Purna Warta – Para analis meyakini bahwa pendekatan Amerika Serikat ke Saudi telah berubah dan Presiden Joe Biden dalam kunjungannya ke nanti hanya untuk mencari jalan pengembangan kerja sama dan diplomatik dengan Bin Salman.
Kunjungan ini paling dinantikan oleh banyak pihak. Sejak AS dipimpin oleh Joe Biden sedari Januari 2021 dan setelahnya, hubungan kedua negara menjadi sangat kelam karena Saudi terasingkan dari dunia internasional, tepat sebagaimana janji Biden dalam kampanyenya.
Baca Juga : Pawai Bendera di Yerusalem: Siapa yang Menang? Israel atau Palestina?
HAM menjadi salah satu fokus pemerintahan Presiden AS, Joe Biden dalam tahun-tahun ini, baik itu di Arab Saudi maupun di kedaulatan lainnya. Namun sekarang, banyak analis yang menantikan perubahan dalam pendekatan ini. Mereka menantikan fokus lain dari sorot pemerintahan Joe Biden.
Beberapa waktu lalu, media melaporkan kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Saudi sekaligus adik Putra Mahkota, Pangeran Khalid bin Salman ke AS dan pertemuannya dengan petinggi Pentagon. Pasca laporan itulah, Washington mengabarkan keinginannya untuk mengembangkan relasi dengan Riyadh. Dan sekarang media sibuk mengungkap rencana kunjungan Presiden Joe Biden ke Saudi yang sebelumnya telah dibuka dengan pengiriman delegasi yang langsung menuntut peningkatan produksi minyak.
Arabi21, 1/6, melaporkan rencana kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Arab Saudi di akhir bulan Juni. Bahkan prediksi target Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Saudi, dalam pertemuannya dengan Presiden Joe Biden juga telah dikupas oleh media kondang Washington Post.
Baca Juga : Benarkah Pemimpin Tertinggi Iran Memiliki Kekayaan Pribadi 200 Milyar Dollar AS?
David Ignatius, salah seorang penulis asal AS, di awal catatannya di Washington Post menuliskan, “Kemungkinan besar Joe Biden akan menjadwalkan pertemuan dengan negara-negara Arab sekutu lainnya, seperti Emirat dan Qatar. Namun demikian, fokus kunjungan kali ini adalah pertemuan dan jabat tangan Presiden Joe Biden dengan Putra Mahkota Bin Salman.”
“Ada banyak bukti yang menunjukkan perubahan pendekatan AS terhadap MBS. Karena Putra Mahkota akan memimpin Arab Saudi dalam waktu panjang ke depan. Kepentingan keamanan dan finansial AS berada di balik persekutuan jangka panjang ini. Persahabatan dengan kerajaan Saudi merupakan objek urusan Washington berkaitan dengan upaya bersama untuk mengontrol aksi instabilitas Iran di Kawasan,” tambahnya.
Menurut penelusuran analis berdarah Amerika ini, ada dua faktor yang sangat urgen dalam pemerintahan Joe Biden. Faktor pertama adalah perang Ukraina dan kebutuhan Joe Biden kepada Saudi untuk mengontrol serta mendorong pasar emas hitam.
Baca Juga : Detail 10 Kesepakatan dalam Konferensi Putaran ke-4 Para Oposisi Erdogan
Faktor kedua adalah rencana mendesak Israel untuk normalisasi dengan Saudi dan Mohammed bin Salman. Karena Arab Saudi merupakan negara kunci pengembangan resolusi Abraham.
Mengutip pula pernyataan dari salah seorang petinggi senior rezim Zionis, Washington Post menuliskan, “Kami meyakini bahwa Arab Saudi merupakan aktor penting di Kawasan, bahkan lebih dari itu. Israel sangat mendukung hubungan yang lebih dalam dan lebih luas AS-Saudi dengan target menciptakan stabilitas di Kawasan, mengontrol Iran, normalisasi dan menjaga keamanan pasar energi.”
Menurut pengamatan analis AS, buah pertama dari pertemuan Joe Biden dengan Bin Salman ini adalah kesepakatan resmi Saudi-Israel tentang izin penerbangan sipil di atas wilayah udara Riyadh. Tekanan Israel agar AS dan Saudi lebih dekat dari sisi politik sangatlah penting, karena Riyadh hanya memiliki pendukung kecil di Washington di potongan waktu kali ini.
Baca Juga : Ini Alasan Iran Sita Dua Kapal Tanker Yunani
“Pembahasan kasus Jamal Khashoggi ataupun masalah-masalah HAM lainnya tidak akan bermakna lagi dalam pertemuan ini. Bahkan perang Yaman, yang dianggap sebagai kesalahan paling besar MBS, akan segera berakhir karena upaya diplomatik AS,” tulis David Ignatius.