Purna Warta – Salah satu institute dan thinktank asal Amerika mengupas kesepakatan Iran dalam memproduksi segala jenis pesawat drone tanpa awak dan tukar ilmu dengan negara-negara sahabat.
Institut asal Amerika membahas pengembangan kerja sama militer Iran dan China serta kunjungan petinggi Angkatan Bersenjata Beijing ke Tehran dan menulis, “Iran tidak butuh beli pesawat tanpa awak dari China karena perkembangan produksi drone dalam negerinya. Namun di saat yang sama, kedua negara saling tukar ilmu dan informasi untuk pengembangan drone-nya.”
Baca Juga : Bagaimana Media Barat Mensucikan Bercak Dosa di Perang Ukraina?
Middle East dalam analisa Tuvia Gering melaporkan, 16/5, bahwa para utusan China dalam kunjungan terakhir ke Iran menjadwalkan pertemuan dengan petinggi senior Iran, termasuk Presiden Raeisi, Mohammad Bagheri, Kepala Staf Umum Militer dan Mohammad Reza Ashtiani, Menhan Iran. Pertemuan ini dilaksanakan di saat China menegaskan realisasinya akan janji perdamaian dan keamanan di Timur Tengah dan Teluk Persia.
Para produsen senjata China beraktifitas sangat hati-hati dengan Iran karena sanksi senjata PBB yang sempat menjerat hingga Oktober 2020. Dengan pengangkatan pembatasan ini, para perusahaan khusus dan negeri mungkin akan mengupayakan pengembangan jenis-jenis senjata miliknya via penjualan teknologi militer. Sementara pada dekade 80-an, China merupakan penjual senjata ke Iran selama perang dengan Irak.
Thinktank AS ini juga membahas sukses Iran dalam produksi drone atau pesawat tanpa awak dengan tenaga dalam negeri dan menulis, “China, berbeda dengan semua pemain senjata di regional Timteng termasuk AS, memiliki potensi untuk berkembang hingga menjadi pemain besar senjata di Kawasan. Akan tetapi, satu hal yang perlu diperhatikan bahwa Iran sudah mampu memproduksi drone sendiri di dalam negeri. Adapun drone China sekarang ini digunakan oleh para lawan Tehran di regional. Banyak laporan yang menunjukkan dukungan China dalam produksi pesawat tanpa awak nasional oleh negara-negara Teluk Persia, salah satu realisasi dukungannya, investasi bersama dalam produksi drone militer antara China dan Arab Saudi.”
Baca Juga : Eks Konsultan Trump: Setelah 41 Tahun Telaah, Saya Sadar Iran Menang
“Dari sisi lain, karena drone murah dan berkualitas China dan potensi transisi pengetahuan, ada indikasi kerja sama antara Iran-China dalam bidang ini,” tambahnya.
Kemudian Tuvia Gering meneruskan, “Pada Januari 2021, sumber-sumber China menyatakan bahwa Iran dan Pakistan telah mendapatkan sistem navigasi satelit Beidou untuk tujuan-tujuan militer. Meskipun rudal Balistik Iran bersandar pada mekanisme navigasi bukan pada satelit, tapi Beidou memiliki kemampuan membantu Angkatan Bersenjata Iran menentukan titik-titik target.”
Salah satu pakar militer di China mengatakan, “Tanpa diragukan lagi bahwa militer Iran akan sangat berkembang dengan bantuan satelit.” Dan beberapa hari ini, media AS memberitakan sukses satelit Noor-2 Iran.
Fox News melaporkan bahwa satelit Noor-2 Iran di awal bulan tahun ini berhasil mengirim citra dan foto pusat Komando Armada ke-5 AS di Bahrain dengan resolusi sangat tinggi.
Baca Juga : Buku Pemilu Lebanon, Perhitungan Memihak Muqawamah Hizbullah
“Angkatan Laut AS mengatakan bahwa wilayah operasi Armada ke-5 mencakup sekitar 2.5 juta persegi luas laut, termasuk laut Arab (utara Samudera Hindia), Teluk Oman, Laut Merah dan sebagian Samudera Hindia,” tulis Fox News mengutip pernyataan petinggi Washington menanggapi citra satelit Noor-2 Iran.