Hubungan Diplomatik dan Strategi Sapi Perahan

BIden Saudi

Riyadh, Purna Warta – Bahasa tubuh Biden – Bin Salman, yang melambangkan sebuah jenis kontak fisik, dengan jelas sedang berbicara bahwa kepalan tangan kedua belah pihak menunjukkan esensi diplomasi mereka masih tertutup dan belum fleksibel, kecuali dalam situasi dimana yang satu berposisi sebagai “pemerah susu dan yang lain sebagai sapi perahan”.

Putusnya hubungan antara dua sekutu politik itu hanya bisa menjadi pertanda bahwa prinsip hubungan politik antara Amerika Serikat dan Arab Saudi hanya didasarkan pada strategi seperti minyak. Tanda terjelas yang bisa membuka rahasia dibalik kepalan tangan tertutup ini dan yang bisa membaca jiwa yang dingin dari hubungan diplomatik mereka serta di balik tawa hangat tipuan para politisi kedua negara adalah ungkapan Trump tentang “sapi perahan”. Berdasarkan strategi ini, Arab Saudi atau sapi yang diperah susunya, jika dia ingin tidak sendirian dan ingin selalu ada teman setengah jalan, dia harus mau diperah dalam situasi apa pun.

Kerentanan strategi seperti itu tampak lebih jelas ketika, di satu sisi, sapi perah harus terus menerus memberikan susu, dan di sisi lain, pemerah selalu mencari alasan, mengapa susunya tidak bertambah? Trump, dengan segala kegilaannya, mengajarkan atau secara terbuka mengungkapkan kepada para politisi Amerika Serikat untuk mendefinisikan bahwa memerah susu sapi (Arabia) sebagai strategi utama hubungan diplomatik mereka. Sekarang, sapi perah ini sangat terbatas ruang lingkupnya sehingga tidak dapat melakukan perjalanan ke wilayah atau padang rumput mana pun selain wilayah yang ditentukan dan diizinkan sang pemerah (Amerika Serikat), seperti menjalin hubungan diplomatik, menjual susunya di tempat lain, atau menentukan nilai dan harganya.

Karena alasan inilah sapi perahan (Saudi), dimana dia sebagai anggota OPEC Plus, segera setelah memutuskan untuk mengurangi produksi susunya, pemerah susu yakni Amerika Serikat merasakan strategi minyak menjadi terganggu seperti halnya susu yang bermasalah.

Sekarang, strategi yang goyah ini, tidak peduli berapa banyak sapi perahan menahan tetesan minyak dan susunya, ia akan retak dan turun menuju jurang. Terlepas dari permainan sapi perah dalam kasus “APEC Plus”, kali ini ketidakstabilan fondasi strategi perminyakan ini terungkap seiring dengan isu pemidanaan terhadap warga negara Amerika Serikat asal Saudi “Saad Ibrahim al-Madhi” di negeri di bawah pemerintahan bin Salman. Mengapa demikian?

Jawabannya adalah tugas sapi perah Saudi hanyalah menuruti pemerah susu yakni Amerika Serikat yang berhak memerah susunya, bukan sebagai raja atau jawaban lainnya adalah tugas sapi perah Saudi hanya diperah susunya, bukan sebagai raja atau penguasa. Oleh karena itu, tidak masalah apakah pria ini divonis bersalah atau tidak, tetapi prinsip memberikan susu yang tidak boleh terputus itu penting. Jadi, setiap kali sapi perahan menunjukkan tanda untuk menolak susu, inti dari strategi minyak akan bermasalah yang ditandai sebagai susu yang bermasalah, dan ini tidak pernah diterima oleh pihak pemerah Amerika Serikat. Karena hubungan politik Amerika Serikat dengan Arab Saudi pada dasarnya didasarkan pada asas perahan susu sapi. Dalam hal ini, jika menyusui berlanjut, hubungan politik akan stabil, jika tidak, semuanya tidak ada artinya.

Pengarang: Abdul Khaliq Fasihi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *