Purna Warta – Setelah lewat satu dekade, delegasi Uni Parlemen Arab yang dipimpin Mohammad al-Halbousi, ketua parlemen Irak, melakukan kunjungan resmi ke Suriah dan bertemu dengan Presiden Bashar al-Assad.
Delegasi ini dipimpin Mohammad al-Halbousi dan anggotanya terdiri dari ketua parlemen Uni Emirat Arab (UEA), Yordania, Palestina, Libya dan Mesir serta ketua delegasi Oman dan Lebanon bersama sekjen Uni Parlemen Arab telah berkunjung ke Suriah dalam pertemuan Baghdad baru-baru ini. Delegasi ini kemarin bertemu dan berunding dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Baca Juga : Rusia Hentikan Pasok Minyak ke Polandia
Dalam hal ini Menlu Mesir, Sameh Shoukry Senin (27/2) tiba di bandara udara Damaskus untuk menunjukkan solidaritasnya dengan Suriah untuk menghadapi dampak gempa bumi. Ini merupakan kunjungan pertama menlu Mesir ke Damaskus sejak tahun 2011 hingga kini.
Berikut diantara alasan mengapa kunjungan ini begitu penting dan strategis dari sejumlah sisi:
Pertama, kunjungan ini dimaksudkan untuk mendukung Suriah menangani urusan gempa bumi terbaru di negara ini. Suriah pada 6 Februari 2023 dilanda gempa berkekuatan 7,8 skala richter yang menewaskan dan melukai ribuan orang. Meski diharapkan negara-negara Arab membantu Suriah di hari-hari pertama bencana gempa, tapi setelah 20 hari mereka mencapai kesimpulan bahwa mereka harus membantu Suriah, ini mengindikasikan sisi kemanusiaan mengalahkan politisasi. Sekaitan dengan ini diharapkan bahwa Arab Saudi sedikitnya menunjukkan sisi kemanusiaan terhadap Suriah karena identitas Arab Suriah.
Sekaitan dengan ini, Bashar al-Assad yang menjadi tuan rumah ketua parlemen dan anggota delegasi parlemen Arab mengatakan, kunjungan delegasi ini ke Suriah berarti dukungan negara-negara Arab di kondisi sulit yang dihadapi Suria karena perang melawan teroris dan bencana gempa.
Dimensi kedua dari pentingnya perjalanan ini adalah menunjukkan bahwa negara-negara Arab mendekati konsensus untuk mengembalikan Suriah ke institusi Arab. Dalam tiga tahun terakhir, beberapa negara Arab yang telah memutuskan hubungan dengan Suriah sejak 2011 menghidupkan kembali hubungan tersebut dan mendukung keharusan Damaskus untuk kembali ke institusi Arab. 10 tahun telah berlalu sejak delegasi parlemen Arab terakhir mengunjungi ibu kota Suriah. Setelah satu dekade, perwakilan parlemen Arab memasuki Suriah dari bandara Damaskus. Nah perjalanan ini, yang tentunya tidak dilakukan dengan tujuan politik, bisa berdampak politik, yaitu kembalinya Suriah ke institusi Arab.
Baca Juga : Alasan Joe Biden Tolak Usulan China dalam Prakarsa Damai Perang di Ukraina
Dimensi ketiga adalah bahwa hari ini di dunia Arab, suara kurangnya legitimasi pemerintah Suriah saat ini tidak terdengar. Delegasi Arab bertemu dengan Presiden Suriah dan di hadapan Bashar al-Assad, mereka menekankan dukungan mereka untuk Suriah. Oleh karena itu, isu pergantian pemerintah Suriah tidak hanya dibahas, tetapi yang digulirkan adalah membantu menghadapi masalah negara ini, termasuk dalam urusan korban gempa.
Mohammad al-Halbousi mengatakan, delegasi ini datang ke Suriah mewakili seluruh anggota Liga Arab, sehingga menegaskan dukungan mereka terhadap bangsa Suriah secara praktis, dan menunjukkan solidaritasnya kepada bangsa ini. Dengan kata lain, meski perwakilan negara-negara seperti Arab Saudi dan Qatar absen di delegasi ini, tapi negara-negara ini mengakui secara resmi pemerintah Suriah, dan secara bertahap tengah memulihkan hubungan dengan Damaskus.