Purna Warta – Wakil Sekjen Muqawamah Lebanon, Hizbullah menyebut upaya pembentukan NATO Timteng dan ancaman AS terhadap gerakan perlawanan dengan omong kosong. Malah mengingatkan para lawannya akan perkembangan dan kesiapan Muqawamah.
Siang 25 Juni kemarin, Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Sheikh Naim Qassem menyindir upaya beberapa negara Arab membangun koalisi militer dengan rezim Zionis dan menyatakan di depan media, “Kebijakan negara-negara anggota normalisasi adalah membangun sebuah koalisi militer dengan rezim Zionis.”
“Israel meyakini bahwa dengan ancaman ini, mereka akan membuat ketakutan gerakan perlawanan. Akan tetapi saya katakan bahwa ancaman ini adalah omong kosong. Di tengah situasi ini, kami siap seratus persen dan siap bermanuver dalam skala besar dan setiap hari kami dalam kondisi siap darurat. Hari ini, kami berada dalam titik paling kuat bersama sekutu Palestina kami dan poros resistensi,” tambahnya.
Dikutip oleh al-Mayadeen, Sheikh Naim Qassem menjelaskan, “Kami bersama dengan sekutu kami telah melumuri diri kami dengan kekuatan dan kesiapan militer. Dengan ini kami peringatkan demi meyakinkan masyarakat kami bahwa mereka berada di bawah dukungan kepemimpinan yang kuat yang siap membela mereka. Sedangkan sosial Israel harus menyadari bahwa mereka berada di bawah kepemimpinan yang lemah. Kami melihat bagaimana Lebanon membebaskan dirinya bersama militer, rakyat dan Muqawamah. Kami melihat bagaimana Muqawamah Lebanon melawan kolonialisme di bulan kemarin dan menang. Kami juga menyaksikan bagaimana Muqawamah Palestina membangun jalan baru dalam perang Seif al-Quds dalam sejarah pertarungan versus kolonial.”
Selain itu, Wakil Sekjen Hizbullah ini juga menjelaskan upaya gerakan resistensi serta dukungan cepat Republik Islam Iran atas Palestina lalu menyatukan negara-negara di bawah panji ini dan mengakui bahwa perkara ini bermaknakan kemenangan ada di depan mata.
“AS menyadari bahwa mereka harus menundukkan semua hal demi berkhidmat kepada Israel. Kami juga, sebagai pasukan perlawanan, akan terus berupaya untuk menjaga kedaulatan dan martabat negara kami sampai semua bangsa dan Muqawamah berjalan bersama-sama di satu garis perlawanan,” tegasnya.
“Apapun dilakukan oleh AS untuk menundukkan Hizbullah, namun mereka kalah dan gagal. Seperti perang 2006. Target waktu itu adalah menghancurkan Hizbullah, tapi kami menang. Mereka mengirim Takfiri melalui wilayah Suriah demi membangun istana. Tapi mereka juga gagal… Demi satu bangsa kami akan berusaha menyelesaikan berkas Lebanon dan dalam jalan ini, kami akan ulurkan tangan kami kepada siapapun yang meminta bantuan,” tambahnya.
Fokus Barat Merusak Nilai-Nilai Palestina
Sheikh Naim Qassem menegaskan bahwa tujuan semua politik Barat adalah kontinuitas pendudukan dan menghancurkan nilai-nilai Palestina. Para musuh bergerak mulai dari Palestina sebagai pendahuluan untuk menguasai Samudera hingga Teluk Persia. Mereka menargetkan kuasa Kawasan secara keseluruhan.
Sangatlah polos jika menganggap musuh adalah urusan Palestina, karena Israel adalah masalah bangsa dan semua manusia bermartabat. Satu-satunya jalan melawan Israel adalah perlawanan, opsi selainnya hanya akan mengulur waktu.
“Kontinuitas eksistensi penjarah di tengah Kawasan didasarkan pada upaya perang. (Tapi) semua ancaman Israel adalah omong kosong. Kami cukup melihat ancaman ini. Ancaman ini seperti bom suara untuk meyakinkan orang-orang dalam Zionis,” sindirnya.
“Sangat lucu AS mengumumkan NATO Timur Tengah, yang mencakup beberapa negara Arab dan menyerahkan kontrol pelaksanaannya ke tangan Israel. Koalisi ini telah membayar mereka,” tambahnya.
“Penjaga asli nilai-nilai Palestina adalah bangsa dan perlawanan mereka. Meskipun sebagian negara dan Muslim melepas Palestina, al-Quds tidak boleh menyerah dan tunduk, karena rakyatnya telah memutuskan untuk menetap di medan perang,” jelasnya.
“Tidak ada satupun opsi Barat yang benar, sebagian dari opsi itu berupa dukungan ke kolonial dan yang rakus kekuasaan. Jadi ini tidak berkaitan dengan Palestina saja. Beberapa negara Arab normalisasi dengan Israel, pertama, hal itu telah melukai diri sendiri sebagaimana mereka melukai rakyat mereka sendiri, (kemudian) melukai Palestina dan bangsanya,” tambahnya.
Inovasi Terbarukan NATO Arab
Raja Yordania Abdullah II membahas indikasi pembentukan aliansi militer di Barat Asia seperti NATO dan menegaskan dukungannya.
Dalam wawancaranya dengan CNBC, Raja Abdullah II menyatakan, “Kami mendukung pembentukan koalisi militer seperti NATO di Kawasan Barat Asia. Dengan syarat bahwa tugas ini dipikul oleh negara-negara sepemikiran. Yordania dengan aktif bekerjasama dengan NATO dan menganggap dirinya sebagai bagian dari koalisi militer ini. Sudah puluhan tahun Yordania berperang bersama NATO dan akan terus berperang bersama mereka.”
Inovasi NATO seperti penjelasan Raja Abdullah II ini sudah dipaparkan beberapa tahun sebelumnya oleh beberapa negara Arab, termasuk Saudi dan Emirat. Ini merupakan salah satu program yang eksekusinya didukung penuh oleh Gedung Putih pimpinan Donald Trump.
Ide ini menurut pengamatan analis merupakan ide AS-Israel dengan target menghadapi apa yang disebut hegemoni Iran di Timteng. Begitu pula masuk dalam kategori upaya melemahkan Muqawamah.
Kembali hidupnya inovasi ini, juga tak luput dari peran Amerika Serikat di potongan waktu kali ini. Karena media Arab dan Barat saling melengkapi laporannya berkaitan dengan kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Riyadh dan pertemuannya dengan beberapa petinggi di acara konferensi yang akan melibatkan Raja Saudi, petinggi negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk Persia ditambah beberapa tamu lain, seperti Mesir, Yordania dan Irak.
Di tengah perkembangan inilah, beberapa pihak dan sumber melontarkan opini NATO Kawasan. Analis media Israel, KAN, menyatakan, “Ada hubungan dan koordinasi sukses untuk pembentukan satu komisi keamanan resmi antara Israel dan Arab Saudi bersama beberapa negara Arab lainnya. Komisi ini akan bekerja dalam pertahanan kawasan di Teluk Persia.”