Inilah Implikasi Gencatan Senjata Gaza

Purna Warta – Pada 15 Januari 2025, berita tentang gencatan senjata yang akan segera terjadi antara Hamas dan rezim Zionis mulai muncul, menyebabkan perayaan meletus di Gaza dan di seluruh dunia. Melawan beberapa kebrutalan paling mengerikan yang dialami manusia abad ini, rakyat Gaza telah bertahan hidup dengan bermartabat, heroik, dan menantang.

Rezim Zionis telah gagal mencapai tujuan perangnya untuk mengalahkan Hamas dan menyelamatkan tawanan mereka, meskipun telah menimbulkan teror selama 15 bulan. Perjanjian gencatan senjata ini menjamin penarikan penuh pasukan Israel, serta pembukaan kembali penyeberangan Rafah, yang memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan yang vital.

Rezim Zionis juga harus memfasilitasi masuknya 600 truk bantuan per hari, selain 200.000 tenda dan 60.000 karavan sehingga orang-orang dapat segera mendapatkan tempat berlindung.

Selain itu, perjanjian tersebut mengatur pembebasan 1.000 warga Gaza, serta pembebasan semua wanita dan anak-anak di bawah usia 19 tahun dari penjara-penjara Zionis. Selain persyaratan lain seperti mengosongkan wilayah udara Gaza setidaknya selama delapan hingga 10 jam sehari, semua rumah sakit harus direhabilitasi di Gaza.

Perjanjian gencatan senjata ini merupakan kekalahan telak dan penghinaan bagi rezim Zionis, meskipun telah menelan korban jiwa yang sangat besar. Meskipun jumlah korban tewas yang sebenarnya kemungkinan akan semakin jelas dalam beberapa minggu mendatang, diperkirakan secara kredibel bahwa setidaknya 10% dari populasi Gaza sebelum perang telah dimusnahkan. Penting untuk dicatat bahwa Zionis tidak bertindak sendiri dalam kebiadaban ini.

Pemerintah Barat bersekutu dengan Israel sejak awal kampanye genosida, khususnya pemerintah Amerika, Inggris, Jerman, Prancis, dan Kanada. Mereka tidak hanya menyediakan perlindungan diplomatik yang berkelanjutan bagi rezim Zionis, tetapi juga menyediakan aliran senjata yang stabil untuk melancarkan genosida terhadap warga Palestina.

Gaza praktis berdiri sendiri melawan seluruh dunia untuk mendapatkan dukungan material. Gaza hanya mampu mengandalkan perlawanan Lebanon dan Irak, Ansarullah dari Yaman, dan Republik Islam Iran.

Beberapa negara lain, seperti Afrika Selatan, meluncurkan tindakan hukum terhadap rezim genosida, tetapi terlalu banyak negara, khususnya negara-negara Arab tetangga, yang hanya berdiri dan menonton atau secara aktif mendukung Israel. PBB mengecam kebungkaman Barat saat pasukan Israel ‘menyemprotkan peluru’ ke anak-anak Palestina

Perjanjian gencatan senjata ini sepertinya tidak akan menjadi akhir dari cerita. Rezim Zionis terkenal melanggar perjanjian gencatan senjata dan terus terlibat dalam pemboman dan pembunuhan. Rezim Trump yang baru juga memiliki rencana ekstrem untuk Asia Barat, mempertaruhkan perang di masa depan melawan Yaman dan Iran khususnya, yang akan berdampak di seluruh wilayah, khususnya di Palestina.

Jadi, meskipun sekarang ada bantuan yang sangat dibutuhkan bagi warga Gaza, perang yang lebih luas masih jauh dari selesai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *