Purna Warta – The First International Congress for Women of Influence (ICWI) atau Kongres Internasional Pertama untuk Perempuan Berpengaruh diadakan di Teheran, ibukota Republik Islam Iran pada hari Kamis- Jumat (19-20 Januari 2023) dengan tamu tokoh perempuan dunia termasuk istri kepala negara, menteri, wakil presiden, dan anggota parlemen dari Burkina Faso, Kyrgyzstan, Serbia, Guinea, Niger, Nigeria, Sri Lanka, Suriah, Turkmenistan, dan Armenia. Kongres ini dibuka pada hari Kamis oleh Presiden Republik Islam Iran Dr. Sayid Ebrahim Raisi.
Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam sambutannya menyampaikan kegembiraannya bahwa Republik Iran telah dipilih menjadi tuan rumah Congress for the Women of Influence dari berbagai negara. Ini adalah sebuah pertemuan yang sangat berpengaruh dan penting bagi perempuan-perempuan dunia.
“Saya berharap para perempuan yang hadir pada pertemuan ini dapat belajar dari pengalaman berharga yang diperoleh Republik Islam Iran di bidang hak-hak perempuan dan perhatian terhadap perempuan pasca Revolusi Islam,” kata Presiden Iran dalam pernyataan resminya seperti dikutip dari laman president.ir.
Presiden juga berharap dengan diselenggarakannya Congress for the Women Influence dapat membuka jalan kerjasama antar negara, dimana menurutnya perempuan seringkali dipandang dengan paradigma yang salah dan direndahkan.
“Setelah lebih dari empat dekade, Republik Islam Iran telah membuka kran seluasnya untuk perempuan Iran menunjukkan prestasinya disemua jenjang dan disemua bidang. Hasilnya, lebih dari 30 persen profesor universitas, lebih dari 34 persen ahli di bidang kedokteran dan kesehatan, hampir 60 persen kapasitas pusat ilmiah dan akademik, serta 30 persen posisi manajerial dimiliki oleh perempuan di negara ini.” Tambah Raisi.
“Selain itu, jumlah perempuan Iran yang meraih juara di berbagai bidang olahraga nasional dan internasional lebih banyak dari sebelumnya,” ujarnya.
Presiden Iran ini juga menunjukkan peran perempuan Iran yang berpengaruh dalam ekonomi dan kewirausahaan, dengan mengatakan, “Kami percaya bahwa perempuan dapat efektif dalam berbagai bidang ilmiah, ekonomi, politik, budaya, sosial dan olahraga bersama kaum laki-laki.”
Menyinggung klaim sejumlah negara Barat bahwa terjadi banyak pelanggaran hak-hak perempuan di Republik Islam Iran, Raisi mengatakan bahwa menurut statistik, justru banyak perempuan dibunuh oleh polisi di negara-negara yang menuding Iran tersebut setiap tahunnya, hanya karena menuntut haknya yang dipandang sebagai kejahatan. “Pelanggaran HAM yang diklaim Barat yang dilakukan Iran tersebut itupun didasarkan standar Barat, sementara Iran memiliki standar dan penilaian sendiri yang itu bersumber dari nilai-nilai Islam yang diyakini masyarakat Iran. Belum lagi tuduhan-tuduhan mereka kebanyakan dari sumber informasi hoax yang tidak ada fakta dan realitasnya.” Jelas Presiden Raisi.
Presiden Iran ini juga menekankan, “Alasan mengapa hari ini Republik Islam Iran dicemooh oleh negara-negara tersebut adalah karena telah menghadirkan cara hidup baru dengan melestarikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai perempuan masyarakat yang telah mampu mencapai puncak tinggi dalam budaya, politik, sosial, sains dan olahraga.”
“Di Republik Islam Iran, kami selalu menekankan dalam undang-undang dan peraturan yang terkait dengan perempuan bahwa perlindungan hak-hak perempuan dan masalah pembentukan keluarga harus mendapat perhatian khusus,” tegasnya.
Apa yang disampaikan Preisden Raisi sejalan dengan yang sebelumnya telah digariskan oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamanei di hadapan perwakilan organisasi-orgasnisasi perempuan se Iran pada 4 Januari 2023.
Ayatullah Khamanei berkata, “Dalam masalah perempuan, sikap kami terhadap penggugat Barat yang munafik adalah posisi menuntut, bukan pembelaan. Beberapa tahun yang lalu, ketika sejumlah mahasiswa di sebuah universitas bertanya kepada saya, ‘Apa yang Anda katakan untuk diri Anda sendiri untuk membela kasus ini dan itu?’ Saya mengatakan kepada mereka, ‘Saya tidak memiliki pembelaan. Saya mendapat serangan justru dari mereka yang harusnya digugat.’ Begitu juga dengan isu perempuan. Dunia yang harus disalahkan. Ketika saya mengatakan ‘dunia’ yang saya maksud adalah dunia Barat, filsafat Barat, dan budaya Barat yang ada. Tentu saja, [yang saya bicarakan] adalah Barat yang dimodernisasi. Saya tidak peduli dengan standar Barat.”
Ayatullah Khamenei kemudian menunjuk pandangan Islam terhadap perempuan dengan berkata, “Tidak seperti sistem kapitalis Barat yang sangat patriarkal, dalam Islam, baik laki-laki maupun perempuan menonjol dan memiliki hak hukum, intelektual, teoretis, dan praktis. Tetapi orang-orang Barat secara tidak jujur mengaitkan patriarki bawaan mereka dengan Islam.”
