Ini Hasil Pertemuan Virtual Biden dan Xi Jinping

Ini Hasil Pertemuan Virtual Biden dan Xi Jinping

Washington, Purna Warta Presiden Amerika Serikat Joe Biden bertemu secara virtual dengan Presiden China Xi Jinping pada Senin (15/11) malam. Dalam pertemuan tersebut, keduanya mendiskusikan sejumlah persoalan terkait dengan kepentingan masing-masing negara.

Biden mengatakan bahwa dirinya sepertinya mengetahui Xi lebih dari pemimpin dunia manapun. Hal ini dikarenakan Biden sering berhubungan dengan Xi saat keduanya masih menjabat sebagai wakil Presiden masing-masing negara. Xi bahkan mengaku sangat gembira bertemu Biden yang ia sebut dengan ‘kawan lama’.

Baca Juga : Hello, Udah Sampai Mana Nih Penarikan Mundur AS dari Irak?

Namun, salam-sapa bernada ramah tamah tersebut tidak mampu menutupi realita tensi yang meningkat antara China dan AS. Meski begitu, Biden tetap berharap bahwa hubungan diplomatis personalnya dapat membantu mencegah ‘persaingan kaku’ antara keduanya.

Biden menekankan bahwa masing-masing pihak harus bekerja sama dalam banyak bidang, salah satunya adalah perubahan iklim. Xi mengatakan bahwa AS dan China perlu meningkatkan komunikasi dan kerjasama untuk menghadapi banyak tantangan-tantangan kemanusiaan kedepannya.

Beranjak ke pembahasan yang lebih sensitif, Biden dan Xi berdiskusi soal isu hak asasi manusia, isu Taiwan dan perdagangan. Biden beberapa kali menekan Xi soal HAM dengan menyinggung kasus Uyghur, Taiwan dan perlindungan terhadap pekerja AS di perusahaan China dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 3 setengah jam tersebut.

Sementara itu, Xi memberi peringatan keras soal Taiwan. Bagi China, isu Taiwan adalah garis merah. Dukungan AS terhadap narasi ‘Kemerdekaan Taiwan’ akan ditafsirkan sebagai provokasi gerakan separatis oleh China. Selain itu, upaya penekanan China menggunakan isu ini “adalah tindakan yang berbahaya. Layaknya bermain dengan api. Anda akan terbakar jika bermain api,” ujar Xi.

Baca Juga : Siasat Saudi di Lebanon Akan Gilas Kepentingan Barat, AS-Prancis Harus Lawan

Analis berpendapat bahwa dalam pertemuan tersebut, kedua negara tampak berusaha menggunakan retorika yang lebih lembut di tengah tensi yang serius, terutama soal China. Buntu di hampir semua isu, pertemuan ini hanya menyisakan isu perubahan iklim sebagai titik temu dan titik kesepahaman antara kedua negara. Hal ini membuat para analis bertanya-tanya, “Apakah ini adalah Perang Dingin?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *