HomeAnalisaIsrael Pelaku Penyerangan Rumah Sakit al-Ahli Gaza, Ini Buktinya!

Israel Pelaku Penyerangan Rumah Sakit al-Ahli Gaza, Ini Buktinya!

Purna Warta Rumah Sakit al-Ahli al-Arabi yang terletak di wilayah utara Gaza menjadi korban dalam perang antara gerakan resistensi dengan Rezim Zionis Israel. Media sosial diramaikan dengan klaim yang menuduh bahwa Hamas dan Jihad Islam adalah pelaku yang mengebom rumah sakit tersebut. Betulkah?

Rumah Sakit al-Ahli al-Arabi juga dikenal dengan nama Baptist Hospital atau al-Mu’ammadani. Rumah sakit ini berlokasi hanya sekitar 5,65 kilometer dari Rumah Sakit Indonesia yang terletak di bagian utara Gaza.

Pada Sabtu, 14 Oktober pukul 19:30 waktu setempat, Israel menargetkan rumah sakit al-Ahli dan melukai 4 staff rumah sakit. Dirasa masih kurang, tiga hari setelahnya, Israel melakukan pengemboman kembali di RS tersebut yang mengakibatkan lebih dari 500 orang tewas.

Tanpa banyak cingcong, dapat dipastikan bahwa Rezim Zionis adalah pihak yang patut disalahkan akibat pengeboman 17 Oktober di RS tersebut. Terdapat sejumlah indikasi yang menunjukkan bahwa Rezim Zionis Israel adalah pelakunya, yang akan kita ulas dalam tulisan ini.

Latar belakang tragedi dapat kita tarik ke belakang ketika Pemimpin Revolusi Islam Iran, Ayatullah Khamenei, menyampaikan pernyataan bahwa jika kekejaman rezim Zionis terus berlanjut, maka umat muslim dan gerakan resistensi akan kehilangan kesabaran dan tidak akan bisa dihentikan oleh siapapun.

Bagi telinga petinggi Rezim Zionis, pernyataan tersebut terdengar bagaikan sebuah ancaman. Buktinya, tak sampai satu jam setelah pernyataan Ayatullah Khamenei itu tersebar di dunia maya, pihak Rezim Zionis mengeluarkan pernyataan untuk membatalkan operasi darat yang telah direncanakannya, dan menggantinya dengan ‘operasi’ yang lain.

Richard Hecht, juru bicara Rezim Zionis, mengumumkan bahwa IDF sedang menyiapkan sebuah fase baru dalam perang di Jalur Gaza. Hanya saja ia tidak menyebutkan bentuk dari operasi yang akan mereka lakukan. Di akhir komentarnya, ia hanya menyebutkan, “…, It might be something different.” (bisa saja sesuatu yang berbeda)

Reuters menyebutkan bahwa IDF akan melancarkan fase baru dalam perang mereka melawan gerakan resistensi.

Operasi Darat yang Dibatalkan

Terkait operasi darat IDF, terdapat banyak spekulasi yang mendasari pembatalan operasi tersebut. Kondisi cuaca yang menyulitkan pengintaian udara memang dapat menjadi sebuah alasan yang cukup masuk akal. Akan tetapi seorang penulis Katholik Michael Jones, menuliskan dalam akun X miliknya bahwa Zionis lebih memilih orang lain (maksudnya, tentara AS) untuk menginvasi Gaza dalam jika harus dilakukan operasi darat.

Dalam tweetnya itu, dia menyebutkan bahwa orang Yahudi mau membunuh untuk Israel, akan tetapi mereka lebih suka jika Amerikalah yang turun dan mati demi Israel.

Dan benar saja, pernyataan Israel tersebut dilanjutkan dengan persiapan 2.000 tentara Amerika untuk men-support tentara Israel di Gaza.

WSJ menyebutkan bahwa AS akan menyiapkan tentara untuk diberangkatkan mendukung IDF.

Berkaitan dengan operasi darat ini, Scott Ritter, analis Hubungan Internasional asal AS dan juga mantan inspektur persenjataan Komisi Khusus PBB, menyebutkan bahwa tentara Zionis akan mati dalam jumlah yang belum pernah disaksikan orang Israel sebelumnya.

