Horn of Africa dan Kompetisi Geopolitik Regional dan Transregional

afrika

Jakarta, Purna Warta – Horn of Africa atau Tanduk Afrika mencakup Eritrea, Somalia, Djibouti, Ethiopia dan Somaliland. Wilayah ini memiliki nilai geopolitik nan strategis di mata kekuatan regional bahkan dunia.

Daerah ini adalah rantai penghubung antara Afrika, Semenanjung Arab, Samudera Hindia hingga Pakistan. Teluk Aden dan jembatan air Selat Bab al-Mandeb adalah gerbang pusat transportasi tanker minyak dari negara-negara sekitar Teluk Persia ke lautan sana.

Selain itu, wilayah ini juga menjadi jembatan transisi pasukan militer dari chanel utama perdagangan internasional. Magnet inilah yang menjadikan kompetisi berat antar pihak regional bahkan internasional untuk menancapkan hegemoni di sana.

Dengan kata lain, situasi geopolitik di kancah regional dan transregional telah menjunjung Tanduk Afrika menjadi medan baru unjuk pembuktian kekuatan antar negara adigdaya. Inilah yang menjadi pondasi peningkatan intervensi di Tanduk Afrika yang banyak terjadi dalam bentuk mekanisme ekonomi dan militer.

Baca Juga : Apa Politik Luar Negeri Presiden Baru Terpilih Iran, Ebrahim Raeisi?

Kompetisi Kekuatan Transregional di Tanduk Afrika

Amerika Serikat

Amerika Serikat berupaya meningkatkan intervensi militernya di Tanduk Afrika. Pada tahun 2001, mereka membangun Camp Lemonnier di Djibouti. Basis tersebut menjadi tempat tinggal komando AFRICOM dan CJTF-HOA atau pusat komando pasukan khusus di Tanduk Afrika.

Lemonnier menampung lebih dari 4000 tentara dan menjadi kamp militer paling besar Pentagon di Benua Afrika. Atas nama perang anti-teroris, bajak laut dan menjaga keamanan nasional Amerika, Gedung Putih memperpanjang izin pangkalan Lemonnier hingga tahun 2025.

Prancis

Prancis adalah kedaulatan pertama yang menjajah Djibouti pada tahun 1850-1977. Pasca kemerdekaan Djibouti, Paris membangun pangkalan militer di sana.

Pada tahun 2011, markas militer tersebut diperbarui di bawah perjanjian pertahanan. Sekitar 2000 prajurit bermukim di pangkalan tersebut dengan tugas menjaga keamanan transportasi perdagangan di Selat Bab al-Mandeb, menjaga Djibouti, melatih pasukan daerah, kerjasama dan mendukung logistik operasi PBB dan Paris.

China dan Jepang

Pada tahun 2011, Jepang mengirim pasukan pertahanannya ke Djibouti dengan tujuan menjaga keamanan perdagangan dan perang versus bajak laut.

Pada tahun 2017, China menyusul dan membangun pangkalan militer di Djibouti dengan alasan perang versus bajak laut di Tanduk Afrika, membantu tugas-tugas militer dan kemanusiaan dan operasi perdamaian dengan menyertakan 2000 pasukan.

Dalam agenda Sabuk dan Jalan China, Djibouti menjadi kunci yang bisa berpotensi sebagai penjaga utama kapal perdagangan Beijing di daerah ini.

Dengan menyebut China sebagai kompatitor utama, Amerika mengagendakan pengembangan hegemoni di Djibouti dalam buku strateginya. Sebagai contoh paling jelasnya adalah pengutusan Wakil khusus Amerika di Horn of Africa oleh Presiden Joe Biden langsung.

Baca Juga  : Kematian Mencurigakan Aktivis Berdarah Emirat di London

Kompetisi Regional di Tanduk Afrika

Tanduk Afrika bukan hanya penting di mata internasional, tetapi negara-negara Kawasan atau regional juga ikut berkompetisi dalam kepentingan strategisnya di sana.

Arab Saudi

Tujuan utama dari agresi ke Yaman via koalisi pimpinan Istana Riyadh pada tahun 2015 adalah menghapus front resistensi Ansarullah dan memandulkan pengaruh Iran di Yaman.

Deklarasi pembentukan “Dewan Negara-Negara Arab-Afrika Berbatasan dengan Laut Merah dan Teluk Aden” yang mencakup 8 negara: Saudi, Mesir, Yordania, Sudan, Yaman, Somalia, Eritrea dan Djibouti, pada Desember 2018 adalah salah satu manuver Riyadh dalam hal ini.

Emirat

Selaras dengan Arab Saudi, Emirat terjun menekan Somalia dan Djibouti dengan dukungan finansial dan diplomatik hingga kedua negara memutus relasi dengan Iran. Emirat juga mencuri kesempatan menyambung rantai mengepung hegemoni Iran di Tanduk Afrika.

Rezim Zionis

Dalam bentuk strategi keamanan nasional dan politik, Israel mencurahkan jerih upayanya untuk menyuntikkan hegemoni di Tanduk Afrika.

Tel Aviv memiliki tujuan untuk menyerap suara negara-negara Afrika di organisasi-organisasi internasional, berusaha hadir di wilayah strategis Selat Bab al-Mandeb dan Teluk Aden, mengepung Sudan dan Mesir, menjaga keamanan lintasan udara ke Timur Jauh dan Afrika Selatan, mengawasi aktifitas Iran di bawah program kerjasama pertahanan dan menciptakan beberapa pangkalan militer di beberapa negara Benua Afrika seperti Eritrea.

Baca Juga : Tentara Yaman Tembak Jatuh Drone Kedua Amerika di Ma’arib

Kesimpulan

Kesimpulannya adalah Tanduk Afrika dan strategi kekuatan regional dan transregional memiliki kedudukan yang mencolok.

Setiap satu dari kedaulatan-kedaulatan di atas mencari kesempatan untuk menambah hegemoninya atas nama perang anti-teroris dan kelompok ekstrim, memberantas bajak laut, memantapkan demokrasi dan perkembangan ekonomi.

Namun di lapangan, semua dukungan militer, logistik dan material oleh negara-negara tersebut adalah bentuk utama intervensi mereka di wilayah ini.

Sekarang Benua Afrika, khususnya Horn of Africa menjadi salah satu medan kompetisi Washington versus Beijing. Ini sendiri adalah bukti akan urgennya wilayah ini di masa depan dalam kompetisi kekuatan besar di wilayah Laut Merah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *