ISIS Pasca Kematian Suksesor Abu Bakr al-Baghdadi, Abdullah Qardash

isis

Purna Warta – Surat kabar Arab melansir sebuah analisa tentang masa depan ISIS pasca tewasnya suksesor Abu Bakr al-Baghdadi, Abdullah Qardash dan menuliskan bahwa kematian ini hanya akan menciptakan kekhawatiran sementara Daesh.

Amerika Serikat mengumumkan kematian Abdullah Qardash yang terkenal dengan julukan Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurashi, suksesor Abu Bakr al-Baghdadi, pada hari Kamis, 3/2, dalam satu serangan ke satu kediaman di wilayah Atimah, dekat Idlib. Hal ini membuat pertanyaan tentang masa depan ISIS mencuat.

Baca Juga : Musim Dingin yang Panas di Kerajaan Sultan Teluk Persia

Al-Araby al-Jadeed atau The New Arab dalam salah satu catatannya menuliskan, “Mayoritas analis dan pakar menolak jika tewasnya Abdullah Qardash termasuk satu pukulan berat atas Daesh, karena jelas bahwa kelompok-kelompok ekstrimis seperti al-Qaeda selalu meneruskan kinerjanya meski pemimpin mereka tewas, khususnya setelah mereka membuat aturan tentang pemilihan dan pengangkatan pemimpin baru.”

Tewasnya Abdullah Qardash Hanya Membuat Masalah Semu

Meski demikian, menurut analisa The New Arab, ada harapan jika tewasnya Abdullah Qardash bisa membuat masalah meski sementara dan sedikit menarik mundur strategis Qardash yang ingin kontinuitas instabilitas di wilayah Irak-Suriah.

Al-Araby al-Jadeed meyakini bahwa ISIS harus merubah dan memindah tempat para petingginya dan memperbaiki jaringan komunikasinya. Karena sepertinya koalisi internasional bernamakan koalisi anti-teroris pimpinan Amerika berhasil masuk dalam jaringan ISIS.

Ada indikasi bahwa ISIS sengaja mengundur pangumuman kematian pemimpinnya ini dan saat ini mereka terus menggodok pemilihan ketua di dalam tubuh mereka. Hal ini sama seperti yang terjadi pasca tewasnya Abu Omar al-Baghdadi pada tahun 2010 dan pasca kematian Abu Bakr al-Baghdadi pada tahun 2019 lalu.

Baca Juga : Bagaimana Israel Mengeksploitasi Pegasus?

“Al-Qurashi sejak akhir 2019 menjadi suksesor Abu Bakr al-Baghdadi. Dia mengoperasikan perang kecil melawan tentara Irak, SDF (Pasukan Demokratik Suriah) beserta militer Damaskus di banyak padang pasir kedua kedaulatan,” tulis al-Araby al-Jadeed.

Abdullah Qardash dan Reformasi ISIS

Abu Ibrahim al-Hashemi al-Qurashi atau Abdullah Qardash berupaya mereformasi dan membangun kembali ISIS tanpa melupakan politik terpusat atau yang biasa dikatakan hubungan kuat cabang dan pusat teroris via keputusan pusat. Hal tersebut membuahkan aksi terorisme di penjara Ghawiran di al-Hasakah, Suriah, karena itu merupakan manuver yang memerlukan satu keputusan pusat dan koordinasi antar cabang teroris.

Tentang efek kematian Abdullah Qardash, Abbas Sharifa dalam wawancaranya dengan al-Araby al-Jadeed menjelaskan, “Absennya Qardash akan berdampak pada manuver ISIS. Akan tetapi Daesh pasti mampu melewati masa kematian pemimpinnya ini dan kembali aktif.”

ISIS Is Back

“Kematian al-Qurashi merupakan kerugian besar ISIS. Pasca periode aksi tak terpusatnya dalam beberapa tahun terakhir, ISIS berupaya meniupkan kembali jiwa dalam upaya manajemen semua cabang-cabang terorisnya. Oleh karena itulah, mereka menantikan pondasi sebelum akhirnya kembali aktif,” tambahnya.