Israel tentunya sudah menyadari dan memahami resiko yang akan didapat jika mereka melancarkan operasi darat tersebut. Berkumpulnya pasukan IDF di Gaza tentunya akan bermakna masuknya mereka ke dalam perangkap Hamas. Tak heran jika Zionis harus bersabar dan menunggu bala bantuan AS agar mereka yang turun tangan jika operasi darat harus dilakukan.

Apa Maksud “Something DIfferent?”

Terlalu gegabah bagi kita untuk menentukan maksud dari frasa tersebut. Hanya saja, dengan melihat kejadian yang sudah ada, tentunya dapat kita dugai -secara subyektif tentunya- bahwa sesuatu yang berbeda itu berkaitan dengan pengeboman RS al-Ahli.

Rezim Zionis berspekulasi bahwa Hamas menjadikan fasilitas publik, misalnya rumah sakit dan sekolah, sebagai basis utama mereka dalam melakukan serangan ke wilayah pendudukan. Oleh karena itu, IDF memberikan sejumlah ultimatum agar warga utara Gaza mengosong area tersebut.

Mulanya, Israel mengeluarkan ultimatum agar warga setempat, yang berjumlah sekitar 1 juta orang, meninggalkan wilayah utara Gaza. Israel memberikan waktu 24 jam dan memperpanjang waktu hingga 6 jam ke depan agar warga meninggalkan wilayah utara.

Diantara mereka ada yang mengevakuasi diri, namun banyak juga yang enggan untuk ke selatan Gaza. Namun naas, sebagian dari mereka yang mengevakuasi diri justru menjadi sasaran pengeboman Israel dalam perjalanan mereka menuju selatan Gaza.

Kemudian, Rezim Zionis mengeluarkan ultimatum secara spesifik pada tanggal 14 Oktober agar agar setiap rumah sakit di utara Gaza, yang setidaknya berjumlah 22 buah itu, segera dievakuasi.

WHO dalam artikelnya menyebutkan bahwa evakuasi rumah sakit di Gaza sama saja dengan menjatuhkan hukuman mati kepada para pasien.

Apa indikasinya?

Terdapat sejumlah indikasi yang menunjukkan bahwa Israel adalah pihak yang melakukan pengeboman terhadap rumah sakit al-Ahli di utara Gaza itu.

Perlu diketahui bahwa bom yang digunakan dalam tragedi RS al-Ahli ini adalah jenis JDAM (Joint Direct Attack Munition). Bom JDAM sendiri adalah bom buatan AS yang dibawa jet tempur dan kapasitas dari 225 kg hingga 900 kg.

Analis Geopolitik Pepe Escobar menulis dalam akun X miliknya bahwa JDAM yang digunakan untuk mengebom RS al-Ahli al-Arab adalah tipe MK-84 dengan bobot 950 kg.

Lalu, apa bukti bahwa JDAM-lah yang digunakan dalam operasi tersebut? Untuk menjawab itu, perhatikan video di bawah ini:

Suara roket yang membawa bom dalam tragedi RS al-Ahli (kondisi malam), serupa dengan roket yang membawa bom JDAM (kondisi siang).

Indikasi yang ada itu diperkuat dengan adanya sejumlah bukti yang akhirnya dihapus oleh pihak yang bersangkutan. Akan tetapi, jejak digital itu berhasil terekam dengan bertebarnya bukti screenshot dari pihak yang bersangkutan.

Hananya Naftali, menuliskan di akun X miliknya bahwa Angkatan Udara Israel menargetkan markas Hamas yang berada di dalam Rumah Sakit di Gaza. Akan tetapi ia menghapus postingannya tersebut, namun jejak digital tidak mudah dihapus begitu saja.

Naftali kemudian melakukan klarifikasi dengan sebuah postingan baru dan menyatakan bahwa ia keliru menyatakan bahwa tentara Israel yang melakukan serangan di RS. Dalam postingannya itu ia justru menyalahkan Hamas.