Pameran Prestasi Perempuan Iran
Di sela-sela Kongres, penyelanggara juga menggelar sebuah pameran yang menampilkan pencapaian perempuan Iran yang terlaksana pada hari Jumat, 20 Januari 2023.
Dalam pameran ini ditampilkan prestasi para pengusaha perempuan Iran di berbagai bidang seperti kelistrikan dan elektronik, alat kesehatan, teknologi, pusat inovasi, dan usaha rumahan. Dalam hal ini, 900 CEO perempuan dari perusahaan berbasis pengetahuan telah diidentifikasi, 100 di antaranya terpilih sebagai yang terbaik di bidang sains dan teknologi, dan terakhir, 50 besar berpartisipasi dalam pameran ini.
Tamu dari 28 negara, termasuk Indonesia, Sri Lanka, Australia, Jepang, Cina, Thailand, Pakistan, Kamerun, Serbia, Bosnia dan Herzegovina, Swedia, Austria, Kazakhstan, dan Kanada mengunjungi pameran tersebut.
Disebutkan bahwa kongres untuk perempuan berpengaruh diadakan untuk pertama kalinya tahun ini baik di tingkat nasional maupun internasional. Tingkat nasional diadakan pada hari Selasa, 17 Januari, dan tingkat internasional diadakan pada hari Jumat, 20 Januari.
Acara ini bertujuan untuk mengapresiasi perempuan berpengaruh, mendukung dan membantu mereka tumbuh, serta mempromosikan kreativitas dan ide mereka. Perempuan di berbagai sektor, termasuk sains, penelitian, inovasi, ekonomi, kesehatan, seni, fotografi, lukisan, masyarakat dan lingkungan, hukum, dan media berpartisipasi dalam kongres tersebut.
Pada acara penutupan Kongres diberikan penghargaan kepada tujuh perempuan berpengaruh. Penghargaan diberikan kepada Lee, seorang peneliti terkemuka di bidang kimia dan seorang profesor di Universitas Thailand.
Penghargaan kedua diberikan kepada Sodeh Ghafourid, ahli genetika medis dari Iran. Selanjutnya Elina, salah satu wanita terkemuka Rusia. Setelah itu, Zahra Imam Jomeh, salah satu ilmuwan Iran, Meria Betriz Younes dari Argentina, Mozhgan Zandi dari Iran, dan Pen Abe Shiami dari Cina.
Istri Perdana Menteri Armenia, istri Perdana Menteri Burkina Faso, ibu negara Kyrgyzstan, istri Presiden Serbia dan Jamila Sadat Alamalhoda, istri Presiden Iran, berada di panggung untuk memberikan penghargaan.
Selain itu, Zainab Nasrullah, putri Sayid Hassan Nasrullah, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, juga menjadi tamu istimewa dalam upacara ini.
Delegasi dari Indonesia
Kongres Internasional Perempuan Berpengaruh ini dihadiri 300 tamu asing, termasuk 70 pejabat perempuan dan aktivis dari berbagai bidang, termasuk menteri, wakil presiden, dan anggota parlemen. Delegasi Indonesia sendiri dihadiri Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo didampingi Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Kowani Tantri Diah Kirana.
Menurut Giwo, pertemuan tersebut merupakan kesempatan yang berharga bagi Kowani sebagai organisasi federasi perempuan tertua dan terbesar di Indonesia. “Melalui pertemuan ini, kami berharap dapat berkolaborasi bersama dan meningkatkan hubungan, khususnya pada bidang pemberdayaan perempuan dengan berbagai organisasi perempuan di dunia,” kata Giwo di sela-sela Kongres.
Dalam pertemuan tersebut, Giwo berkesempatan membagikan pengalaman terkait dengan pemberdayaan perempuan melalui diskusi-diskusi yang melibatkan tokoh perempuan berpengaruh dari berbagai negara. “Berbagi kondisi yang ada di negara masing-masing, pengalaman, strategi, dan terus berjuang bersama untuk kesetaraan, keadilan, dan pemberdayaan bagi perempuan,” lanjut Giwo.
Selain itu, Kowani kata Giwo juga mempromosikan keadilan, pemahaman, serta pertukaran budaya yang bertujuan meningkatkan kehidupan yang lebih baik pada masa mendatang sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan potensi dari berbagai bidang dan aspek kehidupan.
Di sela menhadiri ICWI di Teheran, Ketua Umum Kowani juga berkesempatan bertemu dengan Dubes Indonesia untuk Iran, Ronny Prasetyo Yuliantoro di Kantor KBRI Tehran.
Dengan kehadiran langsung, 300 tamu asing dari 28 negara di Iran, mereka dapat melihat langsung pencapaian dan prestasi perempuan Iran tanpa bias media Barat. Memanfaatkan insiden kematian Mahsa Amini pada pertengahan September lalu, Iran disudutkan dengan isu pelanggaran HAM yang diklaim mengekang kebebasan perempuan Iran. Bantahan telak atas tuduhan tersebut, Iran malah menjadi tuan rumah ICWI yang dihadiri perempuan-perempuan berpengaruh dunia. Menunjukkan Iran termasuk negara terdepan di dunia yang menghormati hak-hak perempuan untuk berprestasi dan berperan dalam semua lini kehidupan publik.