Purna Warta – Salah satu site Yaman membahas persamaan proyek Emirat dan Israel di Sanaa dan menuliskan, Tel Aviv terjun ke perang Yaman dengan pake topeng Abu Dhabi.
Selama perang di Yaman, ada banyak laporan tentang intervensi Israel di belakang operasi Emirat di beberapa wilayah strategis. Sudah ada banyak peringatan mengenai upaya pendudukan ini, bahkan mayoritas analisa menorehkan rancangan serta metode Emirat yang sama persis dengan yang dipakai Israel dalam upaya pendudukan di Palestina. UEA mengambil sampel darah strategis rezim Zionis.
Baca Juga : Lebanon, Transit Utama Uang Yayasan George Soros di Timteng
Site Ansarollah Yaman mencetuskan analisa baru mengenai fakta perang Yaman dengan menuliskan, “Emirat dan rezim Zionis merupakan dua wajah satu uang logam. Mereka memiliki target sama, yang dengan kata lainnya, mereka adalah satu rezim, satu badan. Dengan memakai topeng negara Arab, Israel berusaha menguasai dan mengontrol manajemen Timur Tengah.”
Sebagai pendahuluan pendekatannya ini, Ansarollah menjelaskan, “Adalah hal bodoh, ketika Emirat-Israel dilihat sebagai dua negara berbeda di potongan waktu saat ini. Karena mereka adalah satu pemerintahan dan melaksanakan satu tujuan. Yang tidak bisa dilakukan Israel, akan dikerjakan Emirat. Dan yang tidak mampu Abu Dhabi lakukan, akan dipikul oleh Tel Aviv dalam praktisnya. Setelah Israel merubah Dubai sebagai pusat ekonomi di Timteng melalui perusahaan-perusahaannya, sejak saat itu pula, mereka mulai mengerjakan proyek Westernisasi Jazirah Arab dan merubahnya menjadi satu eksisteni aneh yang memiliki tangan dan bahasa mereka di bawah satu pemerintahan. Satu rezim yang mengontrol ekonomi. Intervensi masalah sekecil apapun dan terus berupaya mengganggu revolusi Arab.”
“Mungkin hingga sekarang belum bisa dilupakan apa yang dikerjakan perusahaan Holding Dubai di wilayah Aden?,” lanjutnya menyindir.
Baca Juga : The Christian Science Monitor: Sua Iran dan Arab Teluk Persia Sedang Berkembang
Menurut analis Ansarollah, ekonomi, politik serta diplomatik Emirat di Yaman sudah lebih terlihat jelas dari pada sebelumnya. Perkembangan serta peristiwa yang sempat menghalangi sudah terungkap. Mereka merubah badui-badui sahara menjadi seorang ekonom dan orang beradab dengan peradaban yang tidak sesuai dengan (budaya) alaminya sehingga lebih condong pada perusakan dan perselisihan. Mereka mengeksploitasi alam Yaman dengan cara-cara yang sangat cerdik melalui kaki tangan intelijen Israel via petarung bayaran dan militer Emirat di Yaman sejak pendirian koalisi.
Setiap Emirat merasa kepentingannya dalam bahaya, dia langsung melakukan langkah diplomatik, militer dan politik demi mendinginkan tensi. Setiap merasa butuh pada manuver militer dan keamanan, Emirat langsung kembali aktif agar target terealisasi, yang sebenarnya, target tersebut lebih menguntungan Israel dari pada dirinya.
Dengan mengajukan bukti strategi Israel di pulau Socotra, site Ansarollah menuliskan, “Ketika Abu Dhabi melihat benderanya rusak di Socotra, semua sadar bahwa di balik bendera tersebut ada bendera Israel. Rezim Zionis dengan cepat merangkai kata dengan berasalan pembuatan film dokumenter, parawisata dan lainnya sehingga tetap bercokol di pulau tersebut. Dari segi ekonomi, Israel juga aktif dengan menggunakan topeng perusahaan Emirat dalam investasi, pengembangan dan lainnya.”
Dikelanjutan analisanya ini, site Ansarollah melaporkan proyek yang meminjam istilah budaya dan sosial yang membahayakan Socotra. Mereka telah menyiapkan proyek ini dengan target westernisasi penduduk pulau dan memisahkan mereka dari keagungan sejarah, geografi serta pertalian nasional.
Baca Juga : Manuver Yaman: Satu Peluru 4 Titik Sasaran Sekaligus
“Penduduk Socotra secara lahir telah berubah menjadi warga Emirat. Yang mana faktanya adalah mereka sebenarnya berada dalam cengkraman penjajahan Israel. Ini merupakan satu keburukan yang dikerjakan oleh para badui padang pasir. Mereka telah berubah menjadi alat musuh bersejarah bangsa Arab dan Muslim. Proyek ditelan mentah-mentah dan bodoh di depan mata-telinga dunia kebebasan dan dunia Muslim,” tambahnya.
Bahkan Emirat, menurut analisa Ansarollah, tidak memiliki militer sendiri yang aktif di medan Yaman. Akan tetapi tidak ada satupun yang menanyakan, dari mana militer Emirat itu mendarat di Yaman? Pasukan udara yang terus memborbardir pahlawan Yaman, apakah berdarah Emirat? Bagaimana negara kecil bisa mengoperasikan manuver militer sementara mata sosial internasional juga tidak melihat aktifitas ini? Ini adalah persoalan bagi setiap manusia yang memiliki hati dan logika, bagaimana negara kecil seperti Emirat mampu menjalankan satu peran di Kawasan, sedangkan dirinya menggunakan jasa keamanan dan militer Zionis untuk menjaga keamanan dan militer untuk para petinggi, perusahaan serta sistem keamanan kota-kotanya.
“Di perang Yaman, Emirat bukanlah siapa-siapa, tetapi Israel-lah yang terjun dengan semua artileri militer dan teknologi Angkatan Udaranya. Bendera zahirnya Emirat, tapi di baliknya ada bintang Israel. Dari sini jelaslah bahwa Emirat adalah Arab-nya Israel, yang manajemeni gerakan normalisasi dan membela kepentingannya di Timur Tengah. Mohammed bin Zayed, Putra Mahkota Abu Dhabi, membawa strategi Israel ke sana dan ke sini. Bahkan dia menenggelamkan pemimpin sejatinya dan menggantikan saudaranya, Pemimpin Emirat sebenarnya, mengatur semua kasus hingga menghadapi satu fakta yang sebelumnya tidak diketahui umum,” sindir analis Ansarollah.
Baca Juga : Rudal Yaman Hancurkan Reputasi Emirat
Di akhir site Ansarollah menyimpulkan, “Kami sedang berperang dengan Israel di Yaman. Akan tetapi Israel memerangi kami dari balik gedung Emirat. Ini adalah salah satu fakta yang mengungkap segalanya. Syiar-syiar bangsa Yaman yang terus diulang-ulang merupakan satu bukti penyadaran kepada masyarakat akan identitas asli perang yang sedang berlangsung ini. (Tapi) meskipun fakta jelas, ada banyak orang yang tidak mau menerima.”