Purna Warta – Salah satu surat kabar Lebanon melaporkan bahwa Turki melakukan beberapa perubahan di medan provinsi barat laut Suriah dengan harapan mencegah pergerakan pasukan bersenjata Damaskus.
Perundingan terakhir tentang Idlib antara Rusia-Turki masih menghadapi masalah. Dengan harapan mencegah kemajuan pasukan Suriah, Ankara melakukan beberapa perubahan strategi di medan barat laut Damaskus.
Sudah lama militer Suriah mendapatkan dukungan dari Rusia. Militer Suriah terus melakukan manuver-manuver dengan target membuka jalan Aleppo-Laziqiya (M4) dan menambah cengkraman kontrolnya di daerah pengawasan Hay’at Tahrir al-Sham atau Jabhat al-Nusra.
Hari Selasa kemarin, al-Akhbar mengupas hal ini dalam laporannya dan menjelaskan bahwa 5 hari telah berlalu pertemuan 2 jam antara Vladimir Putin, Presiden Rusia dan Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki, di Sochi. Setelah pertemuan ini, tidak ada sekelumit penjelasan menganai perundingan. Karena hal itu, para analis meyakini bahwa Erdogan tidak bisa meraih kesepakatan baru untuk daerah Idlib.
Di tengah situasi ini, militer Turki menggerakkan perlengkapan berat senjatanya seperti tank, kendaraan anti peluru dan artileri, selain itu mereka juga menciptakan satu basis baru militer di wilayah Jabal al-Zawiyah dan di dekat garis pertemuan dengan basis militer Suriah. Dengan kebijakannya ini, maka Turki telah membangun basis militer sebanyak 79 di Idlib.
Di satu sisi, menurut laporan al-Akhbar, Ankara juga melakukan perubahan berkaitan dengan kelompok-kelompok bersenjata di pangkalan-pangkalan militernya di bagian utara. Sehingga terciptalah satu kesempatan untuk menyatukan semua kelompok-kelompok bersenjata tersebut dengan Hay’at Tahrir al-Sham.
Bisa dikatakan bahwa keputusan Turki ini masuk dalam upaya mengoperasi wajah dan identitas buruk kelompok bersenjata ini bersama pemimpinnya Abu Mohammad al-Julani, yaitu mengenalkannya sebagai sosok moderat.
Di akhir analisanya ini, surat kabar Lebanon tersebut menuliskan catatan bahwa berhubung kesepakatan buntu antara Moskow-Ankara dan pergerakan baru di medan, bisa disimpulkan bahwa terbuka lebar potensi perang di medan baru militer. Kecuali Turki menarik mundur pasukan bersenjatanya di Jabal al-Zawiyah dan menemukan jalan keluar.
Ibrahim Kalin, Jubir Kepresidenan Turki, hari Jumat lalu mengatakan bahwa jika Rusia dan Amerika memiliki hak untuk masuk ke Suriah, maka Turki juga memiliki hak seperti ini.