Purna Warta – Menyambut 75 tahun hubungan diplomatik, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menyoroti potensi bersama Iran dan Indonesia untuk memengaruhi stabilitas regional dan mendukung Palestina, mendesak kemitraan strategis yang diperkuat dalam sebuah artikel untuk The Jakarta Post.
Araqchi menekankan dalam artikel tersebut bahwa nilai-nilai budaya dan politik yang sama, serta ketahanan bersama dalam menghadapi tantangan global, secara unik memposisikan Iran dan Indonesia untuk berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas di seluruh Asia dan sekitarnya.
Ia mendesak kedua negara untuk memperdalam kolaborasi mereka saat mereka memulai babak baru di bawah pemerintahan yang baru saja dilantik, yang mencerminkan komitmen yang diperkuat terhadap kebijakan luar negeri yang kooperatif dan visi bersama untuk tatanan global yang adil.
Berikut ini adalah artikel lengkap Araqchi, sebagaimana dipublikasikan di The Jakarta Post:
Tahun ini menandai momen penting peringatan 75 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Republik Islam Iran dan Republik Indonesia, sebuah tonggak sejarah yang bertepatan dengan dimulainya masa jabatan pemerintahan yang baru dilantik di kedua negara.
Warisan budaya bersama yang berakar pada tradisi Asia, penduduk yang mayoritas beragama Islam, ketidakberpihakan dengan blok Timur dan Barat, kebijakan luar negeri yang berdaulat dan independen, advokasi dekolonisasi, dan, yang terpenting, dukungan yang tak tergoyahkan bagi rakyat Palestina yang tertindas, merupakan faktor-faktor penting yang telah lama menjalin dan memperkuat ikatan antara rakyat Iran dan Indonesia.
Hubungan ini, yang telah teruji oleh waktu, tidak melemah akibat penerapan sanksi yang tidak adil dan sepihak oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
Sebaliknya, kesulitan-kesulitan ini telah memperkuat tekad kedua negara untuk mendiversifikasi dan memperdalam hubungan mereka, khususnya mengingat langkah-langkah Iran menuju kemandirian dan kemajuan dalam bidang-bidang seperti kedokteran, nanoteknologi, bioteknologi, ilmu nuklir, kedirgantaraan, dan lainnya.
Kunjungan bersejarah mendiang presiden Iran, Seyyed Ebrahim Raisi, ke Indonesia pada 23-24 Mei 2023, di tengah tekanan puncak sanksi AS, dan penandatanganan 11 nota kesepahaman berikutnya di bidang politik, ekonomi, kesehatan, sains, teknologi, dan budaya antara Teheran dan Jakarta, membuktikan tekad bersama ini.
Peningkatan hubungan dengan negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara tetap menjadi prioritas agenda diplomatik pemerintahan Presiden Masoud Pezeshkian yang baru dibentuk.
Dalam konteks ini, pendalaman hubungan dengan negara-negara merdeka dan berdaulat seperti Indonesia siap menjadi landasan kebijakan luar negeri pemerintahan ke-14.
Pelaksanaan perjanjian yang disepakati selama kunjungan mendiang presiden ke Jakarta pada Mei 2023 akan terus menjadi titik fokus dalam hubungan bilateral antara Iran dan Indonesia.
Selain itu, rencana pembukaan penerbangan langsung antara Iran dan Indonesia dalam waktu dekat, ditambah dengan peningkatan pertukaran antarmasyarakat, tidak diragukan lagi akan berkontribusi pada pemahaman dan kesadaran yang lebih mendalam antara kedua negara, suatu upaya yang diharapkan akan memberikan dampak yang mendalam pada perluasan hubungan Teheran-Jakarta di bidang ekonomi, politik, dan budaya, antara lain.
Hubungan antara Iran dan Indonesia tidak terbatas pada tingkat bilateral; sebaliknya, hubungan tersebut diilhami oleh potensi besar untuk kolaborasi di tingkat regional dan internasional.
Di tingkat regional, mengingat peran Iran dan Indonesia yang tidak dapat disangkal sebagai kekuatan regional yang penting dalam membentuk tatanan geopolitik di Asia Barat dan Asia Tenggara, kedua negara ini dapat memainkan peran strategis dalam mengelola tatanan global dengan mengurangi konflik dan mendorong stabilitas di kawasan masing-masing.
Di panggung global, kedua negara menikmati kerja sama yang kuat dan efektif dalam kerangka berbagai organisasi dan lembaga internasional.
Sikap Indonesia yang berprinsip pada imparsialitas, non-selektivitas, universalitas, dan penolakan terhadap politisasi, khususnya dalam masalah-masalah yang menjadi perhatian global seperti hak asasi manusia, memberikan landasan yang kokoh bagi peningkatan hubungan Iran-Indonesia di tingkat internasional.
Di luar kerja sama internasional, Iran dan Indonesia, yang didorong oleh visi bersama mereka untuk membina tatanan global yang seimbang, dapat lebih memperkuat kemitraan mereka melalui kerja sama Selatan-Selatan, dengan demikian memberdayakan negara-negara berkembang secara instrumental.
Yang paling penting adalah masalah Palestina, sebuah masalah yang, selama tujuh dekade terakhir, telah menjadi perhatian paling kritis bagi dunia Islam, yang menempati posisi sentral dalam hubungan dan kerja sama internasional Iran dan Indonesia.
Posisi dan tindakan Republik Islam Iran dan Republik Indonesia terkait Palestina berakar kuat tidak hanya pada prinsip-prinsip Islam tetapi juga pada mandat konstitusional kedua negara.
Dukungan Iran yang tak tergoyahkan, sebagaimana tercantum dalam Pasal 16 Prinsip Ketiga Konstitusi 1979, yang mengamanatkan dukungan tegas bagi kaum tertindas di dunia, dan komitmen Indonesia, sebagaimana diutarakan dalam pembukaan Konstitusi 1945 yang menyerukan pemberantasan kolonialisme, telah memastikan bahwa kedua negara tetap berada di garis depan dukungan komprehensif bagi rakyat Palestina yang tertindas.
Mengingat meningkatnya kekejaman yang dilakukan oleh rezim Zionis terhadap rakyat Palestina selama setahun terakhir, saatnya telah tiba bagi Iran dan Indonesia untuk lebih mengonsolidasikan upaya mereka dalam mendukung kemerdekaan Palestina, yang dipandu oleh prinsip penentuan nasib sendiri bagi rakyat Palestina.
Sebagai kesimpulan, penting untuk menyoroti bahwa lintasan utama kebijakan luar negeri pemerintahan ke-14 Republik Islam Iran adalah untuk membuka cakrawala kerja sama baru dan memperluas hubungan yang komprehensif dan bersahabat dengan semua negara berdasarkan dialog, kolaborasi, kesetaraan, dan saling menghormati.
Dalam kerangka ini, penguatan dan konsolidasi hubungan antara Iran dan Indonesia akan tetap menjadi prioritas utama.
Diharapkan dengan dimulainya pemerintahan baru di Iran dan Indonesia, akan membuka babak baru yang sejahtera dalam hubungan yang telah lama terjalin antara kedua negara Islam besar ini.