Baca Juga : Krisis Pewaris Tahta Kerajaan Emirat

Menurut pengamatan Abbas, kelompok seperti ISIS tidak akan terpengaruh dengan kematian pemimpin, meskipun hal seperti ini bisa membuat mereka bermasalah untuk sementara. Mereka kenyang dengan aturan, jadi mereka mampu mengatasinya lalu memilih pemimpin baru dalam waktu cepat.

Tentang suksesor Qardash yang tertulis dalam buku ISIS, Abbas Sharifa menyatakan, “Tidak bisa diprediksikan dengan jelas siapa suksesor Qardash, akan tetapi indikasi terbesarnya adalah cabang Irak masih akan memegang tampuk pemimpin dan seperti sebelumnya, pemimpin baru juga akan berasal dari Irak.”

“Secara mutlak Abdullah Qardash absen di media. Di periode kepemimpinannya, Qaradsh banyak mengirim informasi melalui pesan. Oleh karena itu, ISIS tidak banyak mengungkapkan informasi dan pernyataan melalui media, berbeda dengan al-Baghdadi,” tambahnya.

Di periode sebelumnya, ISIS tidak banyak mempertahankan satu wilayah dari serangan koalisi udara aliansi internasional dan Rusia. Oleh karena itu, ISIS banyak berpangku pada strategi perang dan lari dengan nama Jihad al-Nakayah untuk memporak-porandakan lawannya. Mereka berpangku pada perusakan gedung dan propaganda opini untuk reformasi strukturnya. Tetapi manuver ini sama sekali tidak meninggalkan target untuk menguasai satu wilayah jika datang kesempatan.

Baca Juga : Detak Jantung Terakhir Israel: Kehancuran Zionis Menurut Zionis

Sementara Lloyd Austin, Menhan AS, meyakinkan bahwa kematian Qardash merupakan pukulan berat untuk ISIS.

John Kirby, Jubir Kemenhan AS, dalam satu kesempatan menyatakan, “Qardash sedang berupaya mengembalikan ISIS ke masa sebelumnya, dengan demikian, maka kematiannya merupakan pukulan berat terhadap ISIS.”

Sedangkan analis asal Suriah tidak meyakini efek besar dari tewasnya Abdullah Qardash. Karena menurutnya, ISIS telah menyiapkan diri untuk menghadapi masa ini sejak kematian Abu Bakr al-Baghdadi.

Dengan mengaitkan kematian Qardash dengan perkembangan situasi Timteng, analis Suriah tersebut, Rashed Horany menjelaskan, “Ada indikasi pemilihan ketua dalam waktu dekat ini sehingga aktifitas ISIS tetap bergulir. ISIS tetap akan mengikuti manajemen (situasi) luar dan dalam karena hal tersebut membuka kemungkinan untuk tetap eksis di Timur Tengah dan mempersembahkan mereka untuk selalu menjadi aktor utama”.

Baca Juga : Israel Gabung Koalisi Arab Pimpinan Amerika, Apa Targetnya?

Salah seorang eks petinggi PBB, Hans Jakob Schindler dalam wawancaranya dengan media Prancis menegaskan bahwa kematian Qardash merupakan kekalahan besar untuk ISIS.

“Tentu mereka akan menunjuk pemimpin baru dan prediksi nama pemimpin baru untuk saat ini hanyalah kemungkinan… Namun salahnya di sini adalah kita berfikir bahwa semuanya telah berakhir atau situasi semakin membaik karena minimnya serangan di Eropa maupun Amerika.”

Efek Lebih Luas dari Irak-Suriah

Al-Araby al-Jadeed melanjutkan bahwa efek serta dampak kematian Abdullah Qardash tidak akan terbatas pada aktifitas ISIS di Suriah dan Irak, khususnya pasca kelahiran cabang mereka di Afganistan, di mana mereka telah mendeklarasikan kemunculannya dengan aksi pemboman di bandara Kabul pada bulan Agustus lalu.

ISIS di periode Abdullah Qardash mengalami perkembangan yang sangat besar, khususnya setelah baiat kelompok teroris di Afrika, yaitu Boko Haram, di Nigeria ataupun di Afrika Tengah.

Baca Juga : Kekhawatiran AS Sepeninggal Raja Salman Bin Abdulaziz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *