta orang tercatat hidup dalam pengungsian internal pada akhir tahun 2024, menandai jumlah tertinggi yang pernah tercatat, menurut Laporan Global tentang Pengungsi Internal 2025 yang dirilis Selasa.
Angka tersebut, yang dirilis oleh Pusat Pemantauan Pengungsi Internal (IDMC) Dewan Pengungsi Norwegia, telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2018 dan sekarang setara dengan populasi Jerman, Anadolu Agency melaporkan.
Konflik dan kekerasan menyumbang hampir 90% dari kasus ini, yang menyebabkan 73,5 juta orang mengungsi, menurut laporan tersebut.
Sudan melaporkan 11,6 juta pengungsi internal (IDP), jumlah tertinggi yang pernah ada untuk satu negara — hampir 60% dari total global, sementara hampir seluruh penduduk Jalur Gaza tetap mengungsi.
“Angka-angka terbaru ini membuktikan bahwa pengungsian internal bukan sekadar krisis kemanusiaan; ini adalah tantangan pembangunan dan politik yang jelas yang membutuhkan lebih banyak perhatian daripada yang diterimanya saat ini,” kata Direktur IDMC Alexandra Bilak.
Sementara itu, bencana menyebabkan 45,8 juta pengungsi internal pada tahun 2024 — jumlah tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 2008. AS sendiri, kata laporan itu, mengalami 11 juta pergerakan terkait bencana, jumlah terbesar yang pernah tercatat untuk negara mana pun dalam satu tahun. Peristiwa terkait iklim, khususnya siklon dan banjir, memicu 99,5% dari semua pengungsian akibat bencana.
“Angka-angka tahun ini harus menjadi seruan untuk solidaritas global,” kata Jan Egeland, sekretaris jenderal Dewan Pengungsi Norwegia, yang menyebut kurangnya kemauan politik dan pendanaan sebagai “noda moral bagi kemanusiaan.”
Krisis yang tumpang tindih memperburuk kerentanan, kata laporan itu. Tiga perempat dari mereka yang mengungsi akibat konflik berada di negara-negara yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Karena jumlah negara yang melaporkan pengungsian akibat konflik dan bencana meningkat tiga kali lipat sejak 2009, IDMC memperingatkan bahwa tanpa tindakan segera, biaya tidak bertindak hanya akan meningkat.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) juga menggambarkan angka-angka itu sebagai “peringatan yang jelas,” dengan mengatakan bahwa tanpa “tindakan yang berani dan terkoordinasi,” jumlah orang yang mengungsi di negara mereka sendiri akan terus bertambah dengan cepat.
“Laporan IDMC juga merupakan seruan untuk tindakan pencegahan, untuk menggunakan data dan alat-alat lain guna mengantisipasi pengungsian sebelum terjadi, dan bagi sektor kemanusiaan dan pembangunan untuk bekerja sama dengan pemerintah guna mengembangkan solusi jangka panjang untuk mencegah pengungsian,” kata Direktur Jenderal IOM Amy Pope dalam sebuah pernyataan.