Purna Warta – Dalam sebuah langkah kontroversial, pemerintah Jerman telah menutup Islamic Center Hamburg (IZH), sebuah lembaga terkemuka dengan sejarah hampir enam puluh tahun dan pusat penting bagi Muslim Syiah di Eropa. Hal ini menuai kritik atas standar ganda Jerman, terutama karena Berlin sebagian besar tetap bungkam dalam menghadapi pelanggaran hak asasi manusia berat yang dilakukan oleh Israel.
Baca juga: Hamas: Serangan Israel terhadap Sekolah Gaza Bagian dari Rencana Genosida
Penutupan Islamic Center Hamburg telah mengungkap perjuangan Jerman yang sedang berlangsung dengan hak asasi manusia dan kebebasan beragama, kata sebuah laporan oleh kelompok kebijakan luar negeri IRNA.
Jerman memiliki sejarah panjang pelanggaran hak asasi manusia, yang terus terwujud dalam berbagai bentuk hingga saat ini.
Secara historis, Jerman telah terlibat dalam beberapa kejahatan paling mengerikan terhadap kemanusiaan, termasuk kekejaman yang dilakukan selama Perang Dunia II. Meskipun negara tersebut telah mengakui masa lalunya, masih ada kesunyian yang meresahkan mengenai penderitaan warga Palestina yang terus berlangsung di tangan pasukan Israel.
Selama Perang Iran-Irak, tindakan Jerman sama-sama kontradiktif. Meskipun menampilkan dirinya sebagai pendukung perdamaian, Jerman menyediakan senjata kimia bagi mantan diktator Irak Saddam Hussein, yang memfasilitasi kejahatan perang terhadap warga sipil Iran dan Irak. Dualitas dalam kebijakan luar negeri Jerman ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmennya terhadap hak asasi manusia.
Dukungan Jerman terhadap rezim Israel telah konsisten, khususnya terlihat selama perang yang sedang berlangsung melawan warga Palestina di Gaza. Pemerintah Jerman telah menghadapi reaksi keras atas penjualan militernya ke Israel, yang mencapai €326,5 juta tahun lalu di tengah protes global terhadap kekejaman Israel di Gaza.
Baca juga: Lebih dari 100 Orang Ditangkap Polisi di Uganda dalam Aksi Protes Anti-Korupsi
Peran Jerman yang dideklarasikan sendiri sebagai pejuang kebebasan dan HAM semakin dirusak oleh kebijakannya terhadap Iran. Negara tersebut telah memainkan peran penting dalam penerapan sanksi medis yang berdampak serius pada kesehatan warga Iran.
Selain itu, Jerman, bersama Inggris dan Prancis, telah memainkan peran yang menghalangi dalam negosiasi nuklir dengan Iran. Trio Eropa tersebut sering dianggap terlibat dalam kebijakan Amerika Serikat, yang secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir penting tahun 2015 dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi yang keras terhadap Teheran.