Tuduhan Hananya Naftali tentulah tidak berdasar. Alasan pertama, teknologi JDAM hanya dimiliki oleh AS, dan AS tentunya tidak mentransfer teknologi kepada pihak yang mereka sebut dengan teroris. Kedua, sejumlah reporter dari media mainstream sendiri yang mengakui bahwa skala ledakan demikian tidak dimiliki oleh Hamas.

Ohad Hemo, reporter TV israel untuk urusan Palestina, dalam Channel 12 Israel menyebutkan dengan gamblang bahwa IDF-lah yang melakukan pengeboman terhadap RS tersebut.

Reporter BBC menjelaskan bahwa ledakan sebesar itu hanya bisa dilakukan oleh serangan udara tentara Israel, dan hampir tidak mungkin dilakukan oleh Hamas.

Alasannya: Pertama, skala ledakan mengindikasikan satu serangan dengan kekuatan yang dahsyat atau beberapa serangan dengan kekuatan yang standar. Kedua, serangan yang Hamas lakukan dalam operasi yang mereka lancarkan hanya memakan korban belasan orang saja, bukan ratusan.

Pernyataan yang sama juga dijelaskan oleh reporter MSNBC yang menyebutkan bahwa IDF tidak memiliki bukti cukup untuk klaimnya bahwa gerakan Jihad Islam adalah pelaku pengeboman RS al-Ahli.

Sama seperti reporter BBC, reporter MSNBC juga menjelaskan bahwa roket palestina tidak ada yang mampu membuat korban sebanyak itu hanya dalam satu serangan.

Menariknya, reporter MSNBC menjelaskan bahwa adalah kebiasan Israel untuk menyangkal sebuah aksi kriminal, namun dalam beberapa minggu/bulan kemudian, ia akhirnya mengakuinya. Lihat kembali kasus terbunuhnya Shireen Abu Akleh; awalnya IDF menyangkal, namun mereka mengakuinya dalam beberapa bulan ke depan.

Bukan hanya BBC dan MSNBC, sejumlah media lainnya juga melakukan blunder dalam memberitakan tragedi RS al-Ahli ini.

Wall Street Journal menghapus kata Israel dalam artikel yang mereka publish. Disebutkan dengan gamblang bahwa serangan udara Israel-lah yang menargetkan rumah sakit dan membunuh 500 orang, namun WSJ menghapus kata Israel. Lihat judul berita terbarunya disini.

Wall Street Journal menuliskan nama Israel dalam beritanya, yang kemudian diganti dengan hanya kata “Blast / Ledakan”.

Sama halnya dengan WSJ, CNN juga melakukan blunder yang serupa. Lihat judul berita terbarunya disini.

cnn serang hospital rumah sakit gaza
CNN menyebutkan secara gamblang bahwa serangan Israel telah menghancurkan rumah sakit dan sekolah di Gaza.

Lebih parah lagi, The New York Times bahkan sampai 3 kali melakukan penggantian judul berita, demi hanya menyelamatkan muka Rezim Zionis Israel di mata media massa.

the new york times hospital rumah sakit gaza

Hal ini tidak bisa lagi ditutup-tutupi. Besarnya skala ledakan dan jumlah korban menjadi hal yang sangat jelas bahwa Israel adalah pelakunya. IDF sepertinya sudah merencanakan bahwa penargetan fasilitas umum merupakan bagian dari agenda something different yang mereka rancang.

Pengguna centang biru X yang lain membawakan bukti screenshot Facebook terkait rencana IDF untuk melakukan pengeboman di RS al-Ahli al-Arab itu. Postingan tersebut menyebutkan, “Karena kurangnya peralatan medis dan kurangnya staf medis, diputuskan untuk mengebom Rumah Sakit Baptis di Gaza dan memberikan mereka kematian eutanasia.”

Rekam jejak digital di atas menjadi bukti yang kuat dan masuk akal bahwa biang keladi dari pengeboman rumah sakit al-Ahli al-Arabi adalah Rezim Zionis Israel. Mari kita nantikan pengakuan mereka dalam beberapa minggu atau bulan ke depan. Layaknya sejarah yang terus berulang, pengakuan mereka dalam tragedi Shireen Abu Akleh juga akan mereka ulangi dalam kasus rumah sakit al-Ahli ini.

Oleh : YF Nuran

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here