Purna Warta – Salah satu media warta kondang Israel, The Jerusalem Post menganalisa tujuan di balik serangan cyber ke fasilitas nuklir Iran, Natanz. JPost mengklaim, 12/4, tujuan serangan cyber adalah mengurangi tekanan Iran atas Amerika di perundingan nuklir.
Jonathan Schanzer, analis senior organisasi Foundation for Defense of Democracies, kepada JPost menjelaskan, “Aksi destruksi di fasilitas nuklir Natanz adalah satu insiden penuh teka-teki dan impresif. Insiden ini bisa melemahkan diplomasi, namun sebenarnya ini adalah perangkat supresi yang telah dihadiahkan kepada Amerika Serikat.”
“Instrumen Iran selalu berupa ancaman untuk pengembangan nuklir. Sepertinya sekarang, Iran tidak mampu menjaga aset-aset nuklirnya. Apakah negosiator AS mampu memanfaatkan kesempatan ini? Kami harus melihat menunggu,” lanjutnya.
Dennis Ross, analis senior organisasi Washington urusan Timur Dekat, juga kepada The Jerusalem Post menyatakan, “Insiden di Natanz tidak akan merubah tuntutan Iran untuk mengakhiri sanksi. Akan tetapi (insiden ini) bisa menghilangkan rasa buru-buru pemerintahan Joe Biden untuk menghidupkan JCPOA. Dengan demikian, mengganggu upaya Iran dalam pengayaan dan instalisasi sentrifuge canggih bisa mengurangi tekanan Iran dalam perundingan.”
“Mediasi negara-negara Eropa bersama China dan Rusia antara Iran dan AS tidak akan berhenti. Saya perkirakan bahwa kami akan melihat tarikan nafas JCPOA suatu hari nanti di tahun ini,” tambahnya.