Purna Warta – Keikutsertaan Iqbal Aji Daryono, seorang aktivis media sosial, penulis, fotografer dan traveler dalam Arbaeen Walk dari Najaf ke Karbala pada momen peringatan Arbain di Irak tahun ini, menghebohkan jagat maya, pro dan kontra bermunculan.
Puluhan ribu followernya di berbagai akun media sosialnya mempertanyakan alasan keberangkatannya ke Irak. Ada yang mempertanyakan bukankah peringatan Arbain di Karbala adalah ritual khusus Syiah dan ada juga yang mempertanyakan mengenai kondisi Irak yang disebutnya belum aman.
Baca Juga : Damaskus: Penduduk Suriah Timur Tandai Berakhirnya Pendudukan Amerika
Penulis yang sangat aktif di media sosial ini memberikan penjelasan melalui postingan-postingannya yang menceritakan kesehariannya selama di Irak. Ia aktif membalas komentar atas pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Pada salah satu postingannya di akun Instagramnya @iqbal.aji.daryono, Minggu (3/9) Iqbal menulis, “Media massa, apalagi media sosial, sering membuat kita semakin tidak paham dengan realitas. Makanya, melakukan perjalanan, melihat langsung semuanya seperti yang saya lakukan saat ini, masih akan selalu relevan.”
“Misal, dulu pas Mamah Dedeh bilang orang Syiah itu menabikan Ali, terus saya konfirmasi langsung ke teman-teman Syiah lalu mereka membantahnya, saya masih bisa berpikir: ah, pasti mereka cuma taqiyyah, ngibulin saya aja. Di belakang, batin saya, mereka pasti bersujud kepada Ali.” Tambahnya.
“Lalu soal melukai badan, trus teman-teman Syiah bilang tradisi serem itu sudah lama sekali gak diperbolehkan oleh ulama Syiah sendiri, saya lagi-lagi bisa membatin: halah, diapusi wae aku yo ra ngerti. Tapi sekarang, saya masuk ke masjid mereka, di salah satu tempat yang menjadi pusat tradisi mereka, menyimak bagaimana mereka sholat, mendengar langsung apa ucapan mereka terkait Muhammad saw., apakah masih ada cacian-cacian kepada para sahabat Nabi, apakah ada keset yang normalnya bertuliskan Welcome tapi dulu guru ngaji saya bilang keset-keset itu ditulisi Abu Bakar Umar dan Usman.” Lanjutnya.
Ia menambahkan, “Lalu saya nyemplung langsung bersama mereka, jalan kaki puluhan kilo bersama mereka dalam satu pawai terakbar yang kalau di beberapa channel Youtube itu isinya orang membacoki tubuh mereka sendiri, dsb. dsb., maka saya tidak mungkin lagi berpikir bahwa ribuan orang yang berpapasan dengan saya berkoordinasi dulu untuk mengelabui saya.”
“Bahkan, lepas dari soal Syiah-Syiah-an, berita-berita di level nasional-internasional pun bisa dipelintir, tergantung siapa bohir medianya. Dalam kasus kecil-kecilan, cek aja apakah MetroTV punyae Paloh hari-hari ini memberitakan perspektif Mas Agus berikut kepedihan hatinya. Saya yakin tidak. Maka, betapa pentingnya “mengenal”, bukan cuman dengar-dengar. Betapa pentingnya pula jalan-jalan di kehidupan ini.” Tegasnya.
Melalui postingannya itu ia menegaskan pentingnya melakukan perjalanan untuk mengenal dan mengetahui secara dekat agar tidak terjadi kesalahpahaman. Selama perjalanannya melalui rute Najaf-Karbala dengan berjalan kaki dan merasakan langsung hidup di tengah komunitas Syiah, ia melihat banyak informasi negatif tentang Syiah yang selama ini dia terima di Indonesia ternyata tidak benar.
Baca Juga : Perjalanan 2 Pejabat Amerika ke Timur Suriah
Penulis yang telah menghasilkan 9 buku dengan beragam tema ini, mengaku telah mengetahui mengenai longmarch Arbain atau Arbaeen Walk sejak 9 tahun lalu. Pada postingan di IG pribadinya pada Jumat (1/9), ia menulis, “Sekitar sembilan tahun silam, pada masa kami di Australia, saya tahu adanya festival relijius yang satu ini. Arbaeen Walk, jalan kaki seratus kilometer bahkan lebih, untuk mengenang pembunuhan keji kepada cucu tersayang Nabi Muhammad.”
“Sebagai orang yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga Muhammadiyah, saya cukup berjarak dengan paham-paham lain dalam tubuh Islam. Dengan NU aja berjarak, apalagi dengan Syiah–yang dikafirkan oleh sebagian muslim Sunni itu. Tapi kemudian saya bertanya-tanya, masak gara-gara jarak itu, seorang muslim jadi tidak dekat dengan Al Hussain? Seolah Al Hussain adalah miliknya Syiah, seolah Sayyidina Ali adalah miliknya Syiah.” Tambahnya.
