Purna Warta – Salah satu pakar sekaligus analis Zionis dalam penelusurannya memuji langkah strategis Abdel Fattah el-Sisi, Presiden Mesir, dalam upaya menjauhkan ancaman dari Israel dengan perlengkapan penuh senjata militer.
Meskipun kebijakan Mesir diputuskan dalam struktur dukungan kepada Tel Aviv, akan tetapi dia memperingatkan indikasi yang perlu diperhatikan dalam taktik penguatan militer Kairo ini.
“El-Sisi akhir-akhir ini menolak kerjasama keamanan dengan Israel. Kekhawatiran muncul dikarenakan pada akhirnya senjata modern pembunuh tersebut akan digunakan melawan Israel,” jelasnya.
Oded Granot, analis masalah dunia Arab, dalam chanel televisi rezim Zionis menjelaskan, “Di akhir periode Hosni Mubarak, khususnya periode pelengserannya, lahir dua ancaman di sisi selatan versus Israel untuk pertama kalinya. Pertama, berkaitan dengan adanya kelompok-kelompok di wilayah utara Sinai jaringan teroris al-Qaeda dan ISIS. Selain itu juga instabilitas penduduk daerah tersebut karena tidak adanya perhatian pemerintah pusat, Kairo.”
“Sebagian operasi kelompok teroris tersebut dijalankan di perbatasan Palestina Pendudukan. Termasuk peluncuran roket dan rudal ke Eilat, peledakan pipa gas serta pengiriman perlengkapan melalui terowongan ke Gaza. Ancaman kedua muncul di daerah selatan Palestina Pendudukan dan Mesir versus Israel pasca Ikhwan al-Muslimin sampai ke tampuk kekuasaan dan kepresidenan Mohamed Mursi di Mesir,” tambahnya.
“Dengan demikian, hubungan antara Mursi dan petinggi Hamas di Gaza telah membuat takut Israel. Dan kekhawatiran tersebut semakin bertambah dan bertambah ketika Mursi membahas tentang penambahan militer di bawah struktur perdamaian dan pengiriman prajurit ke padang pasir Sinai,” jelasnya.
Dalam kelanjutan analisanya, yang terjemahan Arab-nya diliput oleh Rai al-Youm, Oded Granot menuliskan, “Ancaman tersebut dihancurkan oleh el-Sisi pada musim panas 2013 melalui kudeta hingga menyingkirkan Ikhwan al-Muslimin. Kala itu, tarik nafas tenang Israel bisa terdengar dari jauh.”
“Sebagai upahnya, upaya beberapa tahun el-Sisi untuk membersihkan gerakan para Jihadis di utara Sinai selalu didukung oleh Israel, baik dengan menyerahkan informasi atau yang lainnya, seperti izin masuk militer Mesir ke sahara Sinai,” tambahnya.
Granot menegaskan bahwa di bawah kerjasama militer Israel-Mesir, el-Sisi menugaskan angkatan bersenjata Kairo untuk memandulkan serangan roket ke Eilat. Salah satu konsekuensinya adalah menutup terowongan penghubung antara Gaza dan Sinai. Di saat itulah, kerjasama keamanan Mesir-Israel semakin mendalam.
“Meskipun banyak hal terjadi di atas, akan tetapi Israel tidak boleh melepaskan pengamatan dan perhatiannya akan kemajuan signifikan persenjataan militer Kairo yang juga dibeli dari Barat. Mulai dari kapal selam, jet tempur, pembangunan basis militer baru serta pengembangan perlengkapan militer… Karena semua ini akan digunakan melawan Israel satu hari nanti,” hematnya.
Aded Granot meyakini bahwa tidak ada alasan yang tepat dan jelas dalam pengembangan perlengkapan militer ini. Kecuali Mesir meyakinkan bahwa siasat tersebut diputuskan untuk menjaga kedudukannya sebagai satu poros kuat nan urgen di Kawasan Timur Tengah serta ditujukan untuk persiapan menghadapi ancaman masa depan di Laut Mediterania dari negara kuat seperti Turki.
“Dalam analisa dan penelusuran ancaman militerisme tidak cukup hanya menyindir masalah kemampuan dan fasilitas. Akan tetapi, target-target juga harus dikupas. Presiden el-Sisi enggan mengembangkan kerjasama keamanan dengan Israel, bahkan akhir-akhir ini melangkah dengan sangat hati-hati dalam normalisasi sipil, seperti pertemuan umum dengan Perdana Menteri Bennett di Kairo, pendaratan pesawat sipil Mesir di Tel Aviv dan undangan umum dari negara-negara Arab,” sindirnya.
“Segala konflik dengan Mesir di masa depan -seandainya hal ini terjadi-, militer Israel akan dihadapkan dengan pasukan besar bersenjatakan mutakhir. Namun di saat ini, masih belum ada tanda-tanda ancaman dari sisi utara versus Israel,” tambahnya.
Di akhir, analis Israel tersebut mengklaim bahwa Hosni Mubarak sudah berjanji berkali-kali kepadanya bahwa tidak ada perang antara Mesir dan Israel di masa mendatang.