“Saya tuliskan kalimat barusan juga bukan untuk mengambil jarak dengan Syiah. Saya tidak ambil pusing dengan perbedaan-perbedaan mazhab begitu. Yang penting, saya ingin mendekat ke Al Hussain.” Tulisnya.
Dari penyampaiannya tersebut, Iqbal ingin menegaskan bahwa dia tidak peduli dengan perbedaan mazhab-mazhab yang ada, keinginannya mengikuti Arbaeen Walk hanya untuk mendekatkan diri pada Imam Husain, mengenal lebih dekat cucu Nabi Muhammad saw yang terbantai di Karbala dan membangun kecintaan pada Imam Husain as tidak ada kaitannya dengan mazhab, sebab putra Imam Ali tersebut adalah milik semua umat Islam, apapun mazhabnya.
Menjawab rasa penasaran followersnya yang menanyakan bagaimana kondisinya dia yang Sunni-Muhammadiyah berada di tengah-tengah lautan orang yang bermazhab Syiah, ia menjelaskan di salah satu postingannya, bahwa dia mendapat pelayanan lebih baik justru karena diperkenalkan sebagai seorang Sunni dari Indonesia.
“Dari situ kemudian saya menyaksikan sendiri bagaimana ekspresi mereka tiap kali tahu saya Sunni, termasuk bagaimana saya shalat ala Sunni-Muhammadiyah di tengah banyak sekali orang Syiah. Terkait sikap mereka itu, tentu tak lepas dari spirit Arbain sebagai ajang berkumpul untuk semua muslim, bahkan untuk semua manusia yang menolak penindasan.” Paparnya.
Baca Juga : Serangan Besar-besaran Tentara Bayaran Amerika terhadap Suku-Suku Arab di Suriah Timur
Penjelasan dan reportase tinjauan mata yang dilakukan Iqbal selama mengikuti prosesi Arbain yang disampaikan melalui akun media sosialnya memancing sejumlah followernya untuk juga ingin ikut melibatkan diri dalam Arbain Walk tahun depan. Sebagian diantaranya memuji apa yang dilakukan alumni UGM ini.
Pemilik akun Zabidi Sayidi misalnya, mengatakan dalam komentarnya, “Sampeyan sudah melakukan anjuran quran, menjadi saksi. Siiip tenan…” Sementara itu pemilik akun FB Wisnu Prayoga ID menulis komentar, “Perjalanan yang sangat indah Mas. Sangat terasa banget kedamaiannya.”
Pemilik akun Moch Azib menulis, “Baru tahu ada event keagamaan besar ini hingga 20 juta lebih yang berpartisipasi. Kok selama ini tidak ada beritanya?”. Sejumlah follower lainnya mendesak agar Iqbal menuliskan pengalamannya dalam mengikuti Arbaeen Walk dalam sebuah buku.
Saat diwawancarai TV lokal Irak, ia berkata, “Saya belum pernah melihat langsung dan merasakan pengalaman sebagaimana jalan kaki Arbain ini. Sepanjang rute yang saya lewati, saya melihat ketulusan warga setempat dalam memberikan pelayanan kepada para peziarah. Seolah-olah mereka memberikan semua yang mereka punya untuk melayani peziarah. Mereka tidak memandang ras, status sosial, dari mana berasal bahkan agama dan mazhab. Saya yang Sunni mendapat pelayanan yang bahkan lebih baik.”
Ketika ditanya apa akan kembali melakukan perjalanan Arbain. Ia menjawab, “Insya Allah. Perjalanan dengan pengalaman menakjubkan seperti ini tidak akan cukup jika dilakukan hanya sekali.”
Hari Arbain adalah peringatan empat puluh hari pasca kesyahidan Imam Husain as pada hari Asyura. Hari Arbain diperingati 20 Safar setiap tahunnya yang tahun ini bertepatan dengan Rabu (6/9). Pada peringatan Arbain diwarnai dengan tradisi berjalan kaki menziarahi makam Imam Husain as. Warga Irak dengan berjalan kaki dari kota-kota mereka menuju kota Karbala. Ada yang menempuh puluhan sampai ratusan kilometer.
Baca Juga : Permainan Amerika dengan Teroris Bayarannya di Suriah Timur
Seiring dengan kondisi Irak yang makin kondusif, tradisi berziarah dengan berjalan kaki ini turut diikuti peziarah dari berbagai negara termasuk Indonesia. Peserta Arbaeen Walk juga tidak hanya diikuti muslim Syiah saja, muslim Sunni bahkan non musllm juga banyak yang mengikutinya. Pada sepanjang rute yang dilintasi peziarah, warga setempat mendirikan posko-posko atau tenda-tenda peristrahatan. Mereka melayani peziarah dengan menyajikan makanan dan minuman secara gratis. Jumlah total peziarah yang terlibat dalam prosesi Arbain tahun ini disebutkan mencapai angka 22 juta